Minggu, 08 Desember 2013

Pulang Sendiri II

4 Desember 2013 pukul 10:12

[catatan perjalanan]

Mengawal cerita lagi agaknya sedikit horor jika diawali dengan kematian karena biasanya awal selalu dimulai dengan kelahiran, pagi atau kesemangatan. Bukit Damai Soropadan yang tidak lain kuburan/pemakaman non muslim mengambil lokasi strategis ditepi jalan raya yang ramai. Letaknya diperbukitan kecil dan berjejer-jejer rapi makam yang tidak horor menurut saya. Yang horor itu yang isinya mayat dengan kain kafan didalamnya.

I am here, Magelang Kota Harapan.

Mengapa Pemkot mengambil tagline yang penuh fisosofi itu? Sebuah harapan, tentu harapan hidup yang lebih baik dan lebih baik dalam artian sejahtera lahir dan batin. Ingat Magelang, ingat Artos. Pusat perbelanjaan baru yang mencolok dipertigaan paling strategis kota itu. Armada Town Square (Artos) yang berdiri megah belum ada dua tahun eksis dikawasan tersebut mampu mencuri mata setiap pengguna jalan. Konsep pusat perbelanjaan, hotel dan wisata menjadi satu. Saya sih belum pernah masuk kedalam dan melihat-lihat kekhasan dari Artos tetapi palingan juga tidak jauh beda dengan shopping center lain. Kawasan strategis ini dikelilingi oleh kompleks pertokoan yang terletak dijalan protokol arah Yogya dan disambut gedung DPRD ke arah Purworejo-Kebumen. Kalau disangkut pautkan dengan tagline Magelang, Artos boleh jadi sebuah harapan untuk masyarakat bekerja sebagai apapun itu disana. Pajak yang didapatkan pemkot juga bisa lumayan lho ya. Disisi lain kita melihat life style masyarakat yang mau tidak mau semakin hedonis dengan adanya Artos. Semoga sih ya memang masyrakat mengambil sisi baik dari itu semua.

Didepan sana ada RSJ Prof. Dr. Soerojo yang sudah terkenal dimana-mana. Bahkan dosen pemahaman individu, konseling agama, dan kesehetan mental saya berharap mahasiswanya bisa berkunjung kesana. Sekadar belajar bagaimana memberikan treatment kepada penyandang gangguang kejiwaan oleh para ahli. Hore-horelah anak satu kelas dan sudah cekikikan membayangkan betapa kerennya jika bisa berkunjung dan mendengarkan pengalaman ahli jiwa yang berkompeten. Harapan tinggal harapan. Mahasiswa disibukkan dengan tugas resume dan power point.

Melenggang dari Terminal Secang ditemanilah saya oleh pengamen yang membawakan lagu "Masih Ada Waktu"nya Om Ebiet. Maaf mas, uang saya tinggal 1200 perak. Nanti saya bayar pipisnya pakai apa kalo ini dikasih semua ke masnya. Ditengah lagu masnya sempat melebaikan diri -__- Suasana seperti ini mengingatkan saya pada kelakuan Menlu Unnes 2011 yang iseng merekam aksi pengamen di bus. Saat itu perjalanan menuju Yogyakarya dalam sebuah bus ekonomi yang penuh sesak. Gratis dari Mas Mentri. Asik. Kalau kami aktor jalanan yang akan turun ke jalan bersama teman-teman kami maka dia adalah aktor bus yang aksi setiap hari demi sesuap nasi. Beda tipis ya. Sama-sama dijalanan. Oke. Apakah rekaman itu masih ada? Bisa dishare dong ya Kak? :) Sekarang, mahal juga rasanya mendengarkan pengamen mesti merogoh 95K. Aw aw aw.

Selesai melakukan aksinya, si pengamen seperti biasa nodong penumpang yang masih punya recehan. Bukan hanya suara dan aksi yang lebai, penampilannya pun rada lebai untuk saya. Ebusyet. Kacamata warna coklat menutupi kedua matanya. Berbaju kotak-kotak. Aduh. Kenapa pula saya sampai tahu? Heuu -_-

Saya pikir harapan hidup di Magelang cukup tinggi, biaya hidupnya pun saya rasa begitu. Kendati demikian, menjadikan Magelang sebagai referensi tempat tinggal tidak akan mengecewakan. Transportasi lancar, akses ke Semarang atau Yogyakarta pun tidak sulit, banyak lembaga bimbingan belajar dan kursus, sekolah bertebaran, beberapa kampus swasta, komplek pertokoan dan pusat perbelanjaan, rumah sakit, balai rehabilitasi, pasar tradisional, show room mobil dan sepeda motor, bengkel, dan sebagainya. Disini terdapat SMA terbaik se-Indonesia (lupa tahun berapa) yang digandrungi anak-anak daerah, Taruna Nusantara.

Magelang yang mendung, dibuat shock dengan kehadiran pengamen suara cempreng didalam bus. Astaghfirullah. Kaget beneran. Genjrengan pertama sungguh memecah keheningan penumpang yang cuma beberapa orang. Lagu nyindir. Suara aneh. Masih kaget. Pengamen usil yang membuat tangan dan kaki saya lemas mendadak karena kaget.

Masih di Magelang

Pulang Sendiri III

8 Desember 2013 pukul 12:20

[Catatan Perjalanan]

Armada Town Square yang mencolok didepan mata menyita perhatian. Terpaksa menoleh kearah kiri jalan sebelum bus membelok ke arah kanan. Serangan pengamen yang cetar masih menyisakan detak jantung yang tinggi. Beberapa ratus meter kita akan menjumpai Komplek Akmil.

Akmil dan Magelang. Sesaat mengembalikan memori pada akad dan resepsi adik angkatan saya. Setelah melewati berbagai aral melintang yang menguras emosi, upacara sakral itu toh terlaksana juga. Bahagia? Saya turut berbahagia walau sebelumnya dibuat geger dengan insiden demi insiden tidak mengenakkan. Di malam sebelum dia melepas masa lajangnya, kami sempat mengobrol banyak. Bahkan diam pun menyiratkan banyak makna. Tidak ada airmata yang menetes sekalipun keharuan membuncah. Dia bahagia. Saya lebih bahagia melihatnya bahagia. Ya. Malam itu, saya menemaninya dan menatapnya menutup mata untuk menyambut hari bahagia.

Beralih ke soal teknis. Perempuan saya memang tidak punya saudara kandung perempuan. Wajarlah saya didaulat jadi asisten pribadi semalam sehari. Bukan hanya pengiring atau asisten tetapi merangkap jadi tukang poto. Bersebelahan dengan juru sosmed dari pengantin laki-laki yang kebetulan atasan saya di BEM dulu. Hayyaah -_-

Eits, saya merasa belum dapat pelangkah. Inget ya Arma dan Mas Didik, saya belum dapat pelangkah.

Melewati Komplek Akmil, kita dapat mengintip SMA terbaik dan terfavorit seluruh Indonesia. Sekolah yang sudah seumuran dengan saya ini memiliki konsep boarding school dengan aturan ketat ala tentara. Namun jangan disamakan persis dengan proses pendidikan di Akmil atau Akpol. Pendidikan disini sama dengan sekolah pada umumnya dan mengikuti kurikulum yang berlaku nasional. Balairung Pancasilanya berdiri megah dan nampak dari gerbang depan. Ya, inilah SMA Taruna Nusantara yang terkenal seantero negeri terutama oleh keluarga tentara dan yang seprofesi ^_^

Berdasarkan cerita seru dari adik angkatan saya yang praktik mengajar disana, setiap pagi anak-anak olahraga kemudian apel sebelum masuk kelas. Sorenya bimbingan atau belajar bersama diruang yang disediakan bersama guru piket. Menyenangkan ya? Sayangnya, guru perempuan tidak diperkenankan berjilbab. Oke.

Meski pagi sudah menghabiskan semangkuk pop-bihun, perut terasa keruyukan. Padahal saya naik bus belum ada 4 jam dan cuaca cukup bersahabat. Lapaaarrrr!!!  Sudah tidak ada pop-mie atau indomie goreng hingga yang tersisa hanya pop-bihun. Saya mulai beralih menu mie menjadi bihun karena menurut saya lebih sehat. Kalau nanti ada pop-bihun yang kemasan cup bolehlah saya coba. Waw, terpaksa pikiran terbang ke Prancis dan flash back obrolan dengan salah satu aktivis BEM SI yang tengah belajar disana. Bagaimana stock indomie di Montplier bung, amankah? Ini ceritaku, apa ceritamu?

Magelangnya sudah hampir habis dan sudah mendekati kecamatan terakhir. Selamat datang di Kecamatan Salaman yang sejuk dan lumayan sepi. Disalah satu pasarnya, ramai penjual bertransaksi dengan pembeli. Seorang penjual memarkir sepeda motornya dan membiarkan ayam warna-warni bercuit diatasnya. Ayamnya dicat pink, ungu, kuning dan semaraklah kandang itu dengan warnanya. Dulu tetangga saya yang membeli ayam warna-warni itu dengan harga 1500-2000 rupiah per ekor. Kira-kira sasaran pembeli dari ayam-ayam itu siapa ya? Sembari pikiran-pikiran itu nakal bermain dikepala, Magelang sudah tertinggal jauh dibelakang sana.

Pulang Sendiri II


4 Desember 2013 pukul 10:12

[catatan perjalanan]

Mengawal cerita lagi agaknya sedikit horor jika diawali dengan kematian karena biasanya awal selalu dimulai dengan kelahiran, pagi atau kesemangatan. Bukit Damai Soropadan yang tidak lain kuburan/pemakaman non muslim mengambil lokasi strategis ditepi jalan raya yang ramai. Letaknya diperbukitan kecil dan berjejer-jejer rapi makam yang tidak horor menurut saya. Yang horor itu yang isinya mayat dengan kain kafan didalamnya.

I am here, Magelang Kota Harapan.

Mengapa Pemkot mengambil tagline yang penuh fisosofi itu? Sebuah harapan, tentu harapan hidup yang lebih baik dan lebih baik dalam artian sejahtera lahir dan batin. Ingat Magelang, ingat Artos. Pusat perbelanjaan baru yang mencolok dipertigaan paling strategis kota itu. Armada Town Square (Artos) yang berdiri megah belum ada dua tahun eksis dikawasan tersebut mampu mencuri mata setiap pengguna jalan. Konsep pusat perbelanjaan, hotel dan wisata menjadi satu. Saya sih belum pernah masuk kedalam dan melihat-lihat kekhasan dari Artos tetapi palingan juga tidak jauh beda dengan shopping center lain. Kawasan strategis ini dikelilingi oleh kompleks pertokoan yang terletak dijalan protokol arah Yogya dan disambut gedung DPRD ke arah Purworejo-Kebumen. Kalau disangkut pautkan dengan tagline Magelang, Artos boleh jadi sebuah harapan untuk masyarakat bekerja sebagai apapun itu disana. Pajak yang didapatkan pemkot juga bisa lumayan lho ya. Disisi lain kita melihat life style masyarakat yang mau tidak mau semakin hedonis dengan adanya Artos. Semoga sih ya memang masyrakat mengambil sisi baik dari itu semua.

Didepan sana ada RSJ Prof. Dr. Soerojo yang sudah terkenal dimana-mana. Bahkan dosen pemahaman individu, konseling agama, dan kesehetan mental saya berharap mahasiswanya bisa berkunjung kesana. Sekadar belajar bagaimana memberikan treatment kepada penyandang gangguang kejiwaan oleh para ahli. Hore-horelah anak satu kelas dan sudah cekikikan membayangkan betapa kerennya jika bisa berkunjung dan mendengarkan pengalaman ahli jiwa yang berkompeten. Harapan tinggal harapan. Mahasiswa disibukkan dengan tugas resume dan power point.

Melenggang dari Terminal Secang ditemanilah saya oleh pengamen yang membawakan lagu "Masih Ada Waktu"nya Om Ebiet. Maaf mas, uang saya tinggal 1200 perak. Nanti saya bayar pipisnya pakai apa kalo ini dikasih semua ke masnya. Ditengah lagu masnya sempat melebaikan diri -__- Suasana seperti ini mengingatkan saya pada kelakuan Menlu Unnes 2011 yang iseng merekam aksi pengamen di bus. Saat itu perjalanan menuju Yogyakarya dalam sebuah bus ekonomi yang penuh sesak. Gratis dari Mas Mentri. Asik. Kalau kami aktor jalanan yang akan turun ke jalan bersama teman-teman kami maka dia adalah aktor bus yang aksi setiap hari demi sesuap nasi. Beda tipis ya. Sama-sama dijalanan. Oke. Apakah rekaman itu masih ada? Bisa dishare dong ya Kak? :) Sekarang, mahal juga rasanya mendengarkan pengamen mesti merogoh 95K. Aw aw aw.

Selesai melakukan aksinya, si pengamen seperti biasa nodong penumpang yang masih punya recehan. Bukan hanya suara dan aksi yang lebai, penampilannya pun rada lebai untuk saya. Ebusyet. Kacamata warna coklat menutupi kedua matanya. Berbaju kotak-kotak. Aduh. Kenapa pula saya sampai tahu? Heuu -_-

Saya pikir harapan hidup di Magelang cukup tinggi, biaya hidupnya pun saya rasa begitu. Kendati demikian, menjadikan Magelang sebagai referensi tempat tinggal tidak akan mengecewakan. Transportasi lancar, akses ke Semarang atau Yogyakarta pun tidak sulit, banyak lembaga bimbingan belajar dan kursus, sekolah bertebaran, beberapa kampus swasta, komplek pertokoan dan pusat perbelanjaan, rumah sakit, balai rehabilitasi, pasar tradisional, show room mobil dan sepeda motor, bengkel, dan sebagainya. Disini terdapat SMA terbaik se-Indonesia (lupa tahun berapa) yang digandrungi anak-anak daerah, Taruna Nusantara.

Magelang yang mendung, dibuat shock dengan kehadiran pengamen suara cempreng didalam bus. Astaghfirullah. Kaget beneran. Genjrengan pertama sungguh memecah keheningan penumpang yang cuma beberapa orang. Lagu nyindir. Suara aneh. Masih kaget. Pengamen usil yang membuat tangan dan kaki saya lemas mendadak karena kaget.

Masih di Magelang

Pulang Sendiri I

4 Desember 2013 pukul 7:53

[Catatan Perjalanan]

Rute yang menohok untuk perjalanan panjang dari ibukota propinsi pagi itu. Kedua gadget kesayangan teronggok diatas meja. Oke. Dua hari tanpa sinyal Indosat dan Telkomsel yang sudah seperti gandengan kemana-mana. Terpaksa membawa hanya 95K dikantong dan recehan untuk ke toilet saat dipemberhentian. Saya baru sadar kalau 95K pasti pas untuk melenggang meninggalkan kota Atlas. Sembari menyerahkan uang terakhir kepada kondektur yang terlampau ramah untuk ukuran bapak-bapak, menelan ludah. Masih menatap lembaran itu dan berharap, ah sudahlah. Untung saja makan siang masuk dalam hitungan 95. Allah masih memberikan nyawa setidaknya sampai alun-alun nanti.

Hei, Kampung Rawa disebelah kiri saya! Beberapa foto yang diambil teman sejurusan saya banyak yang mengambil setting di daerah ini. Hasilnya pun jauh dari lumayan yang artinya bagus. Dihias dengan gunung-gunung dibelakangnya, kampung rawa yang masih terbilang baru usianya mendapatkan poin pentingnya, strategis manis. Jalur baru yang terbilang seumur jagung ini memanjakan pengendara yang melintas dengan lanskap rawa, persawahan, kemudian menyatu dengan gunung dan perbukitan disana sini. Jalur ini dibuka untuk menghindari kemacetan di pasar ambarawa yang selalu padat kendaran dan keramaian. Rute yang lumayan memutar jauh terbayar dengan lanskap Allah yang lengkap memanjakan mata. Kampung Rawa yang menghampar diatas Rawa Pening menyediakan kuliner khas, permainan, dan ATV.

Jika kita melintas di pagi atau siang hari mata akan langsung disuguhi hamparan sawah menghijau, kadang kala perahu nelayan disalah satu sisinya. Lampu yang mendaki di sederet bukit-bukit disekelilingnya spektakuler ketika kebetulan kita melintas malam hari. Apabila kita pernah melihat Jakarta dari teluknya, disini kita melihat lampu dikanan dan kiri kita.

Kita akan menemui perempatan lampu merah yang dijaga oleh sekelompok pengamen tradisional. Mereka menari ditengah traffic light dengan busana daerah  plus make up lengkap. Saya sempat memikirkan pendapatan yang mereka peroleh dari pengguna jalan. Apakah sebanding dengan pengeluaran mereka untuk gamelan, make up, busana, dan kebutuhan sehari-hari. Yaa, namanya kerja. Tidak ada yang enak Jil jika tidak berawal dari kesenangan. Bahkan mereka yang mengaku senang pun kadangkala terbentur kebutuhan hidup anak dan istri.

Di Ambarawa berdiri sebuah museum yang dahulunya merupakan sebuah stasiun, Museum Kereta Api Ambarawa. Dibangun pada abad 19 atau tahun 1800an oleh pemerintah Belanda. Museum ini menjadi favorit calon pengantin untuk menggelar pre wedding karena ada belasan lokomotif bertengger di museum ini. Kita bisa melihat jejak-jejak rel bersebelahan dengan jalan raya karena pernah beroperasi rute Semarang-Ambarawa-Solo. Sekarang, rel-rel tersebut sudah usang karena lama tidak beroperasi. Semoga Gubernur yang sudah lebih dari 100 hari mau memaksimalkan transportasi masal favorit tersebut.

Rute Ambarawa tidak akan lengkap sampai kita menoleh rumah megah warna hijau disebelah kanan jalan. Bukankah kita masih ingat peristiwa seorang syeh yang menikahi gadis berusia 14 tahun? Sebentar lagi saya akan melewati kediaman syeh kontroversial itu. Bahkan ia sempat membuat sel untuk dirinya sendiri. Rumah berpagar hijau motif pot bunga tersebut begitu mencolok diantara rumah warga yang terbilang biasa. Meski luas dan memiliki garasi berkapasitas sekitar 4 mobil, rumah tersebut tidak terkesan mewah berlebih.

Warung Kopi Banaran akan menyegarkan pikiran kita selepas mengingat-ingat kasus dan kontrovesi pemilik pondok pesantren. Pertama kali ke Semarang awal tahun 2009, saya masih melihat sisi perbukitan yang gundul dan menyisakan bibit kecil. Sekarang bukit-bukit itu sudah tertutup pohon yang semakin meninggi. Alhamdulillah. Warung Kopi Banaran menyediakan aneka macam kopi yang rasanya khas. Selain kopi, tempat ini menyajikan berbagai permainan dan wisata keliling kebun kopi karena memang warkop yang berdiri sejak 2002 ini terletak persis di area perkebunan kopi milik PTPN IX. Luasnya perkebunan ini dan rute yang unik, akhirnya pengembang membuat dua spot. Disepanjang rute Semarang-Solo tepatnya di area Bawen dan di jalur yang tengah saya lewati. Ada yang mau menikmati secangkir kopi disana bareng saya? ^_^

Melangkah dari Warung Kopi Banaran, kita dilepas oleh Gapura "Selamat Jalan, Kabupaten Semarang" dan menuruni jalanan kemudian disambut dengan "Selamat Datang, Kabupaten Temanggung". Area ini favorit para pengendara truk untuk berguling atau sekadar tergelincir sukses di tanjakannya. Saya pun pernah terjebak kemacetan panjang gegara kontainer mengguling ke salah satu sisinya. Akibatnya terpaksa menikmati macet berjam-jam. Beruntung, ada mushala yang berada didalam kawasan pabrik untuk shalat dhuhur. Memang Allah yang mengatur rejeki hamba Nya, disiang bolong yang serba tidak pasti melengganglah seorang penjual baso mini disekitar biang kemacetan. Macet yang menyenangkan. Menikmati baso mini bersama teman yang melakukan perjalanan serupa.

Ini Temanggung ya? Saya ingat kasus kerusuhan di bulan Februari 2011 lalu. Kerusuhan yang dipicu oleh kasus penistaan agama tersebut punya cerita panjang sejak 2010. Saya yang sempat melintas ketika kota berada dalam kondisi darurat merinding juga melihat masa yang berkeliaran di penjuru kota. Bahkan beberapa konvoi didatangkan dari Brimob dan Polda Jateng untuk mengantisipasi kerusuhan yang semakin melebar. Tetapi perjalanan saya tidak akan melewati rute Temanggung-Wonosobo karena lebih lama dari rute Magelang-Purworejo.

Bersiap-siap masuk kota harapan >> Magelang. Go go go!!

Rabu, 20 November 2013

This is My Step



Merencanakan masa depan seperti menggambar diatas kanvas. Kita membutuhkan cat, kuas, kanvas, palet, dan kanvas. Cita-cita membutuhkan kemampuan yang menopang kita bekerja dan berkarya dengan ridha orang tua banyak kemudahan dan dukungan dana.

Masa depan kita merupakan representasi cita-cita dan harapan saat ini sehingga apa yang dilakukan saat unu menjadi jalan menuju cita-cita. Setiap orang pasti memiliki cita-cita masing-masing sesuai kemampuan, keterbatasan dan keadaan ekonomi.

Keluarga dan lingkungan telah menanamkan nilai-nilai sejak kecil hingga sebesar sekarang, Tentu banyak sekali yang sudah didapatkan. Kejujuran, rasa syukur, berterimakasih, sopan santun, keagamaan, disiplin secara tidak langsung ditanamkan orang tua kita, guru-guru dan masyarakat. Nilai-nilai tersebut akan melandasai kita untuk beraktivitas dan bergaul, Harapan dan cita-cita yang kita ambil dikontrol oleh nilai tersebut.

Sekarang apakah kalian punya gambaran untuk menentukan masa depan? Mari membayangkan cita-cita yang sesuai dengan pertimbangan yang matang

Ketika Kesulitan Menghampiri [Bagian II]


Lingkungan memberikan kita kesempatan untuk beraktualisasi diri. Kita bisa belajar menjadi dokter, TNI, belajar mengaji dan sepakbola. Apakah bisa semulus itu perjalanan kita? Ternyata keinginan kita harus bertemu dengan lingkungan yang tidak selamanya mendukungh kita beraktivitas.

Ada saatnya keluarga kurang mendukung apa yang kita ingin lakukan dengan berbagai alasan. Misalnya karena kondisi ekonomi, kemampuan kita yang terbatas, peluang ke depan, dan kebaikan serta keburukan yang ada dari kegiatan tersebut. Keluarga memiliki kesempatan untuk mendukung dan tidak bersepakat dengan pilihan kita. Di lain sisi keluarga kita juga memiliki keterbatasan ekonomi, pengetehatuan, kemampuan sehingga belum bisa memberikan banyak bantuan dalam mendukung perjalanan karir kita.

Karir mesti dikembangkan dan didukung oleh lingkungan yang kondusif seperti siswa yang akan dapat belajar maksimal jika berada dilingkungan yang tenang. Selain kondisi, fasilitas lingkungan seperti warnet, pusat perbukuan, sarana olahraga, rekreasi, dan tempat belajar pengembangan diri.

Apabila lingkungan kurang mendukung pengembangan diri kita, ada baiknya kita melakukan adaptasi dengan menerimanya. Cara lain apabila kita tidak mampu beradaptasi yaitu dengan mengubah lingkungan, bergaul dengan lebih banyak teman, mencari hobi baru, membaca buku lebih banyak dan belajar giat. Menerima keterbatasan lingkungan baik diri, keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat membuat kita lebih legowo dengan potensi. Bersyukur dan berusaha terus mengembangkan diri agar tercapai cita-cita dan karir yang dikehendaki.

PEREMPUAN DALAM RENTETAN KARIR


Ada aspek-aspek yang perlu diperhatikan ketika kita berbicara kehidupan seseorang termasuk perempuan. Yang pertama pribadi, sosial, belajar/pendidikan, karir, keluarga, agama. Melihat cakupan wilayahnya tentu diri pribadi dan lingkungan (keluarga, sekolah,/tempat kerja, dan masyarakat) merupakan aspek yang perlu dikembangkan.
Akan tetapi jika kita hendak memfokuskan diri pada lingkungan "karir" seorang perempuan. Ada beberapa hal yang bisa kita bahas soal karir perempuan. Yang pertama memaknai karir, urgensi menekuni karir, kendala yang ada, proses menghadapi kendala, dan menikmati hasil dan mengkader.

Memaknai karir
Karir adalah serentetan pengalaman bekerja, merupakan perjalanan panjang dari aktivitas kita yang mengarah pada satu bidang pekerjaan dan profesi tertentu. Misal guru selepas pendidikan S1 kemudian mengajar, sertifikasi, S2, dan mengajar. Seorang guru dapat menjadi kepala sekolah, kemudian naik ke dinas pendidikan. Dalam dunia perbankan kita mengenal urutan posisi karyawan dan proses kenaikan pangkatnya. Akan tetapi tidak semua bank menerapkan jenjang karir yang cepat.
Itulah karir. Dalam perkembangan jaman kita mengartikan karir sama dengan pekerjaan. Orang/pegawai yang keluar masuk perusahaan bisa jadi belum menentukan dengan tepat karir yang akan ditempuh. Padahal karir dan perencanaannya dapat kita mulai sejak usia sekolah.

Urgensi Karir
Pilihan berkarir bagi perempuan dapat dikatakan gampang-gampang susah. Kita menyebut gampang karena apabila ijin keluarga sudah ditangan, langkah selanjutnya akan lebih mudah dijalani. Semua menjadi sulit jika asumsi masyarakat dan keluarga tentang perempuan pekerja masih negatif. Banyak keluarga yang masih enggan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk beraktivitas diluar.
Ada dua alasan perempuan memutuskan untuk berkarir. Pertama untuk memenuhi kebutuhan hidup berkeluarga. Hal ini dipicu oleh kondisi ekonomi keluarga yang menuntut perempuan untuk berkarir. Alasan kedua karena ingin beraktualisasi diri mewujudkan harapan, keinginan dan cita-cita serta melakukan banyak aktivitas publik.
Tidak ada larangan dalam agama bagi perempuan untuk berkarir selama hal tersebut tidak menyebabkan perempuan lupa akan kodratnya.

Kendala
Ada tiga hal mendasar yang menjadi kendala bagi perempuan untuk merintis karirnya. Tiga hal tersebut yaitu kemampuan, regulasi dan dukungan sistem, serta asumsi masyarakat. Kemampuan yang harus dipenuhi perempuan untuk terjun dalam karir tidak selamanya dipenuhi dengan mudah. Misalnya daya tahan fisik, fokus perhatian, emosional dan sebagainya. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki bahkan setara dengan mereka. Sayangnya, banyak kesempatan yang tidak diberikan kepada perempuan untuk mengembangkan kompetensinya. Dilapangan, pada akhirnya perempuan hanya sebagai pendukung dari kerja laki-laki.
Regulasi yang mendukung partisipasi perempuan dalam sektor publik masih minim. Sistem yang ada diberbagai lini masih saja menempatkan perempuan diurutan setelah laki-laki. Meski ada regulasi yang sudah pasti dan berupa undang-undang, jika dukungan sistem belum mapan peran perempuan belum termaksimalkan.
Pandangan masyarakat yang memandang perempuan dirumah saja, mengurus rumah tangga, dan sebagainya nyata-nyata masih berkembang apalagi di pedesaan. Budaya ini sedikit banyak membatasi perempuan dalam beraktivitas di ruang publik.

