Mahasiswa menempati
posisi yang sangat strategis dalam kehidupan sosial politiki di negeri ini.
Sebagai bagian dari middle class,
mahasiswa mampu bergerak dengan leluasa ke tataran pemerintah (birokrat) dan
fleksibel untuk turun langsung ditataran grass
root atau masyarakat. Gerakan mahasiswa muncul karena sikap kritis mahasiswa
melihat keadaan negeri yang compang-camping kebijakannya. Peran mahasiswa yakni
untuk mendorong pemerintah agar sesuai dengan jalannya atau landasannya. Dengan
begitu, mahasiswa merupakan pihak-pihak yang selayaknya memberikan perhatian
pada aspek sosial politik bagi masyarakat sebagai bentuk konkret kontribusi
mereka dengan banyak cara.
Kegundahan yang
seringkali dialami mahasiswa bukan tidak mustahil dirasakan oleh mahasiswa
lain. Segala yang dirasakan mahasiswa sebagai ketimpangan sosial tidaklah
lantas dibenamkan dan hanya menjadi konsumsi pribadi. Kajian diskusi menjadi
alternatif yang cukup mudah dilaksanakan mahasiswa dalam mengawali gerakan yang
rapi dan ilmiah. Gerakan yang sederhana ini ternyata memiliki efek yang luar
biasa bagi pergerakan mahasiswa sendiri dan masyarakat secara luas.
Dalam Launching Perdana
Kajian Diskusi BEM FIP yang dilaksanakan 3 April 2012 ada banyak hal yang
disampaikan pembicara yaitu Hanityo Nurrakhman selaku Mentri Luar Negeri BEM KM
Unnes periode 2010. Agenda yang merupakan mix
and match dari Departemen Luar Negeri dan Pengembangan Sumber Daya
Mahasiswa BEM FIP dilaksanakan di PKM FIP dengan dihadiri internal BEM FIP
2012. Hanityo banyak menyampaikan pengalamannya di berbagai teknis gerakan
mahasiswa dalam mengawal kebijakan pemerintah baik ditataran kota maupun
nasional.
Yang menarik dari apa
yang disampaikan pembicara dalam diskusi tersebut adalah tanpa membahas prolog
yang berkepanjangan dan langsung mengambil tema pendidikan. Tema tersebut
kemudian dibahasakan menjadi aplikasi gerakan yang dapat dilakukan mahasiswa
dalam menyikapi berbagai macam isu, termasuk pendidikan. Keyword yang sempat disampaikan yaitu terkait advokasi dan alur
yang ada didalamnya. Urutan advokasi secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a.
adanya isu yang berkembang di masyarakat
Isu
yang dapat digarap mahasiswa dapat berupa spesifikasi dari keprofesionalan
masing-masing seperti Unnes yang mengambil isu Pendidikan, ITB mengambil isu
Energi dan Pertambangan, UI mengambil isu Ekonomi, dan UGM mengambil isu hukum.
Wacana pendidikan yang ada di Unnes antara lain sarana prasarana, polemik
beasiswa, kurikulum prodi, sistem kuliah dan transparansi anggaran.
b.
sarana atau gerakan
Merupakan
hal-hal yang dapat kita ambil sebagai teknis gerakan sebagai tindak lanjut dari
isu yang berkembang tersebut. Alternatif gerakannya misal audiensi, diskusi
publik, pemanfaatan media cetak dan elektronik, dan aksi. Sebagian besar
mahasiswa ataupun masyarakat menganggap bahwa aksi merupakan jalan satu-satunya
bagi kita dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Aksi merupakan jalan terakhir
ketika pilihan yang sebelumnya gagal menemui titik temu dengan harapan.
c. goal setting
Tujuan akhir
dari kita menyikapi suatu isu bermacam-macam misalnya memperoleh data atau
keterangan, menuntut perubahan kebijakan, mengadakan kontrol terhadap suatu
kinerja dan sebagainya.
“Peran mahasiswa bukan
lagi sebagai agent of change, tetapi director of change” begitulah pembicara
menguatkan fungsionaris BEM FIP yang kebanyakan angkatan 2011. Dengan
berdiskusi melalui forum ilmiah tersebut gerakan mahasiswa akan terlihat
berbobot dan mewakili lembaga yang
menaungi. Launching Kajian Diskusi
menjadi titik awal bagi gerakan mahasiswa di FIP untuk menumbuhkan budaya
ilmiah di kampus.
Jilvia
Indyarti
Kadept
Luar Negeri BEM FIP 2012