Sabtu, 22 Desember 2012

Mother's Day


Selamat Hari Ibu....

Ibu saya bukan perempuan yang begitu tenarnya akan profesionalitas dan glamouritas. Bukan yang senantiasa pergi ke masjid untuk pengajian. Apalagi yang sangat senang menggosip dengan ibu-ibu arisan.
Tidak ada yang wah dari ibu saya. Ia cukup menjalani apa yang bisa dijalani. Ia yang rela bangun subuh-subuh buta untuk menyiapkan sarapan. Ia yang kehujana untuk mencarikan makanan bagi kami. Ia yang sederhana. 

Yang dulu pernah saya malu untuk memamerkannya pada teman-teman saya karena saking polosnya. Hari itu pembagian raport SMA, akhir pekan di sekolah. Untuk pertama kalinya hasil belajar saya diambilkan oleh ibu saya. Datang dari kejauhan dengan semangat. Kemudian menghampiri saya dan menanyakan lokasi kelas saya. Saya menyadari bahwa keluarga saya bukan generasi kaya yang mampu. Melihat kesederhanaan ibu saya, ada terbersit rasa malu pada teman-teman yang memiliki ibu gaul dan funky. Tetapi ibu saya tidak pernah merasa malu untuk melangkah ke dalam kelas. Ibu saya tidak pernah belajar malu untuk melakukan sesuatu yang semestinya. Dengan setengah menyesal saya mengajak ibu saya pulang setelah menerima hasil belajar saya selama satu semester. Namun saya sadar ketika kedewasaan itu perlahan datang bahwa bagaimanapun keadaannya kita akan selalu membutuhkan apapun yang dicurahkan ibu kita dengan ikhtiyar sungguh-sungguh. Hari ini saya tidak malu untuk membawa ibu saya, bapak saya atau siapapun saudara saya kemanapun. Sesederhana apapun pola pikir mereka, sesederhana apapun pakaiannya, dan seburuk apapun nasib yang menimpa tidak ada kata tidak untuk menyisakan ruang yang lapang bagi mereka.
Ibu, cinta yang mengalun diantara raga untuk sampai didalamnya iman :)

Monolog kepada Tuhan

Saya tidak pernah meminta untuk begitu menikmati hidup yang menakjubkan ini karena saya hanya ingin hidup yang tidak biasa. .

Tuhan,
Saya punya banyak mimpi dan harapan. Kelak saya akan bercerita kepada seluruh manusia tentang pemandangan hidup yang begitu menyenangkan dan mengharukan.

Yah, Kau rupanya baik sekali Tuhan. Menceritakan sifatmu lewat ujian yang membuat dag dig dug tidak keruan. Aku paham. Saya mengerti. Ya, ujian itu datang dengan rupa yang kadang melenakan. Saya menangis. Saya lupa. Saya tertekan. Saya terharu. Saya mengeluh. Tapi hanya Engkau yang tahu. Bagaimana buruknya saya dikala jenuh, kecewa, marah dan sedih. .

Life is an adventure kata iklan
Saya menemukan banyak pengalaman, hiburan, putus asa, jurang dan hidayah
Sinar itu datang dikala fajar menjelang dan bulan tidak akan lupa untuk memunculkan dirinya jika saya hilang arah. Saya menemukan banyak orang yang sungguh mencengangkan.
mereka yang lebih memilik untuk terjaga disaat malam. Setia menemani anak muda untuk bertemu dengan pialanya. Merasakan ancaman drop out dari institusi. Memilih untuk memikirkan umat daripada tuntutan lulus.

Mereka yang menggadaikan nama baik demi idealisme. Yang berlapar-lapar ria sementara pejabat menikmati premium bersubsidi. Mereka yang menyerahkan harta benda dan waktunya kepada sisitem yang mereka pikir mampu membawa kebaikan bagi negeri.

Tuhan,
tolong jelaskan kepada saya bagaimana alasannya saya bertemu dengan manusia-manusia tangguh itu. Tolong terangkan kepada saya bagaimana mereka muncul di dunia ini. Saya pernah merasakan panasnya ibukota diatas jalanannya bersama mereka, membicarakan masa depan negeri ini bersama mereka, mengeluhkan penderitaan banyak orang dalam perspektif ilmu mereka.

Lihatlah bagaimana pemikiran syaa dibesarkan dalam nuansa heroik generasi muda. Yang idealismenya memaksa generasi tua untuk mencemooh. Yang kerjanya dupuji masyarakat karena begitu berani.

Hari ini saya masih muda. Mengalami era idealisme dan menuntut eksistensi. Mereka pernah muda, menikmati masanya seperti saya hari ini. Masa muda mereka telah dinikmati kemarin hari. Kebijaksanaan merambah nalar dan emosi. Tapi saya belum menjadi tua hari ini, jadi alangkah lucunya memaksa saya meninggalkan idealisme saya.

