Dia memberikanku kesempatan untuk hidup, aku memberimu kesempatan untuk membaca hidup dan kita sama-sama menjalaninya :)
Sabtu, 26 Oktober 2013
Kebahagiaan yang Tidak Bisa Dibagi
Kamis, 24 Oktober 2013
Untuk Respati Oktaviani
Minggu, 20 Oktober 2013
Energi Melepas
Solo selepas ashar begitu ramai oleh kendaraan yang akan mengakhiri aktivitas selama seharian penuh. Lalu lalang orang-orang menuju kepulangannya membawa lelah dan gairah yang telah habis terkuras. Rutinitas sore yang hiruk pikuk mengantarkan saya pada satu renungan dalam tentang kepulangan. Kita semua akan pulang setelah rutinitas selesai dikerjakan. Tuhan memanggil kita jika segala urusan telah usai. Entah usai bagi kita kemudian diselesaikan oleh orang lain atau memang telah selesai dan benar-benar tidak akan berlanjut. Kita akan sama-sama pulang dalam waktu yang mungkin berbeda. Pun kita akan sama-sama pulang pada satu tujuan yang sama.
Seorang perempuan cantik menjemput saya diterminal dengan mengenakan blazer ungu, jilbab ungu dan rok motif bunga ungu. Padanan yang cantik untuk perempuan cantik. Yang namanya sudah cantik, mau berjibaku dengan lumpur pasir pun tetap saja cantik, pikirku dalam hati. Solo yang sore menyambut saya yang selalu bahagia jika menyentuh udaranya. Namun kali ini, hujan tidak menyambut saya seperti biasanya. Tanahnya tidak basah.
Menuruti perut yang sudah meminta haknya, dia mengajak saya menikmati mie warna warni yang disajikan penjual perempuan beretnis tionghoa disekitaran kampus. Obrolan tidak penting hingga rencana-rencana pasca kampus yang terlampau berat untuk dibincangkan kala senja mencairkan suasana. Saya selalu senang datang ke kota ini. Meski ada cerita-cerita yang tidak sempat diutarakan karena waktu yang sangat terbatas. Lain kali, kami akan berbincang banyak tentang hidup. Saya yakin akan datang kesana lagi atau dia yang akan bergantian datang ke kota saya. Yang pasti, saya merasa masih berhutang cerita lengkap yang baru separuh saya ungkapkan.
Segala urusan pada akhirnya akan terhenti sejenak ketika kita dipanggil Nya untuk menghadap. Sujud maghrib di Kota Layak Anak dalam rumah yang sangat megah membuat saya ingin berlama-lama disana. Bukan karena ketika saya tengah merasa butuh kemudian saya akan betah disuatu tempat. Saat itu saya hanya merasa rumah Nya benar-benar lapang dan mampu menampung seluruh beban hidup saya sekalipun saya hanya terduduk diam. Sayangnya, ada perempuan lain yang menunggu saya di salah satu tempat. Saya harus beranjak dari rumah Nya.
Solo malam hari masih ramai oleh kendaraan pribadi yang membawa pemiliknya menyusuri Slamet Riyadi dengan lancar. Tempat yang saya tuju berada di luar kota Solo dan itu membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai sana. Sekali lagi kami menyusuri jalanan yang masih ramai oleh lalu lalang kendaraan.
Saya melepas kehadiran perempuan cantik yang telah menemani saya sejak usai ashar hingga malam dengan perasaan yang masih tertinggal. Ada cerita yang belum tersampaikan. Mungkin Tuhan punya alasan lain mengapa belum juga memberi saya kesempatan untuk melepas apa yang saya harus lepas. Atau karena semuanya harus tersimpan untuk memberi saya kekuatan agar tegak berdiri setelah saya sudahi semuanya. Ketika saya menyadarinya, waktu mengharuskan saya untuk pulang dengan unfinished bussiness tersebut. Saya tidak ingin menyebutnya unfinished bussiness. Sungguh saya ingin semuanya benar-benar selesai. Namun kenyataannya masih ada yang tertinggal sekalipun hanya perlu untuk diceritakan dan semua usai. Entah, Tuhan pasti punya alasan lain mengapa saya belum juga mampu mengungkap semuanya.
Akhirnya saya harus pulang. Saya hanya berpikir satu hal "Tuhan memanggil kita pulang saat semuanya sudah selesai dan cukup bagi kita atau jika tidak, akan ada orang lain yang akan menyelesaikan urusan kita. Ya. Akan ada jiwa lain yang akan membantu kita menyelesaikan urusan kita".
