Hendak memulai dari mana saya sulit untuk
mengambil kata yang tepat dalam penggambaran kamu di hidup saya. Jika ada hari
lain yang lebih baik, pasti akan saya pilih agar kita bisa melewatkannya
bersama. Sayangnya, semua serba sudah diputuskan bukan saja oleh tanganku dan
tangannya tetapi banyak orang yang berpengaruh. Waktu itu pun akan segera tiba.
Bukan lagi dalam hitungan tahun dan bulan, hari itu benar-benar lebih cepat
dari yang dibayangkan. Inilah saatnya.
Rasanya masih lekat dalam ingatan berbagai
tingkah polah kita yang kekanak-kanakkan. Perdebatan panjang yang melelahkan
dan tidak menghasilkan apa-apa selain jarak. Bagi saya, jarak itu bukan
sebenar-benarnya jarak. Melainkan hati yang saling kukuh dengan pandangan diri
sendiri. Kamu tahu, waktu itu terlalu cepat untuk membiarkan saya pergi memilih
hidup yang lain. Sementara urusan kita berdiam tenang tanpa penyelesaian bijak.
Separah itukah? Mungkin iya. Mungkin juga tidak jadi soal bagimu. Tetapi ada
peran yang tidak bisa orang lain lakukan namun kamu bisa melakukannya.
Bukan penderitaan yang telah kamu torehkan
sekalipun banyak irisan yang menyakitkan. Ada makna yang dalam dan mengena
tentang persaudaraan. Dari sekian banyak yang menawarkan persaudaraan, kamulah
yang tanpa syarat memposisikan diri sebagai saudara. Yang seharusnya saya
dengarkan perkataan baiknya dan saya pedulikan kebutuhannya. Tugas saya untuk
kamu cukup sederhana. Baiklah, kita menyebutnya perhatian dan kepedulian saja.
Saya tak perlu selalu berada di sebelah kamu jika persoalan hidup membuatmu
kebingungan. Saya juga tak perlu 100% paham segala yang kamu yakini. Saya hanya
perlu memperhatikan kamu dan peduli atas apa-apa yang menimpa kamu. Ya.
Sesederhana itu.
Diskusi kita selalu bernuansa perbedaan. Bahkan
saling mempertahankan diri dalam keegoisan. Sekali lagi, semenyakitkan apapun
kondisinya. Saya selalu mendengar kata-kata yang kamu ucapkan. Hanya saja
mungkin belum sampai hati saya memahami kebaikan yang kamu sampaikan. Pikiran
ini tetap positif untuk beranggapan, kamu telah memberikan banyak sekali dalam
hidup saya.
Waktu itu semakin dekat. Kamu tahu? Sosokmu
begitu dirindukan untuk saya temukan disana. Alasan apa lagi yang mesti saya
lontarkan untuk memaksamu hadir dan saya bagi kebahagiaan yang tengah Allah
berikan? Kebahagiaan saya tidak akan berkurang tanpa kamu. Benar. Tapi apakah
kamu tahu rasanya berbahagia seorang diri?
Kamu bukan saudara biasa seperti mereka yang
hadir dan pergi dalam hidup saya. Saudara saya yang satu ini punya tempat
istimewa. Ibarat seorang kakak, ibarat seorang bapak, ibarat seorang kawan,
ibarat seorang adik. Kamu menempati banyak peran dan menampilkannya dengan
baik. Kamu sudah memberikan banyak untuk saya belajar kedewasaan. Meski setelah
hari itu akan ada banyak hal tentu sudah berbeda tempatnya.
Pada
akhirnya, kebahagiaan saya akan sangat bermakna jika kamu mau menerimanya, jika
kamu mau melihatnya. .
*untuk saudara yang tengah menjalani aktivitas
publik. untuk saudara yang akan menjemput jodohnya. untuk saudara yang saling
mendoakan dan menerima. . yakinlah, bahwa momentum kebahagiaan ini adalah salah
satu dari banyak kebahagiaan yang akan Allah berikan meski kita nikmati
ditempat yang tak lagi sama*
dari Semarang-Magelang untuk Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar