Rabu, 25 November 2015

SELAMAT HARI AKU, SELAMAT HARI KAMU


Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes

Mengambil peran sebagai pendidik bukan tanpa dilema yang menyesakkan. Bagaimana tidak, bahkan sebelum mengambil jurusan kependidikan kami harus berpikir matang soal rencana hidup kedepan. Apakah kami harus melalui jalur sebagai guru honor atau langsung menembak ke jalur CPNS. Well, hari ini kami sudah berdiri tegak di garis depan negeri ini.
Kami adalah bagian dari mereka yang berani jauh dari rumah kami yang nyaman. Bersama-sama membuka mata dan hati untuk mendekat pada mereka yang terdepan. Kami adalah bagian dari mereka yang mengajari mereka bagaimana caranya belajar, mengenal negeri yang luas dengan melihat peta di dinding. Kami kenalkan mereka dengan teman-teman mereka di pulau lain. Mereka yang tertinggal dari teman-temannya diibukota dengan segala kemajuan jaman. Kami adalah bagian dari mereka yang berusaha meraih mutiara di daerah tidak terdeteksi sinyal internet dan sinyal telepon. Menjangkau mereka yang setiap pagi tidak mandi lantaran dinginnya air. Kami adalah bagian dari mereka, pun bagian dari kalian yang mencintai negeri ini dengan cara masing-masing.
Flores yang indah menjadi saksi perjalanan mendidik setelah menikmati Monas di ibukota.
Pagi ini, pada momen ujian seni budaya mereka mengenakan baju adat Ende Lio. Murid perempuan mengenakan baju bernuansa pink dengan dibalut sarung tenun khas Ende. Sedangkan murid laki-laki mengenakan kemeja putih, ikat kepala, selendang dan sarung tenun khas Ende. Usai menyanyikan lagu kebangsaan, mereka bersama-sama menari dengan iringan musik daerah. Demi menuruti hasrat menari, saya pun turun dan bergabung dengan gerakan asal ikut. J
Ini nuansa hari guru di sekolah kami. Pada amanat upacara bendera Senin kemarin pembina sempat menyinggung soal hari guru. Beliau berkata bahwa pada Peringatan Hari Guru siswa diharapkan memberikan bunga kepada guru di sekolah. Kesibukan ujian praktik ibadah haji dan seni budaya mengakibatkan kami asyik mempersiapkan ujian praktik tersebut. Lupa dengan bunga yang ingin diberikan saat momentum Hari Guru. Ah ya, kami terlalu asik dalam melaksanakan ujian praktik sampai lupa untuk sejenak mengingat diri. Meskipun demikian kami para guru dan murid tetap saling memberikan selamat satu sama lain.
Peringatan atau semacamnya memang penting untuk mengingat siapa kita dan apa yang kita lakukan dalam hidup. Kita bisa menyebutnya sebagai titik tolak dalam menjalani karir. Kita berhenti sejenak, mengingat sebagai siapa kita berperan. Kita mengevaluasi diri. Sudah seberapa keras kita berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam peran yang kita ambil.
Murid laki-laki yang mengenakan baju adat Ende Lio
Kita sangat beruntung karena bangsa ini memberikan apresiasi yang luar biasa kepada guru. Tidak semua profesi mendapatkan apresiasi sedemikian besar hingga diberikan satu hari peringatan secara nasional. Dalam syukur tersebut marilah kita berikan yang terbaik untuk anak bangsa kita. Teladan yang baik dalam beretika di sekolah sangat penting karena belajar tidak terbatas di kelas dan lapangan. Mereka belajar dari apapun yang melekat dalam diri kita. Perkataan, sikap, pola pikir, etika kerja dan sebagainya menjadikan mereka menduplikat diri kita sesuai dengan kemampuan mereka. Jika mereka mengambil pelajaran yang jelek maka jeleklah hasil belajar mereka. Kita akan disalahkan atas ketidakbenaran sikap dan tingkah laku mereka. Namun jika mereka mengambil pelajaran yang baik maka baiklah hasil belajar mereka. Kita menjadi motivator mereka untuk terus berkembang. Mereka tidak akan lupa pelajaran yang kita berikan sepanjang hidup mereka.
Bersama murid perempuan yang mengenakan baju adat Ende Lio
Selamat hari aku. Selamat hari kamu. Karena kita sama-sama mendidik dengan hati. Tidak perlu kamu mengajar di sekolah atau madrasah. Tidak perlu juga kamu berstatus PNS dan memiliki jam mengajar. Setiap orang belajar dari segala hal yang ada disekeliling mereka. Maka apapun yang membelajarkanmu adalah guru bagimu. Ya, aku menjadi guru bagi mereka yang mengambil pelajaran. Begitupun kamu, kawan perjuangan dimanapun berada.
Sampai jumpa dimasa depan. Seraya membincangkan murid-murid kita yang nakal, mengenang mereka yang spesial.  