Menjalani Karir
Menghadapi tantangan di lapangan, membangun sinergi kekuatan , pemenuhan kodrat, kebutuhan beraktualisasi merupakan tantangan bagi perempuan pekerja. Mengelola agar semuanya bisa seimbang butuh dukungan sistem. Ditengah pilihan untuk berkarir tentu kita menemukan perempuan yang sama-sama memiliki cita-cita serupa. Didalam pekerjaan, lingkungan rumah, pengajian RT, atau masyarakat kita akan menemukan perempuan lain yang berkarir dan tetap berusaha menjalankan kewajiban domestik dalam rumah tangga. Saat itulah kita perlu berbagi pengalaman, berdiskusi, berkomitmen untuk membangun wilayah desa, kecamatan. Indah bukan?

Menikmati Karir dan Mengkader
Saat karir berada dalam genggaman, keluarga terjaga dan memiliki banyak link kita dapat menikmatinya dengan mengkader perempuan-perempuan muda untuk berkarir. Kita bisa mengkader perempuan lain untuk berkarir sesuai dengan pasion atau ketertarikan pribadi. Memang proses mengkader bisa dilakukan bahkan saat kita tengah merintis karir. Namun pencerdasan yang dilakukan setelah kita memiliki power dan branding sehingga bisa lebih berhasil. Insya Allah

Ketika Kesulitan Menghampiri [Bagian I]


Apakah pernah kamu menjumpai status Facebook/twitter/BBM teman kamu yang isinya tentang kesedihan, tengah mengalami kesulitan, galau yang berkepanjangan? Saat itu apa yang kamu rasakan? Merasa kasihan atau malah menertawakan?

Menentukan cita-cita untuk dijalani bertahun-tahun yang akan datang memang tidak mudah. Saat ini, satu atau banyak dari kamu masih bingung dengan cita-cita dan pekerjaan apa yang akan dipilih. Bahkan orang tua kita mungkin tidak pernah memikirkan akan menjadi apa saat berusia seperti kalian saat ini.

Sekarang mari kita coba temukan masalah atau kesulitan yang dihadapi dalam menentukan masa depan. Sebenarnya ada batasan ketika kita membicarakan masalah tersebut. Yang pertama masalah dalam diri dan yang kedua masalah diluar diri.

-Joni sering diejek teman-temannya karena sering salah jika mengerjakan tugas didepan kelas. Ia sudah belajar maksimal tetapi sulit untuk menguasai mata pelajaran tertentu.

Itu adalah suatu contoh masalah yang dialami oleh Joni. Ia mengalami hambatan dalam menguasai mata pelajaran tertentu. Kita pun dapat mengalami persoalan serupa bahkan lebih sering dari yang Ia alami.

Masalah dalam diri tidak hanya berupa keterbatasan kemampuan dalam memahami pelajaran di sekolah. Keterbatasan fisik juga dapat menghambat dan membatasi aktivitas kita. Untuk menjadi model, polisi, pilot dan pramugari kita harus memenuhi standar ketentuan yang ada. Pekerjaan lain dapat mempersyaratkan bebas dari buta warna atau penyakit tertentu.

Masalah yang paling sulit dihadapi bagi sebagian besar orang adalah perasaan yang ada dalam dirinya seperti rasa minder, motivasi, malas, dan keadaan psikologis lainnya. Perasaan tersebut kadang muncul disebabkan oleh keadaan fisik karena tidak cantik, badan tidak menarik, kulit hitam, rambut keriting dan sebagainya serta kemampuan yang kurang dari harapan.

Semua orang memiliki kesulitan masing-masing, tentu memiliki penyelesaian masing-masing pula. Sikap terbaik yaitu menyadari kondisi diri, menerima dengan lapang dada dan terus berusaha mengembangkan diri. Jika kita memiliki keterbatasan dibidang olahraga, pasti kita memiliki kelebihan dibidang lain misal seni, agama, IPA dan sebagainya. Tuhan menciptakan mahluk Nya tanpa ada yang sia-sia.

Seseorang yang bersedia menerima dirinya dan apa yang telah diberikan Tuhan akan lebih mudah dalam menjalani hidupnya karena dalam dirinya telah tertanam jiwa legowo dengan kekurangan yang dimiliki. Maka masalah lain yang ada dihadapannya akan dilalui dengan serupa.

Selalu belajar menuntut ilmu sebagai bekal bekerja dan bermasyarakat memang harus terus dilakukan, Kitapun mesti memberikan kesempatan kepada diri untuk bergaul dengan banyak orang. Hal itu dilakukan agar memperoleh semakin banyak informasi yang dapat kita gunakan untuk mengembangkan diri.

Sabtu, 16 November 2013

Repost

Allah, saya sudah besar ya? Saudara saya sudah banyak yang menikah bahkan memiliki anak. Uwa saya seringkali memuji saya yang sekarang jauh lebih cantik, lebih cerdas, lebih gemuk dari dulu yang kurusnya minta ampun.

Allah, saya sudah besar ya? Baanyak sekali orang yang sekarang sudah pulang kepada Mu. Lekas meninggalkan hidup yang seperti itu saja. Tidak kaya, miskin pun masih bisa membeli kendaraan dan blackberry. Apakah hidup sesederhana itu?

Allah, saya sudah besar ya? Sepupu saya sudah beranjak mengenakan seragam panjang dan bersekolah lumayan jauh. Bocah-bocah yang dulu menggemaskan kini sudah pandai pula bersolek.

Allah, saya sudah besar ya? Melihat banyak sekali hal berubah. Rumah yang sudah banyak direhab sana-sini. Kendaraan yang semakin terbaru. Gaya hidup yang semakin lebih baik. Senyum-senyum yang semakin berbeda rasanya. Usia yang tidak lagi muda dan perkasa.

Allah, apakah ini hidup yang sebenarnya? Bertambah dewasa, bertambah tanggungjawab, bertambah harapan, dan bertambah iman. . .

Allah, Allah, Allah

9 November 2013

Pahlawan

Bagi saya,
pahlawan ialah beliau yang membantu saya menyelesaikan bacaan Alquran saya. Jika Delisa mampu menyelesaikan bacaan shalatnya dengan didatangkan Tsunami yang dahsyat maka saya menyelesaikan bacaan Alquran saya dengan cara yang lebih sederhana.

Ditemani lampu pijar 5watt setiap malam saya menyusuri kalimah Nya dengan dimandori seorang laki-laki ceking paruh baya. Suara saya yang sebenarnya sangat jauh dari qari' rasanya bukan masalah substansial yang menggelisahkan. Yang penting ada suara yang keluar dan hukum bacaannya benar. Maka saya terus melahap ayat demi ayat yang ada. Motivasi setiap malam adalah setelah tanda 'ain akan selesai. Harapan layaknya kembang kertas didepan halaman yang melambai-lambai untuk dipetik tetapi tak ada orang yang tertarik bahkan untuk melihat. Akhirnya, saya hanya bisa pasrah jika huruf 'ain terlewatkan begitu saja. Jangan ditanya suara saya semerdu apa. Antara dongkol, suara yang hampir habis, cahaya yang terbatas dan rangkaian kalimah Nya yang tanpa titik, keputusan terbaik adalah duduk manis dan menurut. Memang tidak pernah ada omelan atau teguran menyakitkan. Sama sekali tidak. Bahkan beliau antusias mendengarkan setiap lafal yang saya ucapkan. Rasanya jahat sekali ya jika saya melafalkannya dalam nada yang false atau tidak merdu. Tetapi salah sendiri mengapa menyuruh saya membaca berlembar-lembar ayat Alquran. Saya kan juga lelah. Belum lagi nyamuk-nyamuk nakal yang dikirimkan Allah untuk menggoda saya. Pada usia yang belum dewasa itu saya tidak pernah sekalipun berpikir semuanya akan berbuah pahala atau dosa. Saya jengkel, suara hilang, dan kaki digigit nyamuk. Itu sudah lengkap. Bahkan sesekali jika mati lampu kami menggunakan lampu minyak. Semua kejengkelan dan kepasrahan pada akhirnya sirna jika sudah ada tanda untuk berhenti. Ternyata sesederhana itu kebahagiaan untuk anak seumuran saya.

Bermalam-malam yang panjang saya habiskan untuk menyelesaikannya. Beliau rela mendampingi saya sementara istri dan anaknya terpaksa mendengarkan suara saya yang parau dari balik dinding. Beliau juga rela memicingkan mata jika cahaya yang kami miliki hanya satu lampu minyak kecil dan harus dibagi dua. Bapak saya tidak pernah memberikannya uang atau apa. Ah, mungkin saya yang tidak tahu. Kebaikan yang berbalikanlah yang terjadi. Bapak saya sesekali memberikannya pekerjaan. Ibu saya sesekali berbagi makanan jika berlebih. Tapi Allah memberikannya pahala yang mungkin sampai saya meninggal pun akan tetap mengalir. Allah yang Maha Kaya memberikan lebih banyak dari yang keluarga saya berikan. Sesederhana itu.

Jazakumullah khairan katsir. Inilah hidup yang sesungguhnya. Berbagi apa yang kita miliki. Menerima apa-apa yang diikhlaskan dari orang lain kepada kita.
Alhamdulillah. Lailahailallah. Allahu Akbar

Aku Dimana (Pemahaman Lingkungan)

Ada seorang anak berusia 10 tahun yang diajak ibunya ke pesta ulang tahun kerabat dekatnya. Sang Ibu sebelumnya mengatakan pada anaknya bahwa disana akan hadir banyak orang dewasa, mungkin ada beberapa anak yang seusianya. Pesta tersebut dirancang bernuansa keluarga sehingga makanan minuman, dan dekorasinya akan meriah untuk seluruh keluarga. Pada saatnya menghadiri pesta si anak mengenakan baju casual santai dengan sepatu bertali. Sedangkan sang Ibu mengenakan gaun terusan santai berwarna cerah. Anak lelaki tersebut dapat bermain dengan teman seusianya dibawah pengawasan ibunya. Ibu pun merasa senang kanrena anaknya dapat menikmati seluruh rangkaian pesat. Begitupun dengan dirinya.

Kita semua pernah menghadiri pesta pernikahan, ulang tahun, menonton pertandingan bola, menghadiri prosesi pemakaman, dan acara-acara yang melibatkan diri dan orang lain. Pakaian dan obrolan didalam agenda tersebut tentu saja berbeda antara satu dengan yang lain. Nuansa yang muncul adalah sesuatu yang khas dan tidak sembarang orang bisa berekspresi sesuka hati.

Selama ini kita hidup bersama dengan keluarga, teman di sekolah, tetangga, dan masyarakat luas. Tentu lingkungan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Meski begitu kita harus pandai bersikap agar kebersamaan kita dengan orang lain dapat berjalan dengan lancar.

Alangkah baiknya kita membicarakan keluarga, sekolah dan masyarakat satu persatu agar kita paham bagaimana lingkungan itu memainkan perannya dalam kehidupan kita.

KELUARGA
Dalam keluarga yang utuh kita menjumpai ada Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik. Bagi masyarakat Indonesia satu keluarga dapat berarti Ayahm Ibu, Kakak/Adik, dan Kakek/Nenek atau orang yang berada dalam satu rumah dengan kita. Keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat yang menjadi sekolah pertama bagi anak untuk mengenal nilai-nilai kehidupan. Peran pengenalan ini lebih banyak dimainkan oleh ibu karena lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama anak. Seiring dengan perkembangan jaman banyak pula ibu pekerja yang turut mencari nafkah untuk keluarga sehingga peran dalam mengasuh anak dirumah berkurang secara kualitas dan kuantitas. Akhirnya anak berada dibawah pengawasan nenek bahkan ada yang diasuh oleh babysitter atau pembantu.

Nilai-nilai relijius kedisiplinan, moral, tanggungjawab dan kepekaan sosial diajarkan orang tua melalui berbagai cara. pelibatan anak dalam aktivitas orang tua sangat bermanfaat jika disertai dengan bimbingan dan pendampingan yang cukup. Pelibatan anak dalam aktivititas sehari-hari misalnya memasak, menjemur pakaian, mencuci kendaraan, memperbaiki perabot rumah tangga hingga menonton TV bersama memberikan orang tua waktu yang cukup untuk berinteraksi dan mengetahui perkembangan anak. Sekalipun aktivitas yang dilakukan sederhana dan tidak berlangsung lama, jika dilakukan sering akan berdampak positif bagi anak.

Orang tua kita memiliki latar belakang yang tidak sama seperti polisi, guru, montir, pedagang, petani, teller bank, kasir, buruh, pengusaha, dan sebagainya. Pekerjaan tersebut mempengaruhi pola asuh yang diberikan kepada kita. Orang tua pengusaha akan mendidik kita lebih cermat dalam penggunaan uang, memperlakukan pelanggan, dan bersikap hemat. Seorang petani mengajarkan kebiasaan mengkonsumsi hasil produk pertanian sendiri dan menghadapi berbagai musim dengan bijak.

SEKOLAH
Disetiap jenjang sekolah kita menemukan bahwa pendidikan dasar (SD/MI) membutuhkan waktu kita yang sangat lama. Pada SD/MI kita menghabiskan waktu kurang lebih 5 jam selama jam belajar efektif. Ditambah lagi dengan jadwal les mata pelajaran atau waktu untuk mengerjakan tugas sekolah. Apalagi pada pendidikan menengah (SMP/MTs dan SMA/SMK) yang hampir 7 jam di sekolah dengan tambahan les mata pelajaran, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan mengerjakan tugas kelompok maupun individu. Waktu yang kita habiskan di sekolah cukup banyak dan melelahkan dengan les mata pelajaran, pengerjaan tugas diluar jam efektif, kegiatan esktrakurikuler dan aktivitas pribadi lainnya. Kebersamaan dengan keluarga tentu sangat minim sehingga orang tua berkurang peran kontrolnya terhadap aktivitas dan perkembangan kita.

Teman-teman sepermainan di sekolah memang mempengaruhi perkembangan kita dalam hal belajar, brsikap, dan bertutur kata. Buktinya bahasa pergaulan kita lebih beragam ketika kita berada dalam lingkungan pertemanan. Kita tidak dapat memungkiri bahwa waktu yang kita habiskan bersama teman jauh lebih banyak daripada bersama orang tua. Wajar saja jika kita mudah terpengaruh oleh pergaulan dengan teman-teman di sekolah.

Selektif dalam memilih teman bukan berarti kita harus memilih teman yang pandai, cantik, rajin, baik, kaya dan lain-lain. Kita berteman dengan siapa saja baik mereka yang memiliki prestasi maupun mereka yang pas-pasan atau tidak menonjol dikelas. Mereka yang susah diatur pun sebaiknya kita perlakukan dengan baik. Kita perlu berteman dengan anak-anak yang memiliki nilai bagus agar kita terpacu untuk lebih semangat belajar. Teman-teman yang aktif di kegiatan OSIS, PMR, Pramuka dan sebagainya pun mesti kita akrabi kalau perlu kita menjadi bagian dari mereka yang aktif di organisasi. Dengan pergaulan yang luas wawasan kita akan semakin bertambah, bermanfaat dan semakin menambah kepekaan sosial kita terutama di lingkungan sekolah.

MASYARAKAT
Apakah kamu pernah diajak orangtua menghadiri pesta, bersih-bersih desa, pengajian, resepsi pernikahan atau semacamnya? Apakah kamu mengenal perangkat desa/kelurahan tempat tinggal kamu? Atau apakah kamu tahu tempat menarik dan menonjol yang ada disekitarmu misalkan pabrik, tempat wisata, kuliner, sekolah dan lain-lain?

Meski sebagian besar waktu kita dihabiskan disekolah, hal-hal yang terjadi disekitar kita tidak boleh luput dari perhatian kita. Lingkungan masyarakat merupakan tempat kita belajar bersosialisasi dan mengembangkan kemampuan kita. Didalam masyarakat kita akan belajar berhubungan dengan banyak orang yang mempunyai peran dan tugas masing-masing. Berinteraksi dengan anggota masyarakat adalah suatu keharusan bagi kita selaku mahluk sosial yaitu mahluk yang membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan. Kita tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sekalipun untuk hal sederhana seperti ban sepeda bocor atau kran di rumah rusak. Apabila kita tidak dapat bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat, sanksi sosial yang diberikan bisa sangat berat yaitu pengucilan atau pengasingan diri kita dari berbagai kegiatan kemasyakatan.

Tiga lingkungan yang telah kita bicarakan merupakan tempat yang membesarkan kita dengan pengalaman belajar selama hidup kita. Lingkungan keluarga memberikan bekal nilai yang akan membantu kita belajar di lingkungan yang lebih besar yaitu sekolah. Didalam sekolah kita diberikan bekal lagi yang akan kita gunakan untuk hidup berdampingan dengan masyarakat dan mengabdikan diri didalamnya sesuai profesi yang kita geluti. Segala sesuatu yang terjadi didalamnya adalah proses belajar kita menjadi manusia yang bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Tuhan. 

Bakat dan Minat


Apakah kamu memiliki kemampuan unik yang lain dari teman-teman satu kelasmu? Seperti menari, berolahraga, melukis dan menggambar, menghitung cepat atau kemampuan lainnya? Kemampuan itu bisa kamu peroleh dari hasil belajar selama ini dan adakalanya menunjukkan prestasi yang membanggakan. Itulah kemudian yang dapat kita sebut dengan bakat yang merupakan kemampuan unik dari seseorang yang diperoleh cuma-cuma dari Tuhan yang apabila terus diasah dan dikembangkan dengan terarah membuahkan keberhasilan dan kebanggaan.

