Sabtu, 05 Agustus 2017

Bahasa Asing

Beberapa orang teman atau kenalan saya sudah mengelilingi Eropa. Mereka memperoleh beasiswa studi lanjut atau mencari nafkah dengan bekerja. Yang pergi ke negara seperti Australia, Amerika, Jepang, kebanyakan karena berkah kuliah. Sisanya berlibur ke Malaysia, Singapura atau Thailand untuk pengalaman dan refreshing. Orang Indonesia senang sekali bepergian ke luar negeri. Selain ingin mencoba obyek wisatanya, ada juga yang bepergian karena gengsi. Alasan kedua kurang mengenakkan sepertinya. Tetapi justru inilah yang melanda sebagian besar orang. Baik dengan tujuan domestik maupun mancanegara. Gengsi karena teman-teman pamer foto liburan di suatu tempat indah. Mupeng (muka pengen) melihat postingan kuliner aneh dari rekan kerja yang sedang piknik. Kualitas wisata/piknik/traveling/bepergian/liburan orang Indonesia masih seputar ingin dihargai. Katakanlah pergi ke Singapura agar bisa dibilang kekinian atau up to date. Meskipun ada beberapa yang benar-benar piknik berkualitas dengan mempelajari budaya setempat, kondisi sosial dan potensi yang ada dari obyek tersebut. Ini traveling atau penelitian? Hehe.

Pada saat kita mengunjungi suatu tempat asing kendala pertama adalah bahasa. Apakah orang lokal mampu berbahasa Inggris? Agen travell akan menenangkan kita dengan, "Tidak perlu repot, ada tour guide yang siap menjelaskan panjang lebar tentang destinasi yang kita tuju". Tour guide bertugas sebagai pemandu yang tugasnya meliputi hal-hal yang umum. Mengenai kehidupan orang lokal yang setiap hari berada disitu tentu akan berbeda perspektifnya dibandingkan tour guide yang bisa jadi sama-sama orang Indonesia. Penggunaan travel guide atau buku panduan untuk traveller sangat membantu jika digunakan dengan baik. Kita bisa mengajak orang lokal berbicara dengan panduan tersebut. Informasi yang didapat tentu tidak seluas yang kita bayangkan jika kita mengetahui bahasa mereka. Ketika menggunakan panduan, obrolan akan terarah sesuai dengan yang tertera dibuku. Lain halnya jika kita bisa berbahasa lokal. Tidak perlu banyak-banyak, asal tahu sedikit dan paham sopan santun. Obrolan tidak sekaku dalam buku panduan, kita pun bisa menanyakan hal-hal sederhana yang tidak ada di panduan.

Saya belajar bahasa Inggris sejak usia sekolah dasar. Proses itu dimulai pada kelas 4 dimana vocabulary yang digunakan sangat dasar dan sederhana. Pembelajaran itu terus berlanjut hingga pendidikan tinggi dan sampai sekarang. Dengan proses yang panjang itu belum juga membekali diri saya dengan kemampuan conversation yang bagus. Pronouncation masih salah disana sini, grammar tak tentu arahnya, dan sejauh ini saya belum berani mengambil tes TOEFL/IELTS. Beberapa jurusan  di kampus mensyaratkan lulus TOEFL dengan skor yang ditentukan. Beruntungnya jurusan saya tidak memberlakukannya.

Bagi saya bahasa bukan sekadar mata kuliah yang melengkapi transkrip nilai. Saat menyadari bahwa bahasa merupakan jembatan pertama dalam bersosialisasi, saya lebih bersemangat belajar bahasa asing. Sampai detik ini, bahasa Jepang beserta kanjinya sedang saya pelajari sedikit demi sedikit. Pengalaman belajar memang melelahkan tetapi hasil dari itu semua membuat saya bahagia. Saya mulai menghafal hiragana dan katakana dengan sungguh-sungguh pada akhir 2016. Saya masih sering lupa dengan huruf-huruf tersebut karena banyak variasi pengembangannya. Belum genap kemampuan hiragana dan katakana, saya memberanikan diri masuk ke kanji. Sembari menghafal keduanya, satu per satu kata dari kanji saya coba hafalkan. Jujur, awalnya agak merepotkan saat kita menghafal kata demi kata karena tidak semua kata dituliskan dengan hiragana dan katakana. Selain menyusahkan, ternyata belajar kanji lebih memudahkan dalam hal penulisan dan penerjemahan/pemaknaan kata.

Hari-hari saya dipenuhi dengan kanji dan hiragana. Sesekali diselingi dengan tenses dan membuka materi pada waktu SMA. Menyenangkan sekali. Dengan kapasitas otak yang semakin terbatas seiring bertambahnya usia, saya butuh waktu lebih lama untuk belajar lagi. Jika masih diberikan kesempatan untuk terus belajar, bahasa Arab dan Ibrani akan menambah kesibukan diantara kanji dan grammar. Mudah-mudahan Allah ridha dengan semua ikhtiyar ini. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...