Masih bercerita dari Ende,
25 November 2015

SAYA PUN BERKALI-KALI JATUH


Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes

Kita sering tidak percaya diri ketika gagal dalam suatu hal. Misalnya gagal saat melamar kerja di perusahaan favorit. Pertanyaan kemudian muncul didalam kepala dan membuat kita terkunci dalam ruang pertanyaan. Apakah saya kurang baik dalam performa? Apakah komunikasi saya kurang mengesankan? Apakah CV saya begitu apa adanya? Ataukah pengalaman hidup saya biasa-biasa saja?
Kita pun pernah gagal bahkan berkali-kali gagal untuk mendapatkan perhatian seseorang. Bukankah itu menyakitkan? Baik. Rasanya gagal karena seseorang lebih mengena daripada gagal melamar kerja. Ada pula yang trauma karena gagal mendapatkan perhatian seseorang.

Semulus-mulusnya jalan hati seseorang. Ada pula cacatnya. Sekalipun kita cantik, baik, pintar, dan segala kebaikan lainnya. Seringkali cacat hubungan tidak melulu soal fisik atau sesuatu yang nampak jelas.
Seseorang kita bisa saja pasangan, teman, keluarga, rekan kerja atau atasan di kantor. Tidak mendapatkan perhatian memang tidak mengenakkan. Hal itu karena kita tidak pantas untuk mendapatkan perhatian. Mungkin karena kita datang pada orang yang kurang tepat dan di saat yang kurang tepat pula.
Saya pun berkali-kali jatuh untuk mendapatkan perhatian orang lain. Saya rasa, saya cukup cantik. Sayangnya, perhatian tidak melulu soal fisik. Keterbukaan, wawasan, selera humor, sensitivitas mempengaruhi derajat perhatian yang diberikan seseorang. Saya sadar wawasan yang saya miliki berbeda dengan yang dimiliki orang lain. Pun hal lain seperti selera humor atau keterbukaan. Dilain sisi saya pun tahu bahwa kedekatan psikologis membutuhkan energi sesuhu agar KLIK. Saya tidak bisa memaksaka si A dapat bercanda dengan saya. Saya tidak bisa memaksa si B untuk mengobrol tentang lingkungan.
Kita memiliki pasion yang unik pada diri masing-masing. Teman saya suka sekali dengan K-Pop. Dia mengoleksi puluhan drama yang didownload dengan tekun. lagu-lagu K-Pop membahana setiap saya masuk kamarnya. Bagi saya yang cukup ‘respect” dengan K-Pop, melihat teman saya begitu antusias membuat saya senang. Ada satu hal yang bisa saya gunakan untuk masuk ke dalam dirinya yaitu K-Pop. Saya tidak harus ikut-ikutan download drama atau memutar lagu Korea. Saya hanya perlu memahami bagaimana dia agar saya bisa mendapatkan perhatiannya.
Tampaknya sederhana, memang begitulah. Sederhana bukan? Pikiran-pikiran kita yang terlampau jauh dan kadang egois lebih sering mendominasi diri. Hasilnya, perhatian tak didapat, tenang tak bisa. Mulailah berpikir sederhana untuk mendapatkan perhatian. Kita tidak perlu sama dengan mereka. Sungguh tidak perlu. Pahamilah mereka dan jadilah diri sendiri.
Semoga perhatian yang kamu dapat jauh lebih menyenangkan.
Ende,
17 November 2015
Dalam sebuah permohonan harapan akan sebuah perjalanan besar


Sudah Dua Bulan!!!!


Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes

November masih dalam hitungan jari. Artinya masih ada 10 bulan yang akan terlewati di tanah pembuangan Soekarno. Ende merupakan sudut Flores yang menakjubkan. Masyarakat, kultur, agama, toleransi dan segala macam lanskap alamnya juara. Jangan berpikir Kelimutu saja. Jangan berpikir Bung Karno saja. Tengoklah barang seminggu dan kau akan temukan alasan mengapa tanah ini disebut sebagai Miniatur Indonesia oleh masyarakatnya.
Persoalan pertama yang dihadapi sudah tentu budaya dan unsur didalamnya. Hal-hal seperti tolerani agama, mata pencaharian, bahasa, kebiasaan, sistem adat dan sebagainya harus disikapi dengan baik agar kami bertahan setidaknya satu tahun kedepan. Kami selaku pendatang yang kebanyakan fresh graduate benar-benar memiliki pengalaman merantau yang luar biasa. Mau tidak mau kami harus terbiasa dengan aksen Ende Lio kemudian belajar kata demi kata. Toleransi beragama di Ende sungguh luar biasa. Kami hidup berdampingan tanpa ada gesekan berarti dan benar-benar akrab satu sama lain. Di kota Kabupaten Ende, kehidupan toleransi sangat kental. Warga melakukan aktivitas tanpa terbebani urusan SARA. Jika kita sudah memasuki perkampungan yang agak jauh dari pusat kota. Adakalanya kita menemukan kampung muslim atau non muslim. Bisa jadi campuran muslim dan non muslim. Sepanjang sejarah, mereka tidak pernah menghadapi konflik besar. Kehidupan sehari-hari berjalan dengan ramah dan damai.
Flores terbentuk dalam rupa perbukitan yang menawan dengan garis pantai yang tidak kalah menawan. Sekalipun terlihat kering dan berdebu saat kemarau seperti sekarang, panorama alamnya konstan luar biasa. Di samping kanan perbukitan kapur, di samping kiri pantai Laut Sawu yang menghampar. Sesekali cobalah menyusuri pantai selatan Flores sore hari agar bisa mengejar matahari terbenam. Kita dapat memandang di seberang pantai ada sebuah pulau agak besar. Itulah pulau Ende. Kita bisa mengunjunginya dengan kapal yang setiap hari pulang pergi kesana.
Lain kampung, lain pula makanannya. Dengan kondisi geografis berupa pantai dan perbukitan atau gunung kita dapat menjumpai makanan yang berbeda dari masyarakat Ende. Kawasan pantai menyajikan hidangan ikan segar hampir setiap hari. Kita dapat menjumpai anak-anak yang menjual ikan, gurita, dan lobster di pinggir jalan ketika siang hari. Lain halnya dengan masyarakat di daerah gunung. Mereka terbiasa menyantap sayuran yang ditanam di kebun atau membeli di pasar. Kalau sedang musim sayur jipang, mereka dapat memasak variasi sayur tersebut dalam beberapa hari. Meski berada di kawasan yang subur, masyarakat di daerah pegunungan tidak serta merta dapat membeli aneka macam sayuran dengan leluasa. Selain komoditi tanaman yang mungkin hanya beberapa jenis, hari pasar tidak jatuh 2 hari sekali. Sehingga kebutuhan mereka dipenuhi selama satu pekan sekali pada hari pasar. Itu pun jika mereka berkenan untuk menunggu otto atau kendaraan yang hanya beroperasi pada jam tertentu atau bahkan hari tertentu. Sistem transportasi yang masih jarang mengharuskan mereka untuk berbelanja pada hari pasar. Mereka pun mengatur agenda bepergiaan sesuai dengan jadwal otto yang mengangkut penumpang.
Sepertinya kali ini tidak bercerita tentang miniatur Indonesia ya? Mungkin lain kali bahasannya lebih tepat. Penulisnya sedang unfit. Doakan lekas sembuh guys..

MENAPAK DI TANAH PEMBUANGAN SOEKARNO



Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes



Teriknya Flores menyapa saat mata menemukan Labuan Bajo sebagai bandara transit pertama. Disebelah sana, ada danau satu-satunya di dunia. Danau tiga warna yang berubah-ubah warnanya sesuai dengan musim yang ada. Eit, kita tidak akan membahas Kelimutu Lake. Tempat pertama kali yang membuatmu bangga pernah berkunjung ke Ende selain Kelimutu yaitu kota ini pernah menerima Soekarno sebagai tamu yang tidak (*belum) dikenal masyarakat. 