Jika kita melihat Agnes Monica dengan bakat menyanyi yang dimiliki kemudian diasah dengan terarah hasilnya yaitu keberhasilannya didunia musik tanah air. Agnes tidak saja berhasil dinegeri sendiri tetapi juga mulai menembus musik internasional. Begitu pula dengan pemain bola CR7 atau Christiano Ronaldo yang menorehkan prestasi dengan gol terbaiknya di lapangan hijau. Mereka merupakan contoh orang yang memaksimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga membuahkan prestasi membanggakan.

Agnes Monica dan CR7 sudah menemukan bakat yang dimilikinya bahkan harus berusaha ekstra keras agar mereka berhasil seperti sekarang. Apakah saya juga memiliki kesempatan yang sama seperti mereka? Bakat apakah yang saya miliki untuk saya kembangkan dalam hidup saya? Setiap orang memiliki kemampuan masing-masing yang bisa saja berbeda dengan orang lain. Kita mengenal 7 bakat yang sudah banyak diperbincangkan masyarakat luas. Seseorang dapat memiliki satu bakat bahkan lebih karena satu sama lain dapat berkaitan.

Bakat Verbal
Kita melihat presenter talk show atau debat dilayar kaca setiap hari begitu lincah membawakan berita tanpa kehabisan kata-kata. Selain memilih jurusan yang sesuai, mereka juga mengembangkan kemampuan dan memperbanyak latihan serta jam terbang sehingga dapat menguasai panggung. Tidak lupa pula kita dengan penulis novel "Hafalan Shalat Delisa", "Laskar Pelangi", "5 cm", dan penulis novel inspiratif lain yang sukses mencuri perhatian pembaca novel di Indonesia dengan karya fenomenal mereka.
Bakat verbal merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kata-kata. Bakat tersebut dapat kita lihat pada pemandu wisata (tour guide), novelis, guru dan dosen, penyiar radio, salesman dan sebagainya. Mereka menggunakan pengetahuan dan kemampuan menuangkan ide melalui kata-kata untuk memberikan karya bagi masyarakat.

Bakat Numerik
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, urusan hitung menghitung menjadi hal yang menakutkan dan paling dihindari. Siswa disekolah dasar maupun menengah masih menganggap mata pelajaran eksak atau yang berhubungan dengan angka-angka sulit dikerjakan. Bahkan nilai mata pelajaran eksak yang dibawah mata pelajaran sosial humaniora. Apakan sesulit itu mata pelajaran eksak? Padahal banyak dunia pekerjaan yang membutuhkan kemampuan eksak murni dari pekerjanya.
Setiap orang yang memiliki bakat numerik mampu mengerti ide-ide dan konsep yang dinyatakan dengan angka. Mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas matematika, ilmu alam, kimia dan yang serumpun dengan itu. Kita mungkin mengenal prestasi Alber Einsten dengan rumus relativitasnya atau Aljabar yang menemukan bilangan 0. Kelompok ilmuwan dan penemu, arsitek, akuntan, teller, geolog, ahli pertambangan dan minyak juga memiliki bakat numerik yang menonjol. Profesi tersebut memang tidak didukung 100% oleh bakat numerik melainkan didukung dengan ilmu lain agar komprehensif. Namun kemampuan eksak dalam profesi tersebut sangat dibutuhkan untuk memperlancar tugas dan pekerjaan mereka.

Bakat Skolastik
Kemampuan skolastik merupakan perpaduan antara bakat verbal dan numerik yang banyak digunakan dalam penyelesaian tugas-tugas sekolah atau perkuliahan. Jika tugas sekolah dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan hasilnya baik maka kemampuan skolastik seseorang cukup bagus.

Bakat Abstrak
Apa yang kamu pikirkan bila menjumpai sebuah lukisan yang membentuk rupa yang tidak familiar? Misalnya hanya berupa coretan warna melengkung, garis yang tidak beraturan atau obyek yang tidak jelas. Kita seringkali menemukan masalah serupa yang mengarah pada hal-hal abstrak. Walaupun persoalan tersebut tidak mengandung angka dan kata-kata, kita membutuhkan kemampuan khusus untuk menerjemahkannya. kemampuan ini banyak berkembang bersama bakat spasial atau mekanik sehingga menjadi bekal untuk calon arsitek, perencana wilayah dan tenaga bidang industri.

Bakat Mekanik
Ada pekerjaan atau hobi yang membutuhkan penguasaan ilmu alam dan sistem tata kerja suatu benda. Kita melihat tenaga IT, tukang bangunan, montir dan reparator yang runtut dalam bekerja. Bakat mekanik membantu kita dalam menyelesaikan tugas-tugas yang runtut dan teliti seperti menyelesaikan persoalan pada mesin-mesin.

Bakat Relasi Ruang
Dengan menggunakan bakat ini seseorang dapat memvisualisasikan, mengamati, atau membentuk gambaran-gambaran mental dari suatu obyek beruba 2 dimensi dan 3 dimensi. Misal seorang supir taksi atau tukang ojek yang memiliki kemampuan spasial ruang dimana mereka mudah mengenali rute suatu tempat meski baru satu kali melewatinya. Orang-orang yang menggunakan bakat relasi ruang diantaranya teknisi, arsitek, desainer, supir, pelukis dan sebagainya.

Bakat KKK (K3)
Bakat ini digunakan untuk tugas-tugas kantor, laboratorium dan tempat-tempat dimana kegiatan mencatat perkembangan dibutuhkan. Kita membutuhkan ketelitian dan ketangkasan untuk menyelesaikan urusan tulis menulis, pembukuan, atau meramu bahan.

Selain kemampuan yang kita miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan, setiap orang pun memiliki minat terhadap jabatan dan hal-hal tertentu. Bakat yang kita miliki cenderung mengarahkan minat kita terhadap suatu aktivitas karena kita merasa memiliki kemampuan untuk mengerjakannya. Seorang siswa yang memiliki kemampuan numerik akan menyenangi pelajaran matematika, fisika, biologi dan mata pelajaran lainnya. Minat dipengaruhi juga oleh lingkungan yang mendukung seseorang menyalurkan ketertarikannya. Apabila kita memiliki bakat dan minat yang sesuai dan cocok dengan diri kita kemudian dikembangkan dengan baik akan membawa kita pada hidup yang sukses.

Minat Pribadi Sosial
Apakah kamu pernah mengalami bahwa bertemu dengan teman-teman baru dan orang-orang baru begitu menyenangkan? Apakah kamu senang membantu teman untuk menyelesaikan masalahnya? Jika jawabannya "YA", kamu termasuk orang-orang yang berminat di bidang pribadi sosial. Hal yang berkaitan dengan pengajaran, pelayanan konseling, kepengacaraan, dan pelayanan sosial lain merupakan bagian dari bidang kerja yang membutuhkan peran pribadi sosial.

Minat Natural
Dokter hewan, tukang kebun, penjual bunga, petani, dan aktivis lingkungan merupakan orang yang berminat dibidang alam (natural). Mereka menyukai kegiatan dialam yang terbuka, bergaul dengan hewan dan merawat tanaman. Mereka yang memiliki ketertarikan dibidang ini diharapkan mampu melestarikan sumber-sumber alam dan melakukan inovasi terutama dalam pangan dan pertanian. Dengan ketertarikan yang dimiliki, aktivis lingkungan menjaga lingkungan dan ekosistem yang ada. Peran ini tidak hanya dilakukan oleh orang yang tertarik dan berminat dibidang natural. Kita semua memiliki peran yang sama untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari.

Minat Mekanik
Contoh sederhana dari minat ini yaitu seseorang yang tertarik dan senang mengutak-atik kendaraan pribadinya. Modifikasi kendaraan yang melebihi harga beli kendaraan dapat dilakukan untuk memuaskan minat mekanik orang tersebut. Minat seseorang membuat mereka rela melakukan banyak pengorbanan untuk memenuhi kepuasan. Orang yang berminat di mekanik rela menghabiskan waktu dan tenaga untuk merombak dan mendesain sesuai keinginan.

Minat Bisnis
Kita mengenal bisnis meliputi kegiatan seperti penjualan, pemasaran, distribusi, perbankan, manajemen dan sebagainya. Orang yang berminat dibidang bisnis mengadakan kontak pribadi sosial dengan memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh. Berbeda dengan orang yang memiliki minat pribadi sosial, mereka mengadakan kontak dengan memandang bahwa kontak mereka didasarkan pada tuntutan pekerjaan.

Minat Seni
Penggambaran minat seni tampak pada gaya hidup berpakaian, mengatur perabot rumah, dan lain-lain. Musik, drama, lukisan, novel merupakan aktivitas yang kuat menerapkan prinsip seni. Meski kita sering menganggap orang seni terkadang urakan, tidak rapi dan semaunya sendiri tetapi ketika sudah bekerja secara profesional mereka bisa menjadi workaholic.

Minat Sains
Kita melihat film-film barat yang berkutat dengan penelitian di laboratorium, melakukan eksperimen, menggunakan komputer dan peralatan canggih. Hal itu menggambarkan perkembangan sains yang maju. Berbagai penelitian atau percobaan membutuhkan ilmu dan ketelitian tertentu untuk menemukan teori baru.

Minat verbal
Bidang minat verbal menekankan penggunaan kata-kata dalam bentuk lisan maupun tulisan. Orang yang berminat dalam aspek verbal tentu telah mengetahui tuntutannya yaitu menguasai penggunaan kata-kata yang menarik bagi orang lain, mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu dan sebagainya.

Minat manipulatif
Tipe peminatan ini menekankan kelihaian tangan dalam mengkreasikan obyek atau benda. Kita bisa menemukan tukang pahat atau patung, koki restoran, dan perajin benda-benda unik.

Minat komputasional
Hal-hal yang berkaitan dengan kombinasi angka huruf dan benda dalam teknologi/permesinan merupakan aktivitas khas dari minat komputasional.

Sabtu, 26 Oktober 2013

Kebahagiaan yang Tidak Bisa Dibagi

Hendak memulai dari mana saya sulit untuk mengambil kata yang tepat dalam penggambaran kamu di hidup saya. Jika ada hari lain yang lebih baik, pasti akan saya pilih agar kita bisa melewatkannya bersama. Sayangnya, semua serba sudah diputuskan bukan saja oleh tanganku dan tangannya tetapi banyak orang yang berpengaruh. Waktu itu pun akan segera tiba. Bukan lagi dalam hitungan tahun dan bulan, hari itu benar-benar lebih cepat dari yang dibayangkan. Inilah saatnya.

Rasanya masih lekat dalam ingatan berbagai tingkah polah kita yang kekanak-kanakkan. Perdebatan panjang yang melelahkan dan tidak menghasilkan apa-apa selain jarak. Bagi saya, jarak itu bukan sebenar-benarnya jarak. Melainkan hati yang saling kukuh dengan pandangan diri sendiri. Kamu tahu, waktu itu terlalu cepat untuk membiarkan saya pergi memilih hidup yang lain. Sementara urusan kita berdiam tenang tanpa penyelesaian bijak. Separah itukah? Mungkin iya. Mungkin juga tidak jadi soal bagimu. Tetapi ada peran yang tidak bisa orang lain lakukan namun kamu bisa melakukannya.

Bukan penderitaan yang telah kamu torehkan sekalipun banyak irisan yang menyakitkan. Ada makna yang dalam dan mengena tentang persaudaraan. Dari sekian banyak yang menawarkan persaudaraan, kamulah yang tanpa syarat memposisikan diri sebagai saudara. Yang seharusnya saya dengarkan perkataan baiknya dan saya pedulikan kebutuhannya. Tugas saya untuk kamu cukup sederhana. Baiklah, kita menyebutnya perhatian dan kepedulian saja. Saya tak perlu selalu berada di sebelah kamu jika persoalan hidup membuatmu kebingungan. Saya juga tak perlu 100% paham segala yang kamu yakini. Saya hanya perlu memperhatikan kamu dan peduli atas apa-apa yang menimpa kamu. Ya. Sesederhana itu.

Diskusi kita selalu bernuansa perbedaan. Bahkan saling mempertahankan diri dalam keegoisan. Sekali lagi, semenyakitkan apapun kondisinya. Saya selalu mendengar kata-kata yang kamu ucapkan. Hanya saja mungkin belum sampai hati saya memahami kebaikan yang kamu sampaikan. Pikiran ini tetap positif untuk beranggapan, kamu telah memberikan banyak sekali dalam hidup saya.

Waktu itu semakin dekat. Kamu tahu? Sosokmu begitu dirindukan untuk saya temukan disana. Alasan apa lagi yang mesti saya lontarkan untuk memaksamu hadir dan saya bagi kebahagiaan yang tengah Allah berikan? Kebahagiaan saya tidak akan berkurang tanpa kamu. Benar. Tapi apakah kamu tahu rasanya berbahagia seorang diri?

Kamu bukan saudara biasa seperti mereka yang hadir dan pergi dalam hidup saya. Saudara saya yang satu ini punya tempat istimewa. Ibarat seorang kakak, ibarat seorang bapak, ibarat seorang kawan, ibarat seorang adik. Kamu menempati banyak peran dan menampilkannya dengan baik. Kamu sudah memberikan banyak untuk saya belajar kedewasaan. Meski setelah hari itu akan ada banyak hal tentu sudah berbeda tempatnya.

Pada akhirnya, kebahagiaan saya akan sangat bermakna jika kamu mau menerimanya, jika kamu mau melihatnya.  .

*untuk saudara yang tengah menjalani aktivitas publik. untuk saudara yang akan menjemput jodohnya. untuk saudara yang saling mendoakan dan menerima. . yakinlah, bahwa momentum kebahagiaan ini adalah salah satu dari banyak kebahagiaan yang akan Allah berikan meski kita nikmati ditempat yang tak lagi sama*

dari Semarang-Magelang untuk Jakarta

Kamis, 24 Oktober 2013

Untuk Respati Oktaviani

Selamat menapaki angka yang baru di tanggal yang serupa seperti tahun lalu dan tahun yang sebelumnya. .

Banyak hal telah berubah begitupun dengan ukhuwah yang semakin menampakkan kekuatannya karena diuji realitas. Hidup memanggil kita untuk mengerjakan segala sesuatu yang memang berbeda dari kemarin. Jika persamaan adalah bonus dari kekerabatan, maka perbedaan adalah rahmat dari semua yang kita dapatkan dari Nya. Tidak ada yang salah dengan perbedaan jalan hidup di masa depan. Yang salah adalah ketika pertalian itu tiba-tiba memutus tanpa sebab yang sama-sama dipahami dan ketidakmengertian mendominasi. Mungkin waktu juga yang mengajarkan pengertian hati atas pilihan masa depan yang kita ambil masing-masing. Karena kitapun tidak tahu, pilihan itu akan mengarahkan jalan kita kemana dalam rupa apa.

Di deret angka yang semakin mantap pastilah disuguhi aneka rupa tanggungjawab dan peran ganda. Hasil dari proses panjang pembelajaran mulai menampakkan rupanya. Ada sebagian yang tidak bermasalah dengan pendewasaan tetapi sebagian mengalami dilema yang menggelikan. Seolah kemarin masih lekat dan enggan beranjak padahal kereta mesti berangkat karena sudah waktunya bergerak. Saya berpikir tengah berada dalam kumpulan mereka yang belum mengerti alasan dibalik menurunnya 'kualitas' hubungan antara dua manusia. Semua praduga positif masih berkeliaran aktif menguatkan persepsi. Pada akhirnya kamu harus dewasa pada waktunya. Kembali menjalani hidup yang lebih baik dengan rencana-rencana yang sudah direka ulang.

Saya pikir akan tiba suatu masa dimana mata kita saling bertemu tetapi hanya tegur sapa resmi yang terjadi. Akan tiba suatu masa dimana jabat tangan menjadi hambar dan senyum terlempar datar. Pada saat itu kita berdua sama-sama paham bahwa begitulah hidup membawa diri kita. Ketika mozaik kemarin milik kita, adakalanya mozaik hari ini bukan lagi kepunyaan kita melainkan kepunyaan saya dan mereka atau kamu dan mereka. Kita sadari hal itu dan sudah tidak ada lagi hati yang tergores akan ketidakberfungsian euforia.

Selamat menapaki usia dengan karya yang semakin realistis. Tahapan hidup yang saya pun sebenarnya sudah menapakinya tahun lalu. Kamu kembali bertemu dengan keluarga yang masih mengharapkan takdir dan nasib terbaik untukmu. Sedangkan apa-apa yang kamu kerjakan sekarang sudah memikirkan apakah bisa membahagiakan secara ruhiyah bagi mereka atau tidak. Ilmu yang dicari kemarin bukankah sudah menunjukkan manfaatnya perlahan demi perlahan? Apakah itu semua sudah cukup untuk membuatmu bersyukur?

Bagimu, semua titik tolak hidup dimulai hari ini. Mereka ulang catatan impian. Merencanakan gerak untuk hidup dan kehidupan. Memaksimalkan semangat berbagi dengan sesama. Mengerjakan tugas yang belum terselesaikan. Menyodori diri dengan sejumlah tanggungjawab baru. Mengemasi kotak kenangan kemarin dan menggesernya dengan kotak yang baru. Ya. Kotaknya berganti rupa dan isi. Sekarang menjadi lebih sederhana namun jauh lebih bermakna. Bukan berarti ada kotak baru, kotak yang lama dilupakan begitu saja. Tetapi peran kotak baru diperlukan hari ini. Lalu saya dimana? Biarkan waktu yang menjawab dengan bijak.

Egois sekali ya jika membicarakan hidup hanya tentang saya dan kamu. Ada banyak sosok yang semestinya mendapatkan ruang untuk dikisahkan dengan lengkap. Mari berbagi dengan mereka, sekali lagi “Selamat merayakan hidup. Semoga Allah lebih mencintaimu dan menjadikan cintamu kepada Nya membahagiakanmu dan banyak manusia. Selamat melanjutkan hidup dengan orang-orang pilihan yang luar biasa. .”

