Rabu, 16 Agustus 2017

Buku Tulis Putih Biru

.. Hai teman, apa kabar? Lama tak kudengar suaramu. Apa harimu bermentari, apakah malammu dihiasi mimpi? ( 🎶 Hai by Monita Tahalea)

Duluuuu sekali, lebih dari 10 tahun yang lalu sekolah paling kece itu membuat aturan murid membeli buku tulis dari sekolah. Dengan penuh antusias, murid membeli dan memberi nama buku mereka masing-masing. Saling memamerkan dengan anak sekolah sebelah dan tentu saja membanggakan almamater sendiri.

Duluuuu sekali, lebih dari 10 tahun lalu. Disalah satu ruang kelasnya yang berseberangan dengan ruang guru, cerpen-cerpen ala putih biru tercipta dengan lancarnya. Obrolan tentang Sassy Girl Chun Yang atau Itazura Na Kiss menjadi trending topic setiap hari dari bintang kelas.

Sejarah adalah salah satu dari subject yang saya minati. Mind map dari keseluruhan konsep memenuhi buku oranye nyentrik tersebut. Sesekali dihiasi informasi menarik diluar konteks materi yang dipaparkan. I love history so much. Meski otak saya terbatas mengingat detail peristiwa bersejarah, dongengan masa lalu selalu membuat mata membelalak. Entah itu kudeta, silsilah raja-raja Hindu/Budha, atau bebatuan prasejarah yang berbeda nama dan bentuknya.

Duluuuu sekali, tidak pernah berpikir 'who am i?' Masalah terbesar adalah pelajaran dan tugas matematika. Sesekali guru yang galak dan kurang mengasyikkan dalam pemberian materi. Haha. Jujur sekali. But that's true. Saya mengalami sendiri menjadi murid dan guru. Tahu bagaimana tipikal guru yang dirindu atau membuat stres ketika membagikan ilmu. Bermimpi menjadi guru tidak pernah terbayangkan, tahu-tahu menyandang gelar S.Pd. Kadang hidup memang tak tertebak.

Satu demi satu orang yang dulu saya jumpai setiap hari bermunculan dengan wajah lama mereka. Teman satu bangku, guru-guru yang cantik, dan orang memukau yang terlihat manis dari kejauhan. Lalu ada sepeda yang terparkir rapi disebelah lapangan basket, meja-meja yang sempat menjadi alas tidur ketika Perjusami, atau pohon rindang dipinggir halaman yang jadi tempat berteduh ketika berseragam PKS saat upacara bendera.

Apa yang mereka lakukan sekarang? Bagaimana hidup mereka? Apakah ingatan yang muncul ketika bertemu dengan saya? Berapa kali mengunjungi sekolah usai lulus tahun 2006? Semoga mereka baik-baik saja, begitupun saya.

... dimanapun kalian berada kukirimkan terimakasih untuk warna dalam hidupku dan banyak kenangan indah. Kau melukis aku.. ( 🎶 Monokrom by Tulus)

Memandangi wajah-wajah yang entah seperti apa hari ini, menyadarkan diri dari rutinitas. Itu sudah lama sekali. Akhirnya, tidak ada hadiah paling indah untuk masa lalu selain hidup sebaik-baiknya hari ini dan disini. Bagaimanapun rupa hidup kita, bukankah kita sangat layak untuk hidup sebaik-baiknya?

Sabtu, 05 Agustus 2017

Bahasa Asing

Beberapa orang teman atau kenalan saya sudah mengelilingi Eropa. Mereka memperoleh beasiswa studi lanjut atau mencari nafkah dengan bekerja. Yang pergi ke negara seperti Australia, Amerika, Jepang, kebanyakan karena berkah kuliah. Sisanya berlibur ke Malaysia, Singapura atau Thailand untuk pengalaman dan refreshing. Orang Indonesia senang sekali bepergian ke luar negeri. Selain ingin mencoba obyek wisatanya, ada juga yang bepergian karena gengsi. Alasan kedua kurang mengenakkan sepertinya. Tetapi justru inilah yang melanda sebagian besar orang. Baik dengan tujuan domestik maupun mancanegara. Gengsi karena teman-teman pamer foto liburan di suatu tempat indah. Mupeng (muka pengen) melihat postingan kuliner aneh dari rekan kerja yang sedang piknik. Kualitas wisata/piknik/traveling/bepergian/liburan orang Indonesia masih seputar ingin dihargai. Katakanlah pergi ke Singapura agar bisa dibilang kekinian atau up to date. Meskipun ada beberapa yang benar-benar piknik berkualitas dengan mempelajari budaya setempat, kondisi sosial dan potensi yang ada dari obyek tersebut. Ini traveling atau penelitian? Hehe.

