Kamis, 24 Mei 2018

Random Day


Gegara hujan lebat, terpaksa nyamperin temen yang lagi upgrade kartunya ke 4G..

Sambil menggoda teman saya yang duduk diam sangat khusyuk, kami membuka pintu dan menyebut namanya dengan lembut. Sontak yang disebut namanya langsung menengok bahkan mbak² CS-nya yang sedang bekerja turut menengok. Siang hari di jam istirahat, antrian tidak begitu panjang. Teman saya membuka obrolan renyah seputar pekerjaan dan tupoksi. Saya menyeletuk "Kata atasan saya yang dulu katanya orang Jawa sama orang Sumatera kalau nunggu beda sekali. Lihatin K'Cumi tuh. Anteng duduk nunggu dipanggil. Coba orang Sumatera yang nunggu. Udah nanya² kapan gilirannya dan kapan selesainya". Sontak teman saya langsung terbahak-bahak mengiyakan. "Haha. Iya juga ya. Orang Sumatera gak bisa nunggu. Pasti nanya kapan dipanggil, kapan antriannya habis. Padahal kita gak tahu mereka kerjaannya apa".

Teman saya selesai dengan upgrade 4Gnya, hujan pun reda. Matahari langsung cerah bersinar. Kabar buruknya jalan depan gerai digenangi air. Waktu sudah menunjukkan 12.30. Akhirnya kami mlipir² mencari rute yang aman dari genangan. Setelah berusaha mencari rute yang aman, kami justru stuck di depan warteg yang didepannya persis ada selokan yang terbuka. Tidak bisa melewatinya teman saya langsung berteriak "Naik angkot aja sampe jalan yang kering". Jadilah kami naik angkot 5000 untuk bertiga sejauh 20 meter. "Bang, sampe jalan yang kering aja ya" sembari cekikikan supir angkot menjawab, "Waaah, tadinya mau saya gendong aja" 😮 mau tidak mau, kami naik angkot 20 meter lalu menyeberang dan faktanya memang berada di seberang gerai yang tadi kami kunjungi. Sejak didalam angkot, selama berjalan menuju pabrik, hingga didalam masih tertawa-tawa dengan absurdnya kami bertiga.

Minggu, 13 Mei 2018

Yakin, Ada Tuhan yang Membantu

Seorang saudara berkata kepada saya, "Dulu pas anak-anak masih sekolah Bapaknya dapat tunjangan per bulan. Makan siang selalu dikasih entah itu dalam bentuk nasi bungkus atau uang tunai. Selalu ada recehan yang nyangkut diluar gaji. Sekarang si sulung sudah kerja dan anak kedua sudah lulus SMA. Kerasa. Kerasa banget gak punya duit. Tunjangan per bulan Bapaknya dikurangi padahal dia gak pernah cerita soal pendidikan anak, THR cuma dapat 1 juta dan aku sekarang sudah keluar dari kerjaan. Memang benar ya, rejeki anak selalu ada. Giliran sudah selesai sekolah begini, uangnya juga dikurangi. Gusti Allah Maha Adil kan?" Raut muka yang bingung dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terlihat jelas. Dibalik kebingungannya, rejeki justru datang dari anak sulungnya yang sudah bekerja. Hampir setahun bekerja sebagai buruh pabrik, ia menabung dan memperbaiki rumahnya sedikit demi sedikit. Bahkan perempuan itu bersedia menampung Pamannya yang sudah tua dan tidak punya keluarga dirumahnya. Sampai hari ini ia bisa makan walau sederhana. Ia masih mengantar jemput anaknya ke sekolah yang cukup jauh dari rumahnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?

Apabila kita memikirkan kesanggupan dalam menjalani hidup, tentunya akan ada banyak kendala. Keadaan ekonomi yang sedang tidak baik, pekerjaan yang penghasilannya dibawah UMR, anggota keluarga yang saling berjauhan dan sebagainya. Namun selalu ada harapan bagi mereka yang percaya pertolongan Nya. Ditengah tanggungjawab, ada tangan tak terlihat yang senantiasa membantu. Itu pengalaman saudara saya. Ia percaya hidup hanya harus dijalani dan dihadapi. Meskipun situasinya serba terbatas dan sulit, kita harus terus berjalan. Tuntaskan satu demi satu. Ada Tuhan yang membantu.

Bagi saya, pengalaman serupa terjadi ketika masih kuliah S1. Tahun 2010 hingga awal 2013 merupakan masa sibuk saya di organisasi kampus. Setiap bulan selalu ada agenda keluar kota. Belum lagi kegiatan intra kampus yang menyita energi hampir tiap minggunya. Maha Pemurah Tuhan, beasiswa saya selalu cair per semester. IPK saya selalu cukup sebagai syarat mengajukan perpanjangan beasiswa. Pertengahan 2013 saya memutuskan untuk mundur dari organisasi kampus untuk konsentrasi skripsi. Keadaan ekonomi keluarga saya sedang tidak baik saat itu. Jatah bulanan saya berkurang drastis. Di lain sisi, perkembangan skripsi berjalan setapak demi setapak. Ketika saya mencari bahan di perpustakaan dosen ready bimbingan. Ketika saya ready bimbingan, dosen sibuk dengan agenda lain. Oke, dalam masa berhemat tersebut saya baru dinyatakan lulus pada Agustus 2014.

Kalau ada yang bertanya, "Kamu ngapain aja dari 2013 sampai 2014?". Saya lebih banyak di perpustakaan jurusan dan pusat. Membaca buku tidak hanya yang berkaitan dengan skripsi. Kalau sedang jenuh, bertemu dengan teman-teman yang menyelesaikan skripsi. Berdiskusi banyak hal tentang teori, metode penelitian dan sesekali curhat akan dosen yang susah ditemui untuk bimbingan. It means too much for me. Mereka yakin, akan ada waktu dimana bimbingan berjalan lancar dan dosen meminta untuk mengajukan jadwal sidang. Saya yakin hari-hari yang saya lalui tidak sia-sia. Tuhan melihat dan menunggu, doa apa yang akan saya panjatkan saat itu.

Seorang teman saya pernah berkata, "Tuhan menahanmu disini untuk menghindarkan badai disana". Saya meyakini lebih banyak kemudahan dibalik kesulitan setelah setahun dua tahun meninggalkan kampus. Jalan hidup masing-masing orang tidaklah sama. Dengan kekuatan yang dimiliki, orang terdekat yang support, dan "rute khusus" dari Tuhan menjadikan cerita tiap orang berbeda dari temannya, bahkan saudara sekandungnya sendiri.

Dari segala macam cerita dan pengalaman, serta lingkungan sekitar saya semakin sadar bahwa ujian hidup atau apapun namanya bisa mendekatkan seseorang pada Tuhannya atau justru sebaliknya. Andai kita mau sedikit saja memahami bahwa Tuhan selalu punya maksud baik dibalik kesulitan dan menjanjikan pertolongan, tentu kita akan bahagia berlama-lama sujud dan berdzikir. Setelah sering bersujud, berdzikir, berbuat baik kepada sesama mudah-mudahan kita sadar bahwa sujud itu semata-mata untuk menghamba bukan meminta apa-apa.

🙏

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...