Minggu, 03 Juni 2018

It's time to REUNI


Gengs, pernah gak dateng ke acara reuni ternyata suasananya gak serenyah yang dibayangkan? Ngobrolnya cuma dua orang tiga orang, fokus ke smartphone masing² atau diisi dengan obrolan yang gak penting² banget buat dibahas.

Ajang silaturahmi yang diharapkan keberkahannya justru menjadi momok bagi sebagian orang. Apa aja sih yang bisa kita siapkan buat dateng ke reuni selain budget dan bawa diri? Let's check the most important things to make our REUNI feel awesome..

1. Memulai dengan yang ringan. Lama gak ketemu teman lama, bukan lantas kita bisa langsung menodong teman kita dengan pertanyaan berat. Mulailah dengan menanyakan perjalanannya sampai ke lokasi reuni, bertanya kabarnya, wajah yang lebih segar atau menanyakan kehadiran teman yang lain. Sajian pembuka yang ringan bisa membuat teman kita merasa disambut dan menciptakan suasana hangat bersahabat.
2. Hindari isu sensitif. Pertanyaan klasik seperti "kamu belum punya anak? Rencananya kapan?", "kerja dimana kamu sekarang? Gak kedengaran kabarnya di sosmed", atau "mau nikah kapan sih? Nyari yang gimana lagi?". Better to you enjoy the time and let them share their private things by themself. Gak perlu ditanya dengan penuh semangat. Kalau mereka berkenan membagikan pengalaman mereka, kita pun akan nyaman berbincang hal² yang sensitif agar tidak menyinggung perasaan. Kamu feel OK, aku feel OK dan kita feel OK. Is it right? 
3. Tetap bersikap netral. Proses hidup setiap orang adakalanya berbeda. Ada yang kebetulan sedang berlimpah rejekinya, ada yang sedang bermasalah dalam karirnya. Mungkin kita sedang berusaha menyembuhkan anggota keluarga yang sakit kronis dan butuh dana besar. Disaat yang bersamaan teman kita baru pulang umroh. Dalam hal ini, bercandalah tentang hal² diluar diri yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan pribadi seseorang. Biar teman kita atau kita sendiri tidak merasa kecil hati atau minder.
4. Doakan. Ada banyak orang dengan jalan hidup yang berbeda. Mari doakan mereka yang sudah baik hidupnya agar semakin baik kedepannya. Lebih-lebih mereka yang masih berjuang atau sedang menyelesaikan poin besar dalam hidupnya. Doakan diri sendiri, doakan teman sendiri. Doakan semua orang.

Karena reuni yang baik bukan soal venue yang instagram-able, bukan pula tentang banyaknya teman yang datang. Reuni yang baik membuat mereka yang datang menanti reuni selanjutnya. Mereka akan bertanya "Tahun depan tetap reuni kan?" Maka tidak ada yang lebih indah selain diharapkan kehadiran kita oleh teman-teman kita. Iya kan?

Selamat Reuni!! 🙇🏻‍

Sabtu, 02 Juni 2018

Hadiah yang Tidak Layak

Diangkot, jelang maghrib. Buka puasa ditengah himpitan penuh sesak penumpang yang semuanya puasa. Banyak yang membatalkan puasa mereka dengan air putih. Menikmati perjalanan dengan diam.

Dua orang ibu tampak asyik berbincang soal pekerjaan. Mau tidak mau telinga saya mendengar pembicaraan mereka yang tepat di sebelah saya. Yang 1 nampaknya mengajar di sebuah sekolah bersama anaknya yang baru masuk sekolah setelah libur awal puasa. Tadinya saya tidak menyimak dengan cermat. Lama kelamaan ada yang menggelitik diantara mereka berdua. Si Ibu guru nyaring mengatakan bahwa setiap akhir semester ia selalu menerima bingkisan dari orangtua murid berupa tas, pakaian, sepatu, atau barang bermerk lainnya.