Minggu, 13 Oktober 2013
Ketika (*calon) Guru BK Membicarakan Partisipasi Politik
Selasa, 01 Oktober 2013
Kita dan Kereta
Ada serangkaian gerbong yang memuat ratusan penumpang. Ia menapaki setiap jengkal hidupku hampir sepanjang waktu. Ratusan penumpang itu beraneka rupa karakter, sifat, pekerjaan, rumah, cita-cita, dan kesemangatannya. Cerita yang diperdengarkan sepanjang perjalanan pun sangat berwarna mulai dari cerita pasangan, kerja keras di kantor, pembeli yang menjengkelkan, klien yang patah semangat, anak-anak yang hendak melanjutkan sekolah, mahasiswa pas-pasan yang mengobrol tugas kuliah, karyawan yang baru promosi jabatan, anggota baru dalam keluarga, pernikahan dan segala atribut hidup. Semua bercerita tentang dirinya, mendengarkan satu sama lain dan tertidur.
Gerbong yang melintas tidak melulu kelas eksekutif. Sesekali kelas ekonomi melintas baik jarak dekat maupun jarak jauh. Ceritanya pun sesuai dengan kelas masing-masing. Kelas ekonomi dipenuhi paduan suara asongan dan riuh penumpang. AC yang terkadang mati dan jendela yang terbuka sebagian menjadi fasilitas yang mau tidak mau masih ada didalam gerbong (mungkin hari ini sudah tidak ada). Terkadang penumpang menggelar koran bekas dilantai untuk meluruskan kaki. Meski kelas ekonomi telah memiliki aturan pembatasan penumpang, rasa nyaman tetaplah rasa ekonomi. Mereka bercerita tentang kesulitan hidup, kerasnya lapangan kerja, melangitnya tuntutan anak-anak dan istri, termasuk panasnya gerbong kereta. Ada juga yang berbahagia dengan pernikahan yang belum berlangsung lama, waktu yang dinanti-nanti untuk bertemu keluarga, rejeki yang selalu da meski sedikit, anak-anak yang mulai beranjak besar, atau murid yang nilainya selalu bagus. Cerita kelas ekonomi tetap saja rasa ekonomi, meski serba terbatas tapi Allah lah yang tidak membatasi kebahagiaan mereka.
Lain halnya dengan mereka yang duduk di gerbong-gerbong eksekutif dengan nyaman dan santai menikmati perjalanan. Penumpangnya beragam pula mulai dari pengusaha, artis, pejabat negara hingga presiden. Ada juga masyarakat biasa yang terpaksa masuk kelas eksekutif karena tiket kelas lain sudah habis terjual. Pelayanan prima dengan fasilitas prima menandakan harga yang ditawarkan kepada penumpang. Bagaimana dengan cerita yang terdengar dari gerbong-gerbong ini? Boro-boro cerita haru atau menyedihkan, obrolan ringan dan renyah saja jarang terjadi. Jarang bukan berarti tidak pernah terjadi, hanya saja intensitasnya sangat minim. Kebanyakan mereka memegang gadget, menyusun rencana kerja dan meeting, menghubungi klien atau keluarga, atau membaca koran.
Dibawah gerbong-gerbong eksekutif, bisnis atau ekonomi selalu ada kita. Yang kokoh lagi menguatkan mereka yang melaju dengan kecepatan konstan dalam setiap perjalanannya. Ibarat rel yang terbuat dari baja, kita kuat dan menguatkan. Begitulah kita. Dalam kesejajaran itu, kita akan menguatkan dan menyempurnakan perjalanan panjang sang kereta. Tidak perlu berjumpa di satu titik karena itu tentu akan membuat bencana. Aku disini dan kamu disana. Tidak pernah jauh, hanya setengah meter kita berjarak tapi kebahagiaan mereka yang menaiki kereta mencapai ribuan kilometer.
Kita selalu mendengarkan keluh kesah mereka, menyaksikan airmata yang diam-diam jatuh, berusaha menutup telinga dari pertengkaran sebuah pasangan. Kita selalu kokoh meski mereka menangis. Kita pun tetap kokoh dalam kebahagiaan mereka. Apakah kau ingat ketika manusia-manusia itu menjumpai saudaranya di stasiun? Apakah kau merasakan kebahagiaan mereka yang menatap lekat keluarganya setelah sekian lama berpisah?
Ya. Kita menyaksikan banyak hal dalam hidup mereka. Kita memudahkan perjalanan mereka hingga tujuan akhir. Meski tidak bisa saling menggenggam dan saling berjabat denganmu, aku tidak pernah merasa jauh. Aku tidak pernah menangis bahkan tertawa riang karena memang aku tidak ditakdirkan untuk merasa. Aku dan kamu ditakdirkan untuk menyangga kereta-kereta yang melintas itu. Bukankah itu tugas mulia? Ah iya, kita kan tidak pernah merasa seperti manusia-manusia itu.
Akhirnya, sebagai saksi dari milyaran cerita dan doa, kita tetap bersebelahan dalam kekal. Tolong tetap disana, tetap kuat hingga tugas kita selesai.
Memasuki Kota yang Baru
Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...
-
Apakah kamu memiliki kemampuan unik yang lain dari teman-teman satu kelasmu? Seperti menari, berolahraga, melukis dan menggambar, menghitu...
-
Alur Kaderisasi Untuk melahirkan pemimpin-pemimpin organisasi/lembaga kemahasiswaan dibutuhkan masa pembentukan yang tidak singkat. Pros...