Kamis, 29 Maret 2018

Keep Silent

Cuaca lumayan terik diangka 11.20 am dengan banyaknya calon penumpang di halte TransJakarta. Lebih dari 5 bus yang bertuliskan "TIDAK MELAYANI PNP" melaju tanpa berhenti. Sempat berpikir bus yang saya tunggu tidak beroperasi hari itu. Namun saya yakin ada bus yang beroperasi ke lokasi yang saya tuju.

Seorang ibu menjinjing tas berdiri dibelakang saya. Ia sempat menanyakan bus yang ditunggu dengan sedikit kesal. Berusaha menyalurkan kekesalannya dengan komentar yang tidak perlu kepada calon penumpang lain. Ia mengeluhkan bus yang tidak secepat yang diharapkan. Padahal belum menunggu lebih dari 5 menit. Beberapa penumpang lain yang datang hampir bersamaan dengan saya bahkan sudah menunggu lebih dari 10 menit. Mereka cemas menunggu tetapi mampu menahan diri untuk tidak protes dan mengeluh. Seorang pria membunuh kebosanan dengan bermain smartphone. Mbak-mbak dengan tas cangklong celingukan melihat setiap bus yang terlihat dari kejauhan. Yang lain terus melihat jam tangan, menghela nafas atau cemberut seperti saya. Saya cemas dan mereka cemas dalam penantian mereka. Mereka tahu bahwa tetap tenang adalah satu-satunya hal paling logis yang bisa dilakukan. Maka mereka lebih baik diam dan tidak banyak mengeluh yang membuat orang disekitar suntuk.

Saya sepakat dengan dosen yang mengatakan bahwa mengeluh adalah tindakan paling tidak efektif. Hal itu sama sekali tidak membantu apa-apa karena memang tidak menyelesaikan pokok permasalahan yang ada. Seseorang yang mengeluh justru memperparah situasi dan menularkan emosi negatif bagi orang disekitarnya. Kalau mau menanyakan satu per satu orang yang tengah menunggu bus, barangkali ada yang terancam dipecat karena terlambat masuk kantor. Namun mereka memilih untuk tenang dan diam menikmati sebuah penantian. Tidak perlu melontarkan kalimat yang cenderung memaki atau memprotes. Sungguh tidak perlu dan memang tidak membantu apa-apa.

Bus yang datang terlambat merupakan contoh keadaan yang tidak diharapkan. Banyak orang yang menuntut situasi harus begini dan begitu persis seperti harapannya. Kalau menunggu 10 menit saja kita sudah protes dan mengeluh, bagaimana dengan persoalan yang lebih besar? Bagaimana ketika kita dihadapkan pada situasi yang lebih menyita waktu, lebih melelahkan, lebih menguras energi dan memerlukan pengorbanan yang lebih besar? Ini baru perkara menunggu bus yang tidak sampai hitungan jam. Tidak perlu kita mahir program komputer, jago menembak atau berpengalaman menghadapi peperangan. Kita hanya harus berdiri, tenang dan berpikir positif.

Ibu-ibu tersebut mendapatkan bus lebih cepat dari saya. Beberapa menit kemudian bus saya datang dengan penumpang yang sudah banyak. Akhirnya saya duduk diundakan bangku paling belakang bersama Mas-mas berkemeja digulung dan celana selutut. Menyadari bahwa saya duduk diatas mesin yang hangat, saya hanya bisa menggumam "OKE, INI JAUH LEBIH BAIK DARIPADA BERDIRI DENGAN NOT FLAT SHOES"  👠👠

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...