Jilvia Indyarti | Guru
Bimbingan dan Konseling |SM3T Angkatan V LPTK Unnes
Kita sering tidak percaya diri ketika
gagal dalam suatu hal. Misalnya gagal saat melamar kerja di perusahaan favorit.
Pertanyaan kemudian muncul didalam kepala dan membuat kita terkunci dalam ruang
pertanyaan. Apakah saya kurang baik dalam performa? Apakah komunikasi saya
kurang mengesankan? Apakah CV saya begitu apa adanya? Ataukah pengalaman hidup
saya biasa-biasa saja?
Kita
pun pernah gagal bahkan berkali-kali gagal untuk mendapatkan perhatian
seseorang. Bukankah itu menyakitkan? Baik. Rasanya gagal karena seseorang lebih
mengena daripada gagal melamar kerja. Ada pula yang trauma karena gagal
mendapatkan perhatian seseorang.
Semulus-mulusnya
jalan hati seseorang. Ada pula cacatnya. Sekalipun kita cantik, baik, pintar,
dan segala kebaikan lainnya. Seringkali cacat hubungan tidak melulu soal fisik
atau sesuatu yang nampak jelas.
Seseorang
kita bisa saja pasangan, teman, keluarga, rekan kerja atau atasan di kantor.
Tidak mendapatkan perhatian memang tidak mengenakkan. Hal itu karena kita tidak
pantas untuk mendapatkan perhatian. Mungkin karena kita datang pada orang yang
kurang tepat dan di saat yang kurang tepat pula.
Saya
pun berkali-kali jatuh untuk mendapatkan perhatian orang lain. Saya rasa, saya
cukup cantik. Sayangnya, perhatian tidak melulu soal fisik. Keterbukaan,
wawasan, selera humor, sensitivitas mempengaruhi derajat perhatian yang
diberikan seseorang. Saya sadar wawasan yang saya miliki berbeda dengan yang
dimiliki orang lain. Pun hal lain seperti selera humor atau keterbukaan. Dilain
sisi saya pun tahu bahwa kedekatan psikologis membutuhkan energi sesuhu agar
KLIK. Saya tidak bisa memaksaka si A dapat bercanda dengan saya. Saya tidak
bisa memaksa si B untuk mengobrol tentang lingkungan.
Kita
memiliki pasion yang unik pada diri masing-masing. Teman saya suka sekali
dengan K-Pop. Dia mengoleksi puluhan drama yang didownload dengan tekun.
lagu-lagu K-Pop membahana setiap saya masuk kamarnya. Bagi saya yang cukup
‘respect” dengan K-Pop, melihat teman saya begitu antusias membuat saya senang.
Ada satu hal yang bisa saya gunakan untuk masuk ke dalam dirinya yaitu K-Pop.
Saya tidak harus ikut-ikutan download drama atau memutar lagu Korea. Saya hanya
perlu memahami bagaimana dia agar saya bisa mendapatkan perhatiannya.
Tampaknya
sederhana, memang begitulah. Sederhana bukan? Pikiran-pikiran kita yang
terlampau jauh dan kadang egois lebih sering mendominasi diri. Hasilnya,
perhatian tak didapat, tenang tak bisa. Mulailah berpikir sederhana untuk
mendapatkan perhatian. Kita tidak perlu sama dengan mereka. Sungguh tidak
perlu. Pahamilah mereka dan jadilah diri sendiri.
Semoga
perhatian yang kamu dapat jauh lebih menyenangkan.
Ende,
17 November 2015
Dalam sebuah
permohonan harapan akan sebuah perjalanan besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar