Selasa, 01 Agustus 2017

Let's Talk

Tanpa ragu saya mengetik sebuah pesan kepada seorang teman. "I feel lonely to fight, to search anything, to enjoy the life". Dengan bijaksana, sang penerima membalas "Please talk". Ternyata hidup begitu sederhana untuk dijalani. Banyak orang yang hidup dengan menghadapi apa yang ada didepan matanya. Mereka mengerjakan apa-apa yang dibutuhkan saat itu. Memang benar sebuah nasihat lama yang mengatakan "Tuhan memberikan segala yang kita butuhkan. Tidak kurang dan tidak lebih. Pas". Saat perlu teman untuk curhat dan meminta saran, kita punya daftar nama yang bisa kita ketuk pintunya. Merekalah orang terdekat yang siap menjadi pendengar (*yang baik).

Kapasitas otak kita sangat terbatas untuk menyimpan memori kehidupan. Mau tidak mau otak harus selektif memilah mana informasi yang dianggap penting dan mana yang bisa dilupakan. Jika otak manusia yang super canggih memiliki keterbatasan, jiwa dan hati kita pun demikian. Keduanya memiliki kapasitas maksimum menampung beban hidup. Informasi dalam otak bisa dilupakan. Sedangkan isi dalam jiwa dan hati butuh disalurkan secara tepat. Ya. Disalurkan secara tepat kedalam bentuk lain.

Seorang kepala rumah tangga yang mempunyai banyak beban pikiran cenderung sensitif terhadap kesalahan. Apabila melihat ketidakberesan niscaya mampu menyulut emosi negatif. Pelampiasan emosi yang tidak tepat akan merusak hubungan orang tersebut dengan rekan kerja maupun orang rumah. Lain halnya dengan seorang ibu rumah tangga yang satu hari penuh mengurus rumah. Dalam kondisi lelah dan membutuhkan istirahat, ia bisa saja marah-marah dengan mainan anak yang berantakan atau justru memarahi anaknya yang tidak membereskan mainannya. Kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga tersebut sama-sama lelah secara fisik. Munculnya keadaan yang tidak diharapkan memicu rasa kesal dan intoleran terhadap orang lain sehingga membuat mereka menjadi marah.

Emosi yang muncul dari dalam diri seseorang tidak boleh ditahan atau dipelihara. Semua itu hanya butuh disalurkan. Just share it. Bentuk penyaluran emosi dapat berupa kegiatan olahraga, masak memasak, berkebun, atau mengunjungi kerabat. Yang paling mudah dilakukan adalah katarsis, yaitu proses pelepasan ketegangan yang ada dalam diri. Bisa berupa mencurahkan isi hati kepada teman dekat atau menulis buku harian. Dengan katarsis kita akan mengurangi sedikit demi sedikit ketegangan dalam diri. Membagi perasaan kepada orang yang kita percaya akan mengembalikan kepercayaan diri dan mengembangkan pikiran positif. Sehingga langkah-langkah yang akan diambil lebih bijaksana dan bertanggungjawab.

Sebagian orang memandang curhat sebagai suatu aib. Dimana kita menampakkan kelemahan kita (*mungkin juga kelemahan orang lain) didepan orang lain. Namun kita tidak pernah tahu kapasitas maksimum diri kita untuk menanggung beban psikologis yang ada. Alih-alih ingin terlihat kuat, kita justru menyiksa diri dengan tangisan dan amarah yang tertunda. Let's talk about life. Teman mungkin tidak bisa membantu menyelesaikan persoalan kita tetapi mereka menyediakan tempat yang lapang agar kita dapat menyalurkan emosi yang senantiasa tumbuh dalam diri. Jika kita merasa takut untuk berbagi, kita harus memiliki pikiran untuk takut terhadap resiko yang mungkin muncul suatu hari nanti. Kita hanya harus memilih orang yang tepat untuk kita percaya. Mereka adalah orang-orang yang melapangkan diri kita dan membiarkan kita menjadi apa adanya. Mereka bijak untuk menjaga kehormatan kita dihadapan dunia. So, let's talk.

From 26th July 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...