Jumat, 28 November 2014

Sikap



Menuju akhir dari tahun politik yang melelahkan membuat sebagian orang tetap siaga terhadap pemerintahan baru. Dua kubu yang saling berseberangan melahirkan dua masyarakat yang berada di kutub utara dan kutub selatan. Masyarakat kemudian terbelah menjadi dua. Segala tindak tanduk seseorang akan membuatnya dicap sebagai kawan atau lawan salah satu kubu. Dimana masyarakat apatis? Mereka seolah lenyap dari hitungan masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak. Siapa yang mengungkapkan keburukan salah satu kubu dianggap sebagai simpatisan kubu lain begitupun sebaliknya. Apabila mengungkapkan kebaikan salah satu kubu secara otomatis menjadi anggota dari kubu tersebut.

Tuntutan yang tidak bisa dihindari sebagai akibat dari kemudahan akses informasi dan perubahan sosial yaitu sikap. Setiap orang dituntut untuk berbicara tentang keyakinan, pengetahuan dan kecenderungannya terhadap suatu hal, tahun politik misalnya. Sekalipun akan diberi label sebagai kawan atau lawan. Pada akhirnya setiap orang harus memilih sikap terbaiknya.

Di arena kampus yang tengah memasuki musim kampanye Presiden Mahasiswa pun setiap orang harus bersikap. Mahasiswa dapat bersikap mengenai kinerja lembaga kemahasiswaan dan keberfungsiannya selama satu tahun. Mereka dapat memberikan suara untuk perkembangan lembaga kemahasiswaan yang lebih baik di tahun 2015. Sikap setidaknya berfungsi untuk empat hal seperti dikemukakan oleh Santosa (2004:63).

Yang pertama, penyesuaian. Sikap digunakan untuk menyesuaikan diri dalam mencapai tujuan. Seorang mahasiswa yang ingin lulus dan wisuda akan menyesuaikan jadwal kerja atau hang-out dengan bimbingan, mencari referensi dan data. Kita memiliki tujuan dalam hidup. Lingkungan senantiasa berubah dan menghadirkan situasi-situasi yang terkadang tidak sesuai harapan. Maka dari itu kita bersikap untuk menyesuaikan diri agar tujuan tercapai.

Yang kedua, pertahanan ego. Kita bersikap untuk melindungi ego dalam diri yang terancam oleh pengaruh dari luar misalnya tekanan orang lain. Mekanisme pertahanan ego melahirkan sikap seperti represi, formasi reaksi, proyeksi, displacement, rasionalisasi, sublimasi, dan regresi. Penggemar sepak bola yang fanatik akan membela klub kesayangannya dengan membenarkan tindakan pemain yang melanggar aturan (rasionalisasi).
 
Yang ketiga, menyatakan nilai. Sikap yang kita tentukan merupakan suatu usaha untuk menunjukkan keyakinan yang kita pegang. Dengan menunjukkan sikap memuji, kita berusaha untuk menyatakan nilai bahwa kita menyukai sesuatu atau seseorang. Misalnya seorang mahasiswa memuji pakaian temannya yang santun. Ia tengah menyatakan nilai bahwa berpakaian santun merupakan hal yang baik dan positif untuk dilakukan.

Yang keempat, pengetahuan. Sikap yang kita tunjukkan tidak saja untuk memperoleh kepercayaan. Kita membutuhkan pengetahuan agar dapat hidup berdampingan dengan baik tanpa konflik. Murid yang menginginkan pengetahuan lebih banyak akan bertanya kepada guru untuk menjelaskan detail persoalan yang dipertanyakan. Sikap murid menandakan ia membutuhkan pengetahuan. Oleh karena itu ia bertanya kepada gurunya.

Sikap personal yang baik melahirkan budaya kolektif yang baik pula karena setiap perilaku seseorang akan mempengaruhi perilaku orang lain. Ada yang meniru, mencemooh, memuji atau mengkritik. Semua hal itu melahirkan budaya yang baru dalam suatu komunitas atau kelompok. Apabila sikap personal itu ditunjukkan oleh seorang publik figur, dampaknya akan meluas tidak hanya dalam komunitasnya tetapi juga pada masyarakat luas.

@Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...