Saya belum menjadi tua dengan berlimpah pengalaman, dijalan ini saya butuh banyak belajar. Saya pastikan. Saya belum menjadi tua dan terpaksa bijak dengan perolehan saya.
Ya sudahlah, matahari sudah meninggi diatas kepala. Rakyat telah bertanya, masihkah memperjuangkan nasib kami?

Kenyatannya urusan dalam negeri bangsa ini belum semuanya teratasi. Bobroknya sistem pelayanan publik yang mengadakan pungutan liar. Mental-mental prajurit negara  semakin lupa dengan penderitaan rakyat. Mereka [rakyat] memang tidak kelaparan, sudah bersekolah hingga pendidikan tinggi, mereka jauh lebih sehat dan terpenuhi gizinya. Banyak yang menerima manfaat dari berbagai fasilitas yang diberikan negara tapi itu di pulau Jawa. Negerinya kaum kapitalis negeri ini..

Tapi itu di wilayah tertentu dari Pulau Jawa. Di Jatim masih menggenang lumpur Sidoarjo. Di Jabar masih juga kekeringan dan banjir. Jateng cukup menikmati pancaroba yang tidak menetu, harga pupuk yang melambung. Perkembangan generasi muda yang unpredictable.

Siapa yang bergelut dengan panas, dingin sedangkan hasilnya berwujud gedung mewah dan perumahan dikawasan pertanian. Sudsidi yang tidak tepat sasaran. Alih-alih mengklaim 7,1 % pertumbuhan ekonomi Jakarta, aliran sungai ciliwung masih pekat menghitam. Gubug-gubug liar menjamur disepanjang alirannya.
Tuhan,
saya heran mengapa mesti tahu semua ini padahal untuk mengubahnya membutuhkan waktu. Saya membutuhkan jawaban melalui pengalaman. Turun ke jalan besok atau tidak??

#at16oktber2012

Senin, 02 Juli 2012

Jelang PPL


Semester diambang pengakhiran dan PPL menyambut dihadapan mata. Semua mahasiswa kependidikan sudah paham dengan agenda akademik ini karena kelak mereka akan mengajar baik di lembaga formal maupun informal. Euforia jelang PPL begitu terasa di jurusan saya. Mulai dari pemilihan tempat sampai pemilihan sekolah. Diskusi alot pun berlangsung antara mempertahankan ego pribadi seperti pertimbangan jarak, akses, pekerjaan dan partner PPL. Namun dibalik itu semua ada banyak makna yang mampu diambil antara lain kedekatan, saling memahami, menerima dan optimisme. Dimanapun tempat dan siapa pun partnernya yang terpenting adalah bagaimana kita mampu mengabdikan seluruh diri kita dan segala yang sudah didapatkan dibangku kuliah untuk peserta didik kita di sekolah.
Dalam rentang waktu dua bulan setengah mulai dari akhir Juli hingga minggu ketiga Oktober mahasiswa akan diterjunkan di sekolah mitra. Penempatan PPL untuk tahun 2012 yaitu Semarang, Magelang, Salatiga, Batang, Kendal dan Pekalongan. Jurusan saya memiliki mahasiswa sebanyak 62 orang sehingga tempat PPL mencakup Semarang dan Magelang saja. Diskusi mahasiswa angkatan 2009 di malam 8 Juni 2012 meninggalkan banyak moment berharga untuk dilewatkan. Lelah, mengantuk, lapar dan jengkel tidak mampu terelakkan.
Di tengah dilema pengambilan sekolah terpaksa airmata pun menjadi saksi bagaimana beratnya mengambil lokasi yang ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam banyak kesempatan akan selalu ada kebersamaan yang tanpa sengaja terjalin. Pembahasan IP pun sempat terjadi karena akan sulit menempatkan mahasiswa yang memiliki IP kurang dari 3 pada RSBI atau Bilingual School.
Meski diliputi angin keegoisan (karena memang masing-masing ingin diperhatikan kepentingannya) masih saja ada tawa dan ceria yang bisa tertangkap kamera saya.
Diskusi tetap berlangsung dengan lancar bahkan sampai dipecah hingga pembahasan sekolah. Ada banyak diskusi kecil misalnya berdasarkan kota, IPK, kategori sekolah atau yang ingin diskusi hal lain.
Pembahasan berakhir sampai pukul 11 malam dengan makan malam di kucingan yang diikuti beberapa orang tersisa (malah lupa buat foto. ^_^). Semua sudah mendapatkan sekolah dan sudah bayar registrasi. Semoga pada saat pelaksanaan PPL segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan yang akan berangkat ke Malaysia memang benar-benar berangkat. Amin

Rabu, 13 Juni 2012

Ini Ayah Saya

Malam itu sejenak terasa begitu mengharukan. . Sungguh, airmata tak akan bisa menggambarkan apa yang berkelebat dalam benak dan emosi ini

Senja di Selasa itu sudah beranjak menjadi malam. Padatnya aktivitas masyarakat seolah menyemangati langkah kaki untuk memulangkan tuannya kembali ke rumah. Disana sudah ada seorang teman yang siap untuk memanas-manasi saya dengan diskusi pergerakan yang hampir setiap hari dilakukan. Dia sudah menunggu saya yang sengaja mengcopy beberapa surat untuk agenda angkatan saya di akhir semester ini.