*Untuk Saudari yang Luar Biasa Respati Oktaviani*

Minggu, 20 Oktober 2013

Energi Melepas

Solo selepas ashar begitu ramai oleh kendaraan yang akan mengakhiri aktivitas selama seharian penuh. Lalu lalang orang-orang menuju kepulangannya membawa lelah dan gairah yang telah habis terkuras. Rutinitas sore yang hiruk pikuk mengantarkan saya pada satu renungan dalam tentang kepulangan. Kita semua akan pulang setelah rutinitas selesai dikerjakan. Tuhan memanggil kita jika segala urusan telah usai. Entah usai bagi kita kemudian diselesaikan oleh orang lain atau memang telah selesai dan benar-benar tidak akan berlanjut. Kita akan sama-sama pulang dalam waktu yang mungkin berbeda. Pun kita akan sama-sama pulang pada satu tujuan yang sama.

Seorang perempuan cantik menjemput saya diterminal dengan mengenakan blazer ungu, jilbab ungu dan rok motif bunga ungu. Padanan yang cantik untuk perempuan cantik. Yang namanya sudah cantik, mau berjibaku dengan lumpur pasir pun tetap saja cantik, pikirku dalam hati. Solo yang sore menyambut saya yang selalu bahagia jika menyentuh udaranya. Namun kali ini, hujan tidak menyambut saya seperti biasanya. Tanahnya tidak basah.

Menuruti perut yang sudah meminta haknya, dia mengajak saya menikmati mie warna warni yang disajikan penjual perempuan beretnis tionghoa disekitaran kampus. Obrolan tidak penting hingga rencana-rencana pasca kampus yang terlampau berat untuk dibincangkan kala senja mencairkan suasana. Saya selalu senang datang ke kota ini. Meski ada cerita-cerita yang tidak sempat diutarakan karena waktu yang sangat terbatas. Lain kali, kami akan berbincang banyak tentang hidup. Saya yakin akan datang kesana lagi atau dia yang akan bergantian datang ke kota saya. Yang pasti, saya merasa masih berhutang cerita lengkap yang baru separuh saya ungkapkan.

Segala urusan pada akhirnya akan terhenti sejenak ketika kita dipanggil Nya untuk menghadap. Sujud maghrib di Kota Layak Anak dalam rumah yang sangat megah membuat saya ingin berlama-lama disana. Bukan karena ketika saya tengah merasa butuh kemudian saya akan betah disuatu tempat. Saat itu saya hanya merasa rumah Nya benar-benar lapang dan mampu menampung seluruh beban hidup saya sekalipun saya hanya terduduk diam. Sayangnya, ada perempuan lain yang menunggu saya di salah satu tempat. Saya harus beranjak dari rumah Nya.

Solo malam hari masih ramai oleh kendaraan pribadi yang membawa pemiliknya menyusuri Slamet Riyadi dengan lancar. Tempat yang saya tuju berada di luar kota Solo dan itu membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai sana. Sekali lagi kami menyusuri jalanan yang masih ramai oleh lalu lalang kendaraan.

Saya melepas kehadiran perempuan cantik yang telah menemani saya sejak usai ashar hingga malam dengan perasaan yang masih tertinggal. Ada cerita yang belum tersampaikan. Mungkin Tuhan punya alasan lain mengapa belum juga memberi saya kesempatan untuk melepas apa yang saya harus lepas. Atau karena semuanya harus tersimpan untuk memberi saya kekuatan agar tegak berdiri setelah saya sudahi semuanya. Ketika saya menyadarinya, waktu mengharuskan saya untuk pulang dengan unfinished bussiness tersebut. Saya tidak ingin menyebutnya unfinished bussiness. Sungguh saya ingin semuanya benar-benar selesai. Namun kenyataannya masih ada yang tertinggal sekalipun hanya perlu untuk diceritakan dan semua usai. Entah, Tuhan pasti punya alasan lain mengapa saya belum juga mampu mengungkap semuanya.

Akhirnya saya harus pulang. Saya hanya berpikir satu hal "Tuhan memanggil kita pulang saat semuanya sudah selesai dan cukup bagi kita atau jika tidak, akan ada orang lain yang akan menyelesaikan urusan kita. Ya. Akan ada jiwa lain yang akan membantu kita menyelesaikan urusan kita".

Minggu, 13 Oktober 2013

Ketika (*calon) Guru BK Membicarakan Partisipasi Politik

Pemilu 2014 sudah didepan mata yang mana ada banyak pemilih muda yang menggunakan hak suaranya untuk pertama kali. Melihat peluang yang demikian besar dan prediksi suara yang hilang karena golput menimbulkan keresahan tersendiri bagi saya. Jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah pesta demokrasi dan indikasi keberhasilan pendidikan politik bagi generasi muda.

Pemilih muda atau pemilih pemula sebagian besar berada di semester awal bangku perkuliahan dan sekolah menengah atas. Mereka seharusnya mendapatkan pendidikan politik dari guru atau kegiatan di kampus mengenai partisipasi politik. Sekalipun mendapatkan pendidikan politik terkadang kita melihat keberhasilan pendidikan itu hanya 30% saja dari usaha yang telah dilaksanakan. Apa yang menyebabkan hal itu sampai terjadi?

1. Citra politik kotor dari pejabat tinggi negara
Berbagai kasus yang menjerat petinggi negara mulai dari legislatif, eksekutif, hingga yudikikatif dalam berbagai tataran memberikan citar negatif bagi keseluruhan lembaga. Pemuda sudah bosan dengan prosesi tangkap tangan, adili dan hukum yang dilakukan penegak hukum negeri ini. Meskipun tidak semua pejabat terlibat kasus yang memperburuk citra, pemuda membaca mayoritas kasus sebagai indikasi bahwa politik itu kotor. Cara mendapatkan jabatan yang bernuansakan suap, korupsi ditengah masa jabatan, atau pertanggungjawaban kinerja yang manipulatif merupakan contoh perilaku pejabat yang membuat asumsi pemuda terhadap politik menjadi negatif.
2. Apatisme
Kemajuan jaman menyebabkan pemuda dan kaum muda mempunyai dunianya sendiri. Budaya "nongkrong" di pusat perbelanjaan, hectic dengan gadget, traveling, dan aktivitas yang menguras perhatian telah menggeser kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi dalam tatanan masyarakat perkotaan. Di daerah yang agak pedesaaan dan koneksi dengan dunia gemerlap masih minim yang terjadi adalah ketidakpedulian karena partisipasi politik yang mereka lakukan tidak mengubah hidup mereka. Wajar saja apatisme muncul karena tidak ada kausalitas yang terjadi antara pemuda desa dan pejabat.
3. Ketidakbutuhan
Persoalan ini terjadi karena pemilih muda menganggap partisipasi politik bukan merupakan kebutuhannya sebagai warga negara. Mereka memandang negara ini tidak akan hancur dengan golputnya mereka. Padahal prediksi golput dari tahun ke tahun semakin meningkat apalagi pada pemilu 2014. Ketidakbutuhan akan partisipasi politik terjadi juga karena anggapan yang tidak visioner. Partisipasi politik dilakukan untuk menentukan siapa saja yang akan memegang kendali kekuasaan selama 5 tahun mendatang. Inilah yang tidak terbaca oleh banyak kalangan muda yang memilih golput bahkan untuk orang tua sekalipun.

Ketiga domain tersebut menyebabkan angka golput dalam pemilu semakin tinggi. Pendidikan politik bukan hanya urusan KPU melainkan urusan kita semua. Saya rasa KPU pun membutuhkan perpanjangan tangan dari masyarakat entah dari gerakan anti golput LSM maupun mahasiswa. Bukan hanya LSM dan mahasiswa saja yang memainkan peran penting dalam pendidikan politik. Guru yang mengajar di sekolah dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, dan mengajarkan hak dan kewajiban warga negara perlu mengajak secara lebih intens lagi. Saya tidak ingin mengarahkan pendidikan politik semacam ini sebagai giringan ke golongan tertentu dan politik praktis. Saya hanya ingin menekankan basis suara pemilih pemula berada di sekolah-sekolah yang akan lebih mudah melakukan pendidikan politik karena bagian dari lembaga/institusi yang memiliki aturan main yang jelas.

Ketika membicarakan peran guru dalam pendidikan politik, guru pendidikan kewarganegaraan menjadi yang pertama bertanggungjawab terhadap proses ini. Alasannya sudah jelas, dalam memperkenalkan demokrasi dan aspek-aspek pendukung keberhasilan demokrasi kompetensinya dimiliki oleh guru kewarganegaraan. Guru yang lain dapat membantu teknis pelaksanaan pendidikan politik sesuai kapasitas masing-masing.

Apakah sepenting itu pendidikan politik?
Pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu ditanyakan karena kita semua menyadari bahwa mereka (pemilih pemula) merupakan pengganti pemimpin negara yang akan mereka pilih pada pemilu 2014 dan pemilu selanjutnya. Apabila pemahaman partisipasi politik dikenalkan dengan baik diawal mereka memberikan partisipasi, saya rasa ketidakpercayaan terhadap pemerintah bisa dikurangi. Itulah esensi dari rotasi kepemimpinan yang ada. Kita pun harus memberikan kepercayaan kepada pemimpin muda dan pemilih pemula dalam partisipasi politik sesuai kapasitas mereka. Harapannya adalah agar pengalaman belajar pemilih pemula menjadikan dasar bagi mereka untuk mencerdaskan generasi mendatang dengan pemahaman yang baik akan partisipasi politik warga negara sehingga negeri ini dapat menjalankan demokrasi dengan wajar.

[sebuah renungan]

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...