Kelompok
Sebuah
Catatan Anak BEM
Dari
Alo Liliweri (2009: 233):
"Masing-masing
kelompok mempunyai aktivitas khusus, berbicara dalam bahasa mereka dan memiliki
waktu bertemu yang khusus. Bahkan mereka berpikir dan bertindak yang hanya
dapat dipahami oleh anggota kelompok mereka. Perilaku tersebut disosialisasikan
dan diinternalisasikan secara terbatas dikalangan tertentu".
Peradaban
primitif sudah mengenal kelompok yaitu saat mereka mulai tinggal di gua-gua dan
memutuskan untuk bekerja sama mencari hewan buruan. Suka atau tidak suka dan
sadar atau tidak sadar, dalam menjalani hidup yang paling biasa pun kita
tergabung pada sebuah kelompok. Kelas yang sama, unit kegiatan yang sama, partai
politik yang sama atau keluarga yang sama.
Sebuah
kelompok memiliki syarat agar ia disebut sebagai kelompok. Soekanto dalam
Basrowi (2005: 49) menyebutkan lima syarat sebuah kelompok.
1.
Ada kesadaran bahwa setiap orang merupakan anggota kelompok tersebut.
2.
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
3.
Ada faktor kepemilikan bersama seperti ideologi, cita-cita dan sebagainya serta
memiliki common enemy atau musuh
bersama sebagai pengikat/pemersatu.
4.
Berstruktur, berkaidah dan mempunya pola perilaku.
5.
Bersistem dan berproses.
Kehidupan
kampus ternyata memaksa kita untuk memasuki kelompok tertentu. Kelompok
mahasiswa yang kuliah pulang- kuliah pulang atau kuliah rapat- kuliah rapat.
Begitulah generalisasi sebagian orang yang membagi dua kubu mahasiswa yang
study oriented dan organisatoris. Pemisahan tersebut melahirkan istilah kami (in group) dan mereka (outgroup). Orang yang bukan anggota
kelompok dianggap sebagai orang luar (out
group) yang berada dalam jangkauan dan tidak kena aturan kelompok. Artinya,
kepentingan kami bukan kepentingan mereka.
Saya
menjadi anggota kelompok kedua karena memiliki kegiatan di lembaga eksekutif
mahasiswa. Perkuliahan lebih sering diacuhkan karena harus koordinasi by phone dengan rekan organisasi yang
lain. Usai kelas pun selalu menghilang lebih cepat dari yang lain dengan alasan
rapat, seminar, memenuhi undangan birokrat atau sekadar mencari sinyal wifi untuk searching RUU.
Sebagai
aktivis, kami memiliki cara berpikir yang berbeda dari kelompok pertama.
Aktivitas kami sebagian besar dirancang di sekretariat dengan rapat sebagai
acuannya. Konsentrasi kami pada isu-isu sosial dan politik yang terjadi di
masyarakat pada tataran lokal hingga nasional. Apabila kami bertemu dengan
anggota lembaga eksekutif dari kampus lain rasa persaudaraan bisa sedetik
tercipta. Kami memiliki orientasi kerja yang sama sehingga tidak sulit untuk
menumbuhkan sikap saling percaya dan memberikan dukungan satu sama lain.
Semua
syarat kelompok yang diajukan Soekanto kami penuhi selaku anggota badan
eksekutif. Dalam pembagian kelompok formal dan informal, kami memang memasuki
kelompok formal. Meskipun demikian aturan dan proses komunikasi yang dilakukan
tidak sekaku dalam organisasi profesional atau hubungan resmi antara karyawan
dengan atasan. Hubungan antara ketua dan staf lebih bernuansakan persaudaraan
dan persahabatan. Dengan begitu, proses belajar di dalam organisasi menjadi
lebih luwes dan terbuka.
Berbagai
kritik tentang kami dari teman-teman yang bukan anggota kelompok cukup beragam.
Ada yang mendukung, ada yang mencela, bahkan ada yang apatis. Kami pun
terkadang beranggapan bahwa waktu kuliah akan lebih bermanfaat dengan diselingi
kegiatan di luar kampus misalnya bekerja paruh waktu, aktif di LSM atau
berorganisasi. Semua pilihan tergantung masing-masing individu. Secara pribadi,
saya mendukung teman-teman mahasiswa yang bekerja paruh waktu untuk mendapatkan
tambahan uang saku. Sekalipun menyayangkan pilihan teman-teman untuk kuliah
pulang kuliah pulang, saya menghargai prestasi mereka yang bisa lulus tepat
waktu dan bekerja dengan baik usai lulus.
Bagaimanapun
persepsi setiap orang tentang kelompok, pada akhirnya mereka memilih kelompok
yang paling sesuai dengan diri mereka. Tidak peduli kita mencela habis-habisan
terhadap kelompok tersebut, mereka telah memilih dengan penuh kesadaran. Segala
konsekuensi tentu menjadi tanggungan masing-masing orang. Yang pasti,
kepedulian tetap harus diutamakan sekalipun kita berbeda kelompok dengan teman
kita semasa kuliah, sekolah atau bekerja.
@Cilacap