Rabu, 25 November 2015

SAYA PUN BERKALI-KALI JATUH


Jilvia Indyarti | Guru Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes

Kita sering tidak percaya diri ketika gagal dalam suatu hal. Misalnya gagal saat melamar kerja di perusahaan favorit. Pertanyaan kemudian muncul didalam kepala dan membuat kita terkunci dalam ruang pertanyaan. Apakah saya kurang baik dalam performa? Apakah komunikasi saya kurang mengesankan? Apakah CV saya begitu apa adanya? Ataukah pengalaman hidup saya biasa-biasa saja?
Kita pun pernah gagal bahkan berkali-kali gagal untuk mendapatkan perhatian seseorang. Bukankah itu menyakitkan? Baik. Rasanya gagal karena seseorang lebih mengena daripada gagal melamar kerja. Ada pula yang trauma karena gagal mendapatkan perhatian seseorang.

Semulus-mulusnya jalan hati seseorang. Ada pula cacatnya. Sekalipun kita cantik, baik, pintar, dan segala kebaikan lainnya. Seringkali cacat hubungan tidak melulu soal fisik atau sesuatu yang nampak jelas.
Seseorang kita bisa saja pasangan, teman, keluarga, rekan kerja atau atasan di kantor. Tidak mendapatkan perhatian memang tidak mengenakkan. Hal itu karena kita tidak pantas untuk mendapatkan perhatian. Mungkin karena kita datang pada orang yang kurang tepat dan di saat yang kurang tepat pula.
Saya pun berkali-kali jatuh untuk mendapatkan perhatian orang lain. Saya rasa, saya cukup cantik. Sayangnya, perhatian tidak melulu soal fisik. Keterbukaan, wawasan, selera humor, sensitivitas mempengaruhi derajat perhatian yang diberikan seseorang. Saya sadar wawasan yang saya miliki berbeda dengan yang dimiliki orang lain. Pun hal lain seperti selera humor atau keterbukaan. Dilain sisi saya pun tahu bahwa kedekatan psikologis membutuhkan energi sesuhu agar KLIK. Saya tidak bisa memaksaka si A dapat bercanda dengan saya. Saya tidak bisa memaksa si B untuk mengobrol tentang lingkungan.
Kita memiliki pasion yang unik pada diri masing-masing. Teman saya suka sekali dengan K-Pop. Dia mengoleksi puluhan drama yang didownload dengan tekun. lagu-lagu K-Pop membahana setiap saya masuk kamarnya. Bagi saya yang cukup ‘respect” dengan K-Pop, melihat teman saya begitu antusias membuat saya senang. Ada satu hal yang bisa saya gunakan untuk masuk ke dalam dirinya yaitu K-Pop. Saya tidak harus ikut-ikutan download drama atau memutar lagu Korea. Saya hanya perlu memahami bagaimana dia agar saya bisa mendapatkan perhatiannya.
Tampaknya sederhana, memang begitulah. Sederhana bukan? Pikiran-pikiran kita yang terlampau jauh dan kadang egois lebih sering mendominasi diri. Hasilnya, perhatian tak didapat, tenang tak bisa. Mulailah berpikir sederhana untuk mendapatkan perhatian. Kita tidak perlu sama dengan mereka. Sungguh tidak perlu. Pahamilah mereka dan jadilah diri sendiri.
Semoga perhatian yang kamu dapat jauh lebih menyenangkan.
Ende,
17 November 2015
Dalam sebuah permohonan harapan akan sebuah perjalanan besar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...