Pada saat kita mengunjungi suatu tempat asing kendala pertama adalah bahasa. Apakah orang lokal mampu berbahasa Inggris? Agen travell akan menenangkan kita dengan, "Tidak perlu repot, ada tour guide yang siap menjelaskan panjang lebar tentang destinasi yang kita tuju". Tour guide bertugas sebagai pemandu yang tugasnya meliputi hal-hal yang umum. Mengenai kehidupan orang lokal yang setiap hari berada disitu tentu akan berbeda perspektifnya dibandingkan tour guide yang bisa jadi sama-sama orang Indonesia. Penggunaan travel guide atau buku panduan untuk traveller sangat membantu jika digunakan dengan baik. Kita bisa mengajak orang lokal berbicara dengan panduan tersebut. Informasi yang didapat tentu tidak seluas yang kita bayangkan jika kita mengetahui bahasa mereka. Ketika menggunakan panduan, obrolan akan terarah sesuai dengan yang tertera dibuku. Lain halnya jika kita bisa berbahasa lokal. Tidak perlu banyak-banyak, asal tahu sedikit dan paham sopan santun. Obrolan tidak sekaku dalam buku panduan, kita pun bisa menanyakan hal-hal sederhana yang tidak ada di panduan.

Saya belajar bahasa Inggris sejak usia sekolah dasar. Proses itu dimulai pada kelas 4 dimana vocabulary yang digunakan sangat dasar dan sederhana. Pembelajaran itu terus berlanjut hingga pendidikan tinggi dan sampai sekarang. Dengan proses yang panjang itu belum juga membekali diri saya dengan kemampuan conversation yang bagus. Pronouncation masih salah disana sini, grammar tak tentu arahnya, dan sejauh ini saya belum berani mengambil tes TOEFL/IELTS. Beberapa jurusan  di kampus mensyaratkan lulus TOEFL dengan skor yang ditentukan. Beruntungnya jurusan saya tidak memberlakukannya.

Bagi saya bahasa bukan sekadar mata kuliah yang melengkapi transkrip nilai. Saat menyadari bahwa bahasa merupakan jembatan pertama dalam bersosialisasi, saya lebih bersemangat belajar bahasa asing. Sampai detik ini, bahasa Jepang beserta kanjinya sedang saya pelajari sedikit demi sedikit. Pengalaman belajar memang melelahkan tetapi hasil dari itu semua membuat saya bahagia. Saya mulai menghafal hiragana dan katakana dengan sungguh-sungguh pada akhir 2016. Saya masih sering lupa dengan huruf-huruf tersebut karena banyak variasi pengembangannya. Belum genap kemampuan hiragana dan katakana, saya memberanikan diri masuk ke kanji. Sembari menghafal keduanya, satu per satu kata dari kanji saya coba hafalkan. Jujur, awalnya agak merepotkan saat kita menghafal kata demi kata karena tidak semua kata dituliskan dengan hiragana dan katakana. Selain menyusahkan, ternyata belajar kanji lebih memudahkan dalam hal penulisan dan penerjemahan/pemaknaan kata.