Seolah ada yang meninju perut saya. Mengapa saya begitu marah? Ibu guru itu tidak melakukan sesuatu yang salah kepada saya. Mengapa saya merasa terluka? Hal ini sangat subyektif. Saya tidak bisa mendengar hal semacam itu. Teman-teman mengajar saya di Ende hanya menerima 50 ribu per bulan yang diterima setiap 3 bulan sekali. Sementara ibu guru tersebut bahkan setiap 6 bulan sekali menerima hadiah-hadiah yang belum tentu menandakan keberhasilan mengajarnya.

Ah Jilvia, kamu tidak berada di tengah situasi ibu guru itu. Bagaimana perjuangannya mengajar dari tahun ke tahun tanpa gaji yang memadai untuk hidup di kota. Kamu belum merasakan untuk berangkat ke sekolah tiap hari harus menghabiskan 50 ribu rupiah. Apalagi dengan kesibukan mengurus anak dan suami serta memenuhi kebutuhan mereka. Kamu tidak pernah berada disituasi tersebut. Kamu marah untuk apa? Idealisme yang tidak pernah mau kamu kompromikan? Pengorbanan yang tidak pernah mau kamu lakukan untuk mencurahkan cinta dan karyamu kepada muridmu di sekolah. Lalu kamu marah akan hadiah yang tidak pernah diminta guru tersebut? Bukankah itu tidak adil?

Mereka tidak SEMURAHAN itu. Yang mudah dibeli dengan tas, sepatu dan barang bermerk lainnya. Namun dari lubuk hati yang tidak pernah berdusta ada tangis yang tiba-tiba pecah. Rasanya budaya itu bukan hal yang benar untuk dilestarikan. Bagaimana dengan keberhasilan mengajar mereka? Apakah anak didik mereka tumbuh dan berkembang dengan baik di sekolah? Apakah tugas perkembangan anak didik bisa tuntas selama diajar oleh guru tersebut? Apakah penghargaan dari pihak sekolah tidak cukup untuk membuat guru bersyukur?

Saya yakin, tidak semua orang tua murid berkecukupan untuk membeli barang- barang bermerk. Apalagi untuk berterimakasih kepada guru anak mereka yang entah berhasil atau tidak dalam mendidik mereka. Lagi, budaya semacam ini sungguh tidak sehat. Berterimakasih tidak harus dengan pemberian barang. Memberikan nilai yang baik, bersikap sopan santun, kasih sayang terhadap sesama dan saling menghargai adalah hadiah terbesar bagi guru. Karena itulah keberhasilan pendidikan, karakter yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Ketika mengajar yang dihargai apa adanya kemudian digodai dengan sedikit kemewahan, apakah niat kita masih lurus? Ketika kita pada hakikatnya tidak bisa dibeli dengan tanda terimakasih yang tidak tepat, apakah orang bisa menyebut kita munafik?

Menyadari bahwa mengajar tidak serta merta sebuah pengabdian tapi kemampuan bertahan hidup, maka jangan pernah bisa dibeli dengan barang fana yang melenakan. Mereka yang memutuskan untuk mendidik, selayaknya sadar atas pilihannya. Mengajar tidak akan pernah membuat kita kaya. Hedonisme tidak ada dalam kamus guru. Kita bisa untuk mengusahakan kehidupan disisi lain agar kebutuhan untuk eksis dapat terpenuhi. Hah. Pada kenyataannya kebutuhan untuk tetap eksis menjadi barang primer bagi orang di jaman sekarang.

Saya mohon, kamu atau siapapun yang memilih mengabdi dijalan pendidikan. Mengajarlah dengan penuh kerendahan hati. Ajarkan kepada mereka sesuatu yang benar untuk dilakukan dalam hidup. Ciptakan budaya yang membiasakan mereka untuk tumbuh tanpa pamrih, berterimakasih dengan cara yang benar dan saling menghargai segala macam sikap baik. Kamu tidak bisa mengubah bangsa dengan itu semua tapi kamu membantu dengan sangat baik bagi generasi muda disekitarmu. Itu jauh lebih bermanfaat dan tepat daripada menerima hadiah² yang sebenarnya tidak layak kamu terima.

🙇

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...