Jumat, 09 September 2011

Alur Kaderisasi


Alur Kaderisasi

Untuk melahirkan pemimpin-pemimpin organisasi/lembaga kemahasiswaan dibutuhkan masa pembentukan yang tidak singkat. Proses itu berlangsung terus selama mahasiswa menempuh masa pendidikan dikampus. Selama ini seringkali ditemui kader yang tidak memahami jobdresc-nya dengan baik karena proses kaderisasi yang cacat. Kader merupakan sosok yang berkembang diantara rekan-rekan mahasiswa lainnya dan mengalami masa seperti mahasiswa pada umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah kader dididik pada organisasi/lembaga kemahasiswaan yang memiliki mekanisme kaderisasi. Mekanisme (alur) kaderisasi ini akan memudahkan kader dalam meningkatkan kualitas soft skill mereka. Sehingga mereka akan mengikuti alur yang benar jika ingin kualitasnya meningkat dan berkembang dengan baik.

Dalam pembentukannya, kader memiliki alur sederhana yang akan menempa kedewasaan mereka dalam mengelola dan mengembangkan organisasi. Setiap jenjang yang dilalui merupakan penyesuaian bagi kedewasaan kader dimana tugas dan peran yang diemban akan berbeda dari jenjang ke jenjang. Semakin meningkat jenjangnya, semakin meningkat pula tugas dan peran yang harus dilaksanakan kader. Hal ini dapat dijadikan tantangan tersendiri bagi kader bahwa kesempatan belajar lebih banyak pada setiap jenjang akan digunakan sebagai penempa kualitas untuk bekal bermanfaat ditingkat selanjutnya.

Kebutuhan dan ketersediaan kader pada kenyataannya kurang begitu menggembirakan pada beberapa kurun waktu tahun terakhir. Antuasiame mahasiswa untuk aktif dalam organisasi/lembaga kemahasiswaan menurun tajam. Ada banyak sebab yang melatarbelakangi realita ini diantaranya meningkatnya teknologi informasi dimana memanjakan mahasiswa dengan game online, facebook, twitter dsb, tugas perkuliahan yang menumpuk dan kondisi organisasi/lembaga kemahasiswaan yang stagnan dalam menyajikan program kerja pada mahasiswa. Adanya jurang pemisah antara kebutuhan dan ketersediaan kader mengakibatkan alur kaderisasi banyak diabaikan aktivis sehingga menempatkan kader secara acak bahkan kadangkala mengacuhkan potensi dasar kader dalam penempatan. Dampak bagi kader dapat dilihat dari kerja nyata kader yang kurang memuaskan atau sepatutnya saja. Dampak lain yang perlu diwaspadai yaitu kedewasaan yang tidak berkembang baik karena kapasitas yang minim dalam mengelola organisasi/lembaga kemahasiswaan.

Penyebab utama dari ketidakteraturan alur ini yaitu tidak adanya rule yang mengatur kaderisasi umum bagi lembaga kemahasiswaan. Kebanyakan kampus memiliki tradisi atau adat dalam kaderisasi yang belum teratur. Sekalipun ada kampus yang secara tertulis memiliki alur kaderisasi yang jelas. Kaderisasi yang dimaksudkan kampus-kampus adalah ketika open recruitment pengurus baru atau pengenalan organisasi/lembaga kemahasiswaan pada mahasiswa baru. Padahal kaderisasi merupakan sebuah proses dimana kader dibentuk dan dididik agar menjadi kader yang handal dan mumpuni. Rule dapat dibuat oleh lembaga legislatif mahasiswa atau yang satu fungsi dengan lembaga tersebut sehingga mengikat seluruh elemen lembaga kemahasiswaan yang ada dikampus baik ditataran prodi/jurusan, fakultas maupun universitas. Dengan adanya aturan tersebut, alur kaderisasi setidaknya dapat dipantau terkait kebutuhan kader pada jenjang tertentu maupun jika menemui kendala ditengah jalan.
Harapan yang rasionalistis jika masing-masing kampus memiliki rule yang mengatur alur kaderisasi secara umum sehingga dapat digunakan dalam Keluarga Mahasiswa (KM/Kema). Dengan adanya alur kaderisasi bagi organisasi/lembaga kemahasiswaan, kebutuhan dan ketersediaan kader akan terpantau. Selain itu kaderisasi akan lebih matang dan kokoh jika memiliki sistem yang didukung semua organisasi/lembaga kemahasiswaan yang ada dikampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...