Jumat, 07 Desember 2018

Have you fight your life?

[catatan acak-acakan setelah lama hening sejenak]

Sore ini agak menohok setelah melihat tayangan di youtube tentang seorang peneliti yang mengatakan bahwa 95% hidup kita ditentukan oleh 7 tahun kehidupan pertama kita. Jika kita dibesarkan dari keluarga kaya, kita akan dididik dengan gaya hidup orang kaya. Namun sebaliknya,  jika terlahir dari keluarga miskin kita akan dididik menjadi orang yang pesimis bahwa kita mampu untuk menjadi kaya.

Yang lebih menarik dari tayangan tersebut adalah ketika membaca komentar dari warganet. Beberapa akun mengatakan hal yang sangat jujur dan mengamini pendapat sang peneliti bahkan mengulang apa yang dikatakan peneliti.

 
“Sekalipun bekerja mati-matian,  kalau kamu terlahir dari keluarga yang miskin tidak akan banyak peluang yang bisa diambil. Tapi ketika kamu terlahir dari keluarga kaya,  orang kaya bodohpun tidak akan hidup miskin”


Saya merasa tertegun dan sedikit teracuni dengan komentar warganet.  Saya tidak terlahir dari keluarga miskin pun keluarga kaya. Maka tidak ada doktrin, “hidup kamu gak akan banyak berbeda dengan orangtuamu” atau “jangan mau kerja capek-capek dan kaya babu, biar orang lain aja yang ngerjain”. Pengalaman mendapatkan prioritas karena orangtua merupakan tokoh masyarakat dan berusaha mati-matian dalam memperoleh menjadi hal yang biasa bagi saya.  Ada momen dimana saya merasa sangat disegani, dihormati, dan dianggap memiliki kelebihan (*materi atau kesempatan). Orang lain tersenyum cukup ramah jika bertemu dengan saya dan membantu dengan cekatan apabila saya meminta tolong. Keadaan yang melenakan sebenarnya tetapi saya tidak meminta itu dari mereka. Entah karena alasan apa, mereka seolah terhipnotis untuk membantu saya. Pun adakalanya berada pada situasi dimana tidak ada yang memandang saya sebagai manusia yang punya kemampuan. Menyedihkan. Mata yang melihat kearah saya tidak ada optimisnya sama sekali dan dari  pandangan mereka seolah ada pertanyaan besar yang tidak tahan untuk dilontarkan. “Kamu siapa?”. Selanjutnya bisa ditebak bagaimana keadaan tidak memihak saya sedikitpun.

“Ada hari dimana harapan sama sekali tak tumbuh, seperti kota mati. Lalu kita sama-sama melewatinya tanpa ada sedikitpun gairah untuk hidup lagi. Matahari menyingkir dan doaku naik ke langit. Keesokan harinya, langit tetap sama dan hari ini seperti hari kemarin yang tanpa nyawa”

Berapa banyak doa yang manusia panjatkan kepada Tuhan agar hidup mereka semakin membaik? Ada berapa banyak harapan yang dituliskan di akun jejaring social dan tertulis beraneka warna di sebelah cermin setiap orang? Ada juga orang yang mati-matian bekerja keras tapi tak kunjung mendapatkan hasil dari usahanya.  Lalu disebelah mereka ada orang yang seolah sangat mudah memiliki sesuatu, tanpa usaha yang melelahkan. Tidak adil? You know each person have their own way.

Too much stories that you can’t take the point but good talk always starting from good greeting such as, “Hi, What’s up?! J at the beginning of your day.

And the end of the day please ask to yourself, “have you fight your life?”.

Didikan orangtua kaya atau miskin bagi saya bukan harga mati. Toh banyak orang yang hidup miskin kemudian berusaha dengan susah payah tidak lantas hidup miskin seumur hidup mereka. Kebanyakan orang tidak langsung kaya melainkan berproses. Butuh waktu seumur hidup memang. Seringkali orang tidak menikmati apa yang diperjuangkannya selama bertahun-tahun karena meninggal terlebih dahulu.  Lalu apakah semuanya sia-sia? Tidak. Ada anak keturunan yang mewarisi apa yang sudah dikerjakan, ada keluarga yang tetap berhak atas hasil perjuangan orang tersebut. Saya menyebutnya, manfaat.

Beruntungnya terlahir dari keluarga kaya adalah mereka punya kepercayaan diri yang bagus, melakukan segala sesuatunya dengan cerdas, serta etika yang terjaga. Meskipun tidak semua keluarga demikian tapi sisi positif dari anak yang terlahir dari keluarga kaya kurang lebih begitu. Terlahir dari keluarga miskin tidak selamanya menyedihkan dan tanpa harapan. Mereka diajarkan penuh syukur bahwa segala sesuatu dalam hidup yang belum menggembirakan bukan sebuah musibah besar. Anak orang miskin cenderung jujur terhadap diri mereka sendiri. Beginilah saya dan hidup saya. Meski ini bisa jadi racun untuk membatasi mimpi mereka.

Ini hidupmu. Kaya atau miskin, berusahalah agar apa yang kamu kerjakan terasa lebih bermakna. Pun agar kamu tahu bahwa usaha yang berasal dari dirimu sendiri adalah sesuatu yang berkesan. Fight.
 

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...