Dengan sisa kekuatan yang saya punya, langkah gontai terus saja meneriaki badan saya yang sudah lelah dengan aktivitas lahir batin hari itu. Teman saya sudah menunggu dengan ditemani orang rumah. Obrolan pun berawal dari bertanya kabar hingga gosip-gosip politik yang tidak terlalu menggairahkan.  

Membicarakan masalah gerakan kampus dan permasalahan akademik beserta curhat colongan membuat kami tertawa gelisah dengan realita gerakan di kampus yang hidup segan mati pun tak mau. Saya pun saat itu tengan berpesan ria dengan teman dan ayah saya. 

Semester depan saya mengikuti PPL di salah satu Sekolah di Kabupaten Semarang. Hasil dari perundingan yang entah ikhlas atau tidak menempatkan saya di SMA 1 Tengaran untuk mencurahkan apa yang sudah saya dapatkan dibangku kuliah selama 6 semester lalu.

Saya sudah merengek meminta kendaraan pada ayah saya sudah sejak lama. Mungkin sekitar satu tahunan yang lalu ketika mobilitas saya sudah cukup tinggi. Semakin banyak semester maka semakin meningkat pula aktivitas saya baik di kampus maupun di lembaga kemahasiswaan. Namun kondisi ekonomi rupanaya belum mengijinkan saya untuk bergerak lebih mobile. Akhirnya, keinginan untuk difasilitasi kendaraan oleh orang tua mesti pupus.

Kali ini rasanya semakin sulit. Saya tahu kondisi ekonomi keluarga kami sedang tidak baik tahun ini. Belum lagi segala macam biaya bulanan yang harus kami keluarkan untuk seluruh keluarga. OK. Saya memberanikan diri untuk meminta kendaraan kepada ayah saya. Format sms seperti biasa awalnya kurang saya mengerti meski berulang kali ayah saya menjelaskan. Begini kira-kira dialognya :
“ kira-kira kalo saya bawa motor bisa ga pak?”
“ disana ada motor sewaan ga?”
“motor sewaan gimana?”
“ya motor sewaan”
“maksudnya?”
“ntar nyewa motor disana. ada ga?”
“maksudnya gimana? ga paham”
“kalo ada motor yang sering mogok nyewa aja. nanti aku pake yang itu aja. yg dirumah kamu bawa. katanya kosannya jauh” Ini maksudnya apa? Ayah saya memang tidak neko-neko. Mau menerima apapun asalkan masih baik untuknya. Namun mendengar keputusan yang begitu menusuk nurani saya rasanya begitu jahatnya saya sebagai anak membiarkan orang tua saya ikhlas menderita untuk kepentingan anaknya sendiri.
“nanti coba pinjem kakak aja kalo bisa” akhirnya saya melibatkan kakak saya yang sudah menikah. walaupun kondisi ekonominya belum mapan setidaknya ada harapan untuk meminjam motor dalam jangka satu semester.
“kalo ada duit nanti kredit motor” kalimat itu lebih mustahil lagi untuk kondisi ekonomi kami yang sedang tidak menentu. ada harapan yang saya tahu itu sangat sulit.
“kalo ga ada ya ga usah.. ntar nyari kosan yg lebih murah aja”
.........................................................................................................................................................
Saya akhirnya meninggalkan teman saya yang daritadi berbicara ini itu tanpa saya pahami maksudnya dengan baik. Airmata saya tidak bisa tertumpah begitu saja dihadapan teman saya. Cukup lama saya meninggalkannya saat itu, mungkin sekitar 10-15 menit. Rasanya sungguh tak adil meninggalkannya sendiri. Akhirnya saya keluar dengan wajah yang sedikit aneh. Entah dia menyadarinya atau tidak. 


Begitulah cinta ayah saya. Tidak terucap. Tidak terlimpah ruah dala materi. Ia cukup sedehana mencintai. Cukup memberi tanpa bermuluk-muluk berjanji. Dialah yang mencintai ketika segalanya berjauhan dengan saya. Dialah segala alasan mengapa saya rela jauh-jauh untuk pulang. Dia yang membuat saya menangis malu karena cintanya. .
Allah,  jika boleh. . ijinkan aku sepanjang hidup membahagiakannya dengan luapan cinta. Jika boleh, ijinkan aku meminta Mu untuk memberikanku kekuatan agar mampu berdiri kokoh disampingnya untuk senantiasa menjaga. . Allah, ijinkan aku mencintainya hingga kita sama-sama menua dan akhirnya pulang ke rumah Mu. ijinkan aku berkumpul dengannya lagi di tempat yang Kau janjikan bagi orang-orang yang shaleh. amin. .