Hari-hari saya dipenuhi dengan kanji dan hiragana. Sesekali diselingi dengan tenses dan membuka materi pada waktu SMA. Menyenangkan sekali. Dengan kapasitas otak yang semakin terbatas seiring bertambahnya usia, saya butuh waktu lebih lama untuk belajar lagi. Jika masih diberikan kesempatan untuk terus belajar, bahasa Arab dan Ibrani akan menambah kesibukan diantara kanji dan grammar. Mudah-mudahan Allah ridha dengan semua ikhtiyar ini. Aamiin

Selasa, 01 Agustus 2017

Let's Talk

Tanpa ragu saya mengetik sebuah pesan kepada seorang teman. "I feel lonely to fight, to search anything, to enjoy the life". Dengan bijaksana, sang penerima membalas "Please talk". Ternyata hidup begitu sederhana untuk dijalani. Banyak orang yang hidup dengan menghadapi apa yang ada didepan matanya. Mereka mengerjakan apa-apa yang dibutuhkan saat itu. Memang benar sebuah nasihat lama yang mengatakan "Tuhan memberikan segala yang kita butuhkan. Tidak kurang dan tidak lebih. Pas". Saat perlu teman untuk curhat dan meminta saran, kita punya daftar nama yang bisa kita ketuk pintunya. Merekalah orang terdekat yang siap menjadi pendengar (*yang baik).

Kapasitas otak kita sangat terbatas untuk menyimpan memori kehidupan. Mau tidak mau otak harus selektif memilah mana informasi yang dianggap penting dan mana yang bisa dilupakan. Jika otak manusia yang super canggih memiliki keterbatasan, jiwa dan hati kita pun demikian. Keduanya memiliki kapasitas maksimum menampung beban hidup. Informasi dalam otak bisa dilupakan. Sedangkan isi dalam jiwa dan hati butuh disalurkan secara tepat. Ya. Disalurkan secara tepat kedalam bentuk lain.

Seorang kepala rumah tangga yang mempunyai banyak beban pikiran cenderung sensitif terhadap kesalahan. Apabila melihat ketidakberesan niscaya mampu menyulut emosi negatif. Pelampiasan emosi yang tidak tepat akan merusak hubungan orang tersebut dengan rekan kerja maupun orang rumah. Lain halnya dengan seorang ibu rumah tangga yang satu hari penuh mengurus rumah. Dalam kondisi lelah dan membutuhkan istirahat, ia bisa saja marah-marah dengan mainan anak yang berantakan atau justru memarahi anaknya yang tidak membereskan mainannya. Kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga tersebut sama-sama lelah secara fisik. Munculnya keadaan yang tidak diharapkan memicu rasa kesal dan intoleran terhadap orang lain sehingga membuat mereka menjadi marah.

Emosi yang muncul dari dalam diri seseorang tidak boleh ditahan atau dipelihara. Semua itu hanya butuh disalurkan. Just share it. Bentuk penyaluran emosi dapat berupa kegiatan olahraga, masak memasak, berkebun, atau mengunjungi kerabat. Yang paling mudah dilakukan adalah katarsis, yaitu proses pelepasan ketegangan yang ada dalam diri. Bisa berupa mencurahkan isi hati kepada teman dekat atau menulis buku harian. Dengan katarsis kita akan mengurangi sedikit demi sedikit ketegangan dalam diri. Membagi perasaan kepada orang yang kita percaya akan mengembalikan kepercayaan diri dan mengembangkan pikiran positif. Sehingga langkah-langkah yang akan diambil lebih bijaksana dan bertanggungjawab.

Sebagian orang memandang curhat sebagai suatu aib. Dimana kita menampakkan kelemahan kita (*mungkin juga kelemahan orang lain) didepan orang lain. Namun kita tidak pernah tahu kapasitas maksimum diri kita untuk menanggung beban psikologis yang ada. Alih-alih ingin terlihat kuat, kita justru menyiksa diri dengan tangisan dan amarah yang tertunda. Let's talk about life. Teman mungkin tidak bisa membantu menyelesaikan persoalan kita tetapi mereka menyediakan tempat yang lapang agar kita dapat menyalurkan emosi yang senantiasa tumbuh dalam diri. Jika kita merasa takut untuk berbagi, kita harus memiliki pikiran untuk takut terhadap resiko yang mungkin muncul suatu hari nanti. Kita hanya harus memilih orang yang tepat untuk kita percaya. Mereka adalah orang-orang yang melapangkan diri kita dan membiarkan kita menjadi apa adanya. Mereka bijak untuk menjaga kehormatan kita dihadapan dunia. So, let's talk.

From 26th July 2017

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...