Ada aspek-aspek yang
perlu diperhatikan ketika kita berbicara kehidupan seseorang termasuk
perempuan. Yang pertama pribadi, sosial, belajar/pendidikan, karir, keluarga,
agama. Melihat cakupan wilayahnya tentu diri pribadi dan lingkungan (keluarga,
sekolah,/tempat kerja, dan masyarakat) merupakan aspek yang perlu dikembangkan.
Akan tetapi jika kita
hendak memfokuskan diri pada lingkungan "karir" seorang perempuan.
Ada beberapa hal yang bisa kita bahas soal karir perempuan. Yang pertama
memaknai karir, urgensi menekuni karir, kendala yang ada, proses menghadapi
kendala, dan menikmati hasil dan mengkader.
Memaknai
karir
Karir adalah serentetan
pengalaman bekerja, merupakan perjalanan panjang dari aktivitas kita yang
mengarah pada satu bidang pekerjaan dan profesi tertentu. Misal guru selepas
pendidikan S1 kemudian mengajar, sertifikasi, S2, dan mengajar. Seorang guru
dapat menjadi kepala sekolah, kemudian naik ke dinas pendidikan. Dalam dunia
perbankan kita mengenal urutan posisi karyawan dan proses kenaikan pangkatnya.
Akan tetapi tidak semua bank menerapkan jenjang karir yang cepat.
Itulah karir. Dalam
perkembangan jaman kita mengartikan karir sama dengan pekerjaan. Orang/pegawai
yang keluar masuk perusahaan bisa jadi belum menentukan dengan tepat karir yang
akan ditempuh. Padahal karir dan perencanaannya dapat kita mulai sejak usia
sekolah.
Urgensi
Karir
Pilihan berkarir bagi
perempuan dapat dikatakan gampang-gampang susah. Kita menyebut gampang karena
apabila ijin keluarga sudah ditangan, langkah selanjutnya akan lebih mudah
dijalani. Semua menjadi sulit jika asumsi masyarakat dan keluarga tentang
perempuan pekerja masih negatif. Banyak keluarga yang masih enggan memberikan
kesempatan kepada perempuan untuk beraktivitas diluar.
Ada dua alasan
perempuan memutuskan untuk berkarir. Pertama untuk memenuhi kebutuhan hidup
berkeluarga. Hal ini dipicu oleh kondisi ekonomi keluarga yang menuntut
perempuan untuk berkarir. Alasan kedua karena ingin beraktualisasi diri
mewujudkan harapan, keinginan dan cita-cita serta melakukan banyak aktivitas
publik.
Tidak ada larangan dalam agama bagi
perempuan untuk berkarir selama hal tersebut tidak menyebabkan perempuan lupa
akan kodratnya.
Kendala
Ada tiga hal mendasar
yang menjadi kendala bagi perempuan untuk merintis karirnya. Tiga hal tersebut
yaitu kemampuan, regulasi dan dukungan sistem, serta asumsi masyarakat.
Kemampuan yang harus dipenuhi perempuan untuk terjun dalam karir tidak
selamanya dipenuhi dengan mudah. Misalnya daya tahan fisik, fokus perhatian,
emosional dan sebagainya. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki
bahkan setara dengan mereka. Sayangnya, banyak kesempatan yang tidak diberikan
kepada perempuan untuk mengembangkan kompetensinya. Dilapangan, pada akhirnya
perempuan hanya sebagai pendukung dari kerja laki-laki.
Regulasi yang mendukung
partisipasi perempuan dalam sektor publik masih minim. Sistem yang ada
diberbagai lini masih saja menempatkan perempuan diurutan setelah laki-laki.
Meski ada regulasi yang sudah pasti dan berupa undang-undang, jika dukungan
sistem belum mapan peran perempuan belum termaksimalkan.
Pandangan masyarakat
yang memandang perempuan dirumah saja, mengurus rumah tangga, dan sebagainya
nyata-nyata masih berkembang apalagi di pedesaan. Budaya ini sedikit banyak
membatasi perempuan dalam beraktivitas di ruang publik.
Menjalani
Karir
Menghadapi tantangan di
lapangan, membangun sinergi kekuatan , pemenuhan kodrat, kebutuhan
beraktualisasi merupakan tantangan bagi perempuan pekerja. Mengelola agar
semuanya bisa seimbang butuh dukungan sistem. Ditengah pilihan untuk berkarir
tentu kita menemukan perempuan yang sama-sama memiliki cita-cita serupa.
Didalam pekerjaan, lingkungan rumah, pengajian RT, atau masyarakat kita akan
menemukan perempuan lain yang berkarir dan tetap berusaha menjalankan kewajiban
domestik dalam rumah tangga. Saat itulah kita perlu berbagi pengalaman,
berdiskusi, berkomitmen untuk membangun wilayah desa, kecamatan. Indah bukan?
Menikmati
Karir dan Mengkader
Saat karir berada dalam
genggaman, keluarga terjaga dan memiliki banyak link kita dapat menikmatinya
dengan mengkader perempuan-perempuan muda untuk berkarir. Kita bisa mengkader
perempuan lain untuk berkarir sesuai dengan pasion atau ketertarikan pribadi.
Memang proses mengkader bisa dilakukan bahkan saat kita tengah merintis karir.
Namun pencerdasan yang dilakukan setelah kita memiliki power dan branding
sehingga bisa lebih berhasil. Insya Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar