Sore
ini agak menohok setelah melihat tayangan di youtube tentang seorang peneliti
yang mengatakan bahwa 95% hidup kita ditentukan oleh 7 tahun kehidupan pertama
kita. Jika kita dibesarkan dari keluarga kaya, kita akan dididik dengan gaya
hidup orang kaya. Namun sebaliknya, jika
terlahir dari keluarga miskin kita akan dididik menjadi orang yang pesimis
bahwa kita mampu untuk menjadi kaya.
Yang
lebih menarik dari tayangan tersebut adalah ketika membaca komentar dari
warganet. Beberapa akun mengatakan hal yang sangat jujur dan mengamini pendapat
sang peneliti bahkan mengulang apa yang dikatakan peneliti.
“Sekalipun bekerja mati-matian, kalau kamu terlahir dari keluarga yang miskin
tidak akan banyak peluang yang bisa diambil. Tapi ketika kamu terlahir dari
keluarga kaya, orang kaya bodohpun tidak
akan hidup miskin”
Saya
merasa tertegun dan sedikit teracuni dengan komentar warganet. Saya tidak terlahir dari keluarga miskin pun
keluarga kaya. Maka tidak ada doktrin, “hidup kamu gak akan banyak berbeda
dengan orangtuamu” atau “jangan mau kerja capek-capek dan kaya babu, biar orang
lain aja yang ngerjain”. Pengalaman mendapatkan prioritas karena orangtua
merupakan tokoh masyarakat dan berusaha mati-matian dalam memperoleh menjadi
hal yang biasa bagi saya. Ada momen
dimana saya merasa sangat disegani, dihormati, dan dianggap memiliki kelebihan
(*materi atau kesempatan). Orang lain tersenyum cukup ramah jika bertemu dengan
saya dan membantu dengan cekatan apabila saya meminta tolong. Keadaan yang
melenakan sebenarnya tetapi saya tidak meminta itu dari mereka. Entah karena
alasan apa, mereka seolah terhipnotis untuk membantu saya. Pun adakalanya berada
pada situasi dimana tidak ada yang memandang saya sebagai manusia yang punya
kemampuan. Menyedihkan. Mata yang melihat kearah saya tidak ada optimisnya sama
sekali dan dari pandangan mereka seolah
ada pertanyaan besar yang tidak tahan untuk dilontarkan. “Kamu siapa?”.
Selanjutnya bisa ditebak bagaimana keadaan tidak memihak saya sedikitpun.
“Ada hari dimana harapan sama sekali tak tumbuh,
seperti kota mati. Lalu kita sama-sama melewatinya tanpa ada sedikitpun gairah
untuk hidup lagi. Matahari menyingkir dan doaku naik ke langit. Keesokan harinya,
langit tetap sama dan hari ini seperti hari kemarin yang tanpa nyawa”
Berapa
banyak doa yang manusia panjatkan kepada Tuhan agar hidup mereka semakin
membaik? Ada berapa banyak harapan yang dituliskan di akun jejaring social dan
tertulis beraneka warna di sebelah cermin setiap orang? Ada juga orang yang
mati-matian bekerja keras tapi tak kunjung mendapatkan hasil dari
usahanya. Lalu disebelah mereka ada
orang yang seolah sangat mudah memiliki sesuatu, tanpa usaha yang melelahkan.
Tidak adil? You know each person have their own way.
Too
much stories that you can’t take the point but good talk always starting from
good greeting such as, “Hi, What’s up?! J” at the beginning of your day.
And the
end of the day please ask to yourself, “have you fight your life?”.
Didikan
orangtua kaya atau miskin bagi saya bukan harga mati. Toh banyak orang yang
hidup miskin kemudian berusaha dengan susah payah tidak lantas hidup miskin seumur
hidup mereka. Kebanyakan orang tidak langsung kaya melainkan berproses. Butuh
waktu seumur hidup memang. Seringkali orang tidak menikmati apa yang
diperjuangkannya selama bertahun-tahun karena meninggal terlebih dahulu. Lalu apakah semuanya sia-sia? Tidak. Ada anak
keturunan yang mewarisi apa yang sudah dikerjakan, ada keluarga yang tetap
berhak atas hasil perjuangan orang tersebut. Saya menyebutnya, manfaat.
Beruntungnya
terlahir dari keluarga kaya adalah mereka punya kepercayaan diri yang bagus,
melakukan segala sesuatunya dengan cerdas, serta etika yang terjaga. Meskipun tidak
semua keluarga demikian tapi sisi positif dari anak yang terlahir dari keluarga
kaya kurang lebih begitu. Terlahir dari keluarga miskin tidak selamanya
menyedihkan dan tanpa harapan. Mereka diajarkan penuh syukur bahwa segala
sesuatu dalam hidup yang belum menggembirakan bukan sebuah musibah besar. Anak
orang miskin cenderung jujur terhadap diri mereka sendiri. Beginilah saya dan
hidup saya. Meski ini bisa jadi racun untuk membatasi mimpi mereka.
Ini
hidupmu. Kaya atau miskin, berusahalah agar apa yang kamu kerjakan terasa lebih
bermakna. Pun agar kamu tahu bahwa usaha yang berasal dari dirimu sendiri
adalah sesuatu yang berkesan. Fight.