Rabu, 04 April 2012

Launching Perdana Kajian Diskusi BEM FIP Unnes


Mahasiswa menempati posisi yang sangat strategis dalam kehidupan sosial politiki di negeri ini. Sebagai bagian dari middle class, mahasiswa mampu bergerak dengan leluasa ke tataran pemerintah (birokrat) dan fleksibel untuk turun langsung ditataran grass root atau masyarakat. Gerakan mahasiswa muncul karena sikap kritis mahasiswa melihat keadaan negeri yang compang-camping kebijakannya. Peran mahasiswa yakni untuk mendorong pemerintah agar sesuai dengan jalannya atau landasannya. Dengan begitu, mahasiswa merupakan pihak-pihak yang selayaknya memberikan perhatian pada aspek sosial politik bagi masyarakat sebagai bentuk konkret kontribusi mereka dengan banyak cara.
Kegundahan yang seringkali dialami mahasiswa bukan tidak mustahil dirasakan oleh mahasiswa lain. Segala yang dirasakan mahasiswa sebagai ketimpangan sosial tidaklah lantas dibenamkan dan hanya menjadi konsumsi pribadi. Kajian diskusi menjadi alternatif yang cukup mudah dilaksanakan mahasiswa dalam mengawali gerakan yang rapi dan ilmiah. Gerakan yang sederhana ini ternyata memiliki efek yang luar biasa bagi pergerakan mahasiswa sendiri dan masyarakat secara luas.
Dalam Launching Perdana Kajian Diskusi BEM FIP yang dilaksanakan 3 April 2012 ada banyak hal yang disampaikan pembicara yaitu Hanityo Nurrakhman selaku Mentri Luar Negeri BEM KM Unnes periode 2010. Agenda yang merupakan mix and match dari Departemen Luar Negeri dan Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FIP dilaksanakan di PKM FIP dengan dihadiri internal BEM FIP 2012. Hanityo banyak menyampaikan pengalamannya di berbagai teknis gerakan mahasiswa dalam mengawal kebijakan pemerintah baik ditataran kota maupun nasional.
Yang menarik dari apa yang disampaikan pembicara dalam diskusi tersebut adalah tanpa membahas prolog yang berkepanjangan dan langsung mengambil tema pendidikan. Tema tersebut kemudian dibahasakan menjadi aplikasi gerakan yang dapat dilakukan mahasiswa dalam menyikapi berbagai macam isu, termasuk pendidikan. Keyword yang sempat disampaikan yaitu terkait advokasi dan alur yang ada didalamnya. Urutan advokasi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.       adanya isu yang berkembang di masyarakat
Isu yang dapat digarap mahasiswa dapat berupa spesifikasi dari keprofesionalan masing-masing seperti Unnes yang mengambil isu Pendidikan, ITB mengambil isu Energi dan Pertambangan, UI mengambil isu Ekonomi, dan UGM mengambil isu hukum. Wacana pendidikan yang ada di Unnes antara lain sarana prasarana, polemik beasiswa, kurikulum prodi, sistem kuliah dan transparansi anggaran.
b.      sarana atau gerakan
Merupakan hal-hal yang dapat kita ambil sebagai teknis gerakan sebagai tindak lanjut dari isu yang berkembang tersebut. Alternatif gerakannya misal audiensi, diskusi publik, pemanfaatan media cetak dan elektronik, dan aksi. Sebagian besar mahasiswa ataupun masyarakat menganggap bahwa aksi merupakan jalan satu-satunya bagi kita dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Aksi merupakan jalan terakhir ketika pilihan yang sebelumnya gagal menemui titik temu dengan harapan.
c.       goal setting
Tujuan akhir dari kita menyikapi suatu isu bermacam-macam misalnya memperoleh data atau keterangan, menuntut perubahan kebijakan, mengadakan kontrol terhadap suatu kinerja dan sebagainya.

“Peran mahasiswa bukan lagi sebagai agent of change, tetapi director of change” begitulah pembicara menguatkan fungsionaris BEM FIP yang kebanyakan angkatan 2011. Dengan berdiskusi melalui forum ilmiah tersebut gerakan mahasiswa akan terlihat berbobot  dan mewakili lembaga yang menaungi. Launching Kajian Diskusi menjadi titik awal bagi gerakan mahasiswa di FIP untuk menumbuhkan budaya ilmiah di kampus.

Jilvia Indyarti
Kadept Luar Negeri BEM FIP 2012

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...