Inilah pulau di sisi timur Indonesia yang dijadikan Belanda sebagai tempat pembuangan Soekarno.  Film tentang masa pembuangan Soekarno di Ende akan memandu kamu untuk mengenal sudut demi sudut Ende dalam bingkai tempo dulu. Sosok Bung Karno diperankan oleh Baim Wong dan Inggit diperankan oleh Paramitha Rusady.

Rumah yang dulu ditempati Soekarno letaknya di tengah kota Ende. Bahkan hanya sekitar 1 kilometer dari titik O km kota. Konstruksi, nuansa, perabot dan kondisi rumah pengasingan tersebut dipertahankan persis sama ketika Soekarno menempatinya. Renovasi yang dilakukan hanya berkisar antara pembaruan cat, penggantian komponen rumah yang sudah rusak dan perapian sekitar rumah. 

Rumah pengasingan tersebut dijaga oleh petugas yang asli orang Ende dan sudah hafal tentang riwayat Soekarno selama masa pembuangan. Rumah tersebut memiliki halaman yang cukup lapang. Ada pohon rindang disisi rumah sehingga mengalirkan udara segar di pinggir rumah. Flores adalah pulau yang senantiasa hangat. Keberadaan pohon disekitar rumah sangat berharga untuk menciptakan udara segar setiap harinya. 
Didepan plang Rumah Pengasingan Bung karno

Bagian inti rumah terpisah dari dapur, kamar mandi bahkan tempat makan. Bagian inti rumah meliputi ruang tamu, kamar Soekarno, kamar Ibu Amsi kemudian ada sebuah ruang shalat dibagian belakang inti rumah. Lampu, desain interior, dan perabotan yang dipajang ada beberapa yang masih asli. Dibagian belakang rumah ada sebuah sumur yang digunakan Inggit untuk mandi, memasak, mencuci dan sebagainya. Dibagian belakang rumah pun ada halaman yang cukup lapang. Disini selain terdapat sumur, ada pula dapur dan kamar mandi. Penataannya cukup rapi dan lapang sehingga pengunjung merasa nyaman. Kesan keasliannya agak berkurang menurut saya karena renovasi yang terlampau bagus. Saya berpikir “Ini asli? kenapa semuanya seperti baru?”. Whateever, that’s amazing to visit this place. 
Halaman Belakang Rumah Pengasingan. Nampak sumur yang digunakan keluarga Bung Karno dalam aktivitas sehari-hari

Kalau kamu lupa dengan kisah-kisah yang ditorehkan Soekarno pada jamannya. Pengelola rumah pengasingan menyediakan buku-buku yang dapat dibeli pengunjung untuk menambah wawasan tentang kehidupan Soekarno. Berita baik kedua adalah pengelola tidak menetapkan tarif bagi pengunjung. Hanya sumbangan seikhlasnya. Bagaimana? Masih berpikir lama untuk berkunjung kesini? Cerita belum berakhir kawan. Kita akan mengunjungi taman perenungan Soekarno di kawasan titik O km. 
 
Titik 0 km
Titik O km dapat menjadi titik tolak perjalananmu di Ende. Ya. Yogyakarta memiliki titik O km. Pun dengan kota lain termasuk Ende. Titik 0 km berada persis di lapangan Pancasila. Tugunya terpatri manis dipinggir jalan. Berjalanlah menyusuri jalan Soekarno dan lihat ke arah kiri. Kamu akan menemukan taman perenungan tidak jauh dari lapangan. Mata memandang pun sudah terlihat tamannya. 
 
Patung Bung Karno sedang memikirkan kondisi bangsa
Taman perenungan Soekarno terdiri atas pohon beringin, kolam, dan patung Soekarno yang sedang duduk gagah memandang Laut Sawu. Pohon beringin dipercaya memiliki lima cabang yang kemudian menginspirasi Soekarno merenungkan Pancasila. Konon pohon beringin tersebut pernah tumbang dan tumbuh lagi dengan jumlah cabang yang sama dengan sebelumnya. Apakah ini kebetulan? Wallahu’alam. Masyarakat setempat mengatakan Soekarno merenungkan pokok-pokok Pancasila di taman ini. 

Taman ini sekalipun tidak seperti taman pada umunya yang dipenuhi bunga warna warni, tetapi cukup sejuk bila dibandingkan dengan sisi lain kota. Beberapa pohon besar menaungi kawasan taman. Kolam yang berada didekat pohon beringin menambah asri taman tersebut. 
Suasana Taman Perenungan Bung Karno

Semoga gambaran ini bisa membuat kamu semakin mupeng untuk berkunjung kesini. Kalau ke Ende belum afdol kalau belum ke Kelimutu. Yang paling kebangetan, kalau tidak berkunjung ke rumah pengasingan dan taman perenungan Bung Karno yang persis di tengah kota. So, come join to us here. Enjoy the city tour.
Dari pintu depan Rumah Pengasingan Bung Karno

Masih bercerita dari Ende,
19 November 2015

INGATAN DETIK PERTAMA DI ENDE


Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes

Ada seorang teman yang membuat status di BBM. Dia mengatakan bahwa “Mungkin Tuhan menciptakan Flores dengan tertawa”. Ya. Ada benarnya juga dia katakan demikian. Masyarakatnya riang, ramah, dan ringan tangan. Mereka menyukai musik-musik bergenre nge-beat. Kalau kamu berkunjung kesini dan melihat ada orang yang murung, mungkin perlu dipertanyakan darah Floresnya. Tidak berlebihan jika saya memberi label “Flores memang unik”. Di salah satu sudutnya, saya memulai perjalanan dan pembelajaran bermakna. Salah satu Kabupaten yang besar, Ende.
Pertama kali mendarat di Flores, bandara persinggahan pertama yang nampak yaitu Labuan Bajo. Bandara di ujung barat Pulau Flores ini menjadi gerbang masuk memasuki Flores. Kita dapat berkunjung ke Pulau Komodo melalui Labuan Bajo dengan dilanjutkan via jalur darat. Lepas landas dari Labuan Bajo, kami melanjutkan ke tujuan selanjutnya yaitu Ende.
Pesawat kecil yang kami tumpangi mau tidak mau harus melakukan manuver diatas Laut Sawu. Sebagian besar kami yang belum terbiasa naik pesawat kecil menahan tegang karena eksotisnya Ende dan was-was pada posisi miring di atas laut. Siapa yang menjamin bahwa kami tidak akan terperosok ke kedalaman laut jika ditakdirkan mengalami musibah? Tegang percampuran itu akhirnya terbayar dengan sambutan teman-teman senior di ruang penjemputan.
Dalam hati, saya bergumam “Ini Ende? Tanah yang akan saya tinggali sampai satu tahun kedepan? Oh God. Ada apa di tempat sesepi ini?”. Berbagai pertanyaan tidak penting liar berkeliaran didalam kepala. Sekalipun saya sudah diberi bocoran tentang kota ini, tetapi penasaran masih berlaku untuk pendatang baru.
Senyuman teman saya sembari melambai-lambai belum dapat saya artikan sebagai sinyal kegembiraan murni. Yang saya bisa tangkap dari rona wajah mereka adalah kedatangan saya merupakan alarm kepulangan mereka. Saya cukup senang memiliki teman-teman yang sudah “membuka hutan” untuk saya. Inilah yang namanya tidak ada kebetulan dalam dunia. Semua sudah dituliskan dalam naskah hidup yang ditentukan. Mereka datang dulu, kemudian baru saya.
Salah satu gambar dari atas pesawat. Dalam perjalanan Semarang-Denpasar

Bandara Hasan AroeBoesman di Ende
Detik-detik pertama di wilayah Waktu Indonesia Tengah sungguh lama dan penuh tanda tanya. Apakah akan menyenangkan? Apakah akan berlalu dengan cepat? Bagaimana orang-orang Flores dalam hubungan sosial? Bagaimana caranya mengobati home-sick bagi anak rumahan seperti saya? Masih banyak pertanyaan “bagaimana kalau..” didalam kepala saya. Mulai saat itu, otak saya di setting untuk rindu akut dengan rumah pada bulan ke 12 di perantauan. Saat dimana kepulangan menjadi wacana paling hot diantara kami.
Pada saat mendarat, tidak ada pikiran nanti akan memberikan layanan bimbingan yang seperti apa. Mata saya tertuju pada rak kecil berisikan selebaran, panduan wisata dan buku agenda tahunan. Lupa kalau kami disini ditugaskan negara untuk membimbing anak-anak kami di sekolah. Saya pikir itu manusiawi. Toh masih belum terbayangkan akan ditempatkan dimana.

Ende,
2 November 2015


Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...