Minggu, 08 Desember 2013

Pulang Sendiri III

8 Desember 2013 pukul 12:20

[Catatan Perjalanan]

Armada Town Square yang mencolok didepan mata menyita perhatian. Terpaksa menoleh kearah kiri jalan sebelum bus membelok ke arah kanan. Serangan pengamen yang cetar masih menyisakan detak jantung yang tinggi. Beberapa ratus meter kita akan menjumpai Komplek Akmil.

Akmil dan Magelang. Sesaat mengembalikan memori pada akad dan resepsi adik angkatan saya. Setelah melewati berbagai aral melintang yang menguras emosi, upacara sakral itu toh terlaksana juga. Bahagia? Saya turut berbahagia walau sebelumnya dibuat geger dengan insiden demi insiden tidak mengenakkan. Di malam sebelum dia melepas masa lajangnya, kami sempat mengobrol banyak. Bahkan diam pun menyiratkan banyak makna. Tidak ada airmata yang menetes sekalipun keharuan membuncah. Dia bahagia. Saya lebih bahagia melihatnya bahagia. Ya. Malam itu, saya menemaninya dan menatapnya menutup mata untuk menyambut hari bahagia.

Beralih ke soal teknis. Perempuan saya memang tidak punya saudara kandung perempuan. Wajarlah saya didaulat jadi asisten pribadi semalam sehari. Bukan hanya pengiring atau asisten tetapi merangkap jadi tukang poto. Bersebelahan dengan juru sosmed dari pengantin laki-laki yang kebetulan atasan saya di BEM dulu. Hayyaah -_-

Eits, saya merasa belum dapat pelangkah. Inget ya Arma dan Mas Didik, saya belum dapat pelangkah.

Melewati Komplek Akmil, kita dapat mengintip SMA terbaik dan terfavorit seluruh Indonesia. Sekolah yang sudah seumuran dengan saya ini memiliki konsep boarding school dengan aturan ketat ala tentara. Namun jangan disamakan persis dengan proses pendidikan di Akmil atau Akpol. Pendidikan disini sama dengan sekolah pada umumnya dan mengikuti kurikulum yang berlaku nasional. Balairung Pancasilanya berdiri megah dan nampak dari gerbang depan. Ya, inilah SMA Taruna Nusantara yang terkenal seantero negeri terutama oleh keluarga tentara dan yang seprofesi ^_^

Berdasarkan cerita seru dari adik angkatan saya yang praktik mengajar disana, setiap pagi anak-anak olahraga kemudian apel sebelum masuk kelas. Sorenya bimbingan atau belajar bersama diruang yang disediakan bersama guru piket. Menyenangkan ya? Sayangnya, guru perempuan tidak diperkenankan berjilbab. Oke.

Meski pagi sudah menghabiskan semangkuk pop-bihun, perut terasa keruyukan. Padahal saya naik bus belum ada 4 jam dan cuaca cukup bersahabat. Lapaaarrrr!!!  Sudah tidak ada pop-mie atau indomie goreng hingga yang tersisa hanya pop-bihun. Saya mulai beralih menu mie menjadi bihun karena menurut saya lebih sehat. Kalau nanti ada pop-bihun yang kemasan cup bolehlah saya coba. Waw, terpaksa pikiran terbang ke Prancis dan flash back obrolan dengan salah satu aktivis BEM SI yang tengah belajar disana. Bagaimana stock indomie di Montplier bung, amankah? Ini ceritaku, apa ceritamu?

Magelangnya sudah hampir habis dan sudah mendekati kecamatan terakhir. Selamat datang di Kecamatan Salaman yang sejuk dan lumayan sepi. Disalah satu pasarnya, ramai penjual bertransaksi dengan pembeli. Seorang penjual memarkir sepeda motornya dan membiarkan ayam warna-warni bercuit diatasnya. Ayamnya dicat pink, ungu, kuning dan semaraklah kandang itu dengan warnanya. Dulu tetangga saya yang membeli ayam warna-warni itu dengan harga 1500-2000 rupiah per ekor. Kira-kira sasaran pembeli dari ayam-ayam itu siapa ya? Sembari pikiran-pikiran itu nakal bermain dikepala, Magelang sudah tertinggal jauh dibelakang sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...