Rabu, 20 November 2013

PEREMPUAN DALAM RENTETAN KARIR


Ada aspek-aspek yang perlu diperhatikan ketika kita berbicara kehidupan seseorang termasuk perempuan. Yang pertama pribadi, sosial, belajar/pendidikan, karir, keluarga, agama. Melihat cakupan wilayahnya tentu diri pribadi dan lingkungan (keluarga, sekolah,/tempat kerja, dan masyarakat) merupakan aspek yang perlu dikembangkan.
Akan tetapi jika kita hendak memfokuskan diri pada lingkungan "karir" seorang perempuan. Ada beberapa hal yang bisa kita bahas soal karir perempuan. Yang pertama memaknai karir, urgensi menekuni karir, kendala yang ada, proses menghadapi kendala, dan menikmati hasil dan mengkader.

Memaknai karir
Karir adalah serentetan pengalaman bekerja, merupakan perjalanan panjang dari aktivitas kita yang mengarah pada satu bidang pekerjaan dan profesi tertentu. Misal guru selepas pendidikan S1 kemudian mengajar, sertifikasi, S2, dan mengajar. Seorang guru dapat menjadi kepala sekolah, kemudian naik ke dinas pendidikan. Dalam dunia perbankan kita mengenal urutan posisi karyawan dan proses kenaikan pangkatnya. Akan tetapi tidak semua bank menerapkan jenjang karir yang cepat.
Itulah karir. Dalam perkembangan jaman kita mengartikan karir sama dengan pekerjaan. Orang/pegawai yang keluar masuk perusahaan bisa jadi belum menentukan dengan tepat karir yang akan ditempuh. Padahal karir dan perencanaannya dapat kita mulai sejak usia sekolah.

Urgensi Karir
Pilihan berkarir bagi perempuan dapat dikatakan gampang-gampang susah. Kita menyebut gampang karena apabila ijin keluarga sudah ditangan, langkah selanjutnya akan lebih mudah dijalani. Semua menjadi sulit jika asumsi masyarakat dan keluarga tentang perempuan pekerja masih negatif. Banyak keluarga yang masih enggan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk beraktivitas diluar.
Ada dua alasan perempuan memutuskan untuk berkarir. Pertama untuk memenuhi kebutuhan hidup berkeluarga. Hal ini dipicu oleh kondisi ekonomi keluarga yang menuntut perempuan untuk berkarir. Alasan kedua karena ingin beraktualisasi diri mewujudkan harapan, keinginan dan cita-cita serta melakukan banyak aktivitas publik.
Tidak ada larangan dalam agama bagi perempuan untuk berkarir selama hal tersebut tidak menyebabkan perempuan lupa akan kodratnya.

Kendala
Ada tiga hal mendasar yang menjadi kendala bagi perempuan untuk merintis karirnya. Tiga hal tersebut yaitu kemampuan, regulasi dan dukungan sistem, serta asumsi masyarakat. Kemampuan yang harus dipenuhi perempuan untuk terjun dalam karir tidak selamanya dipenuhi dengan mudah. Misalnya daya tahan fisik, fokus perhatian, emosional dan sebagainya. Perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki bahkan setara dengan mereka. Sayangnya, banyak kesempatan yang tidak diberikan kepada perempuan untuk mengembangkan kompetensinya. Dilapangan, pada akhirnya perempuan hanya sebagai pendukung dari kerja laki-laki.
Regulasi yang mendukung partisipasi perempuan dalam sektor publik masih minim. Sistem yang ada diberbagai lini masih saja menempatkan perempuan diurutan setelah laki-laki. Meski ada regulasi yang sudah pasti dan berupa undang-undang, jika dukungan sistem belum mapan peran perempuan belum termaksimalkan.
Pandangan masyarakat yang memandang perempuan dirumah saja, mengurus rumah tangga, dan sebagainya nyata-nyata masih berkembang apalagi di pedesaan. Budaya ini sedikit banyak membatasi perempuan dalam beraktivitas di ruang publik.

Menjalani Karir
Menghadapi tantangan di lapangan, membangun sinergi kekuatan , pemenuhan kodrat, kebutuhan beraktualisasi merupakan tantangan bagi perempuan pekerja. Mengelola agar semuanya bisa seimbang butuh dukungan sistem. Ditengah pilihan untuk berkarir tentu kita menemukan perempuan yang sama-sama memiliki cita-cita serupa. Didalam pekerjaan, lingkungan rumah, pengajian RT, atau masyarakat kita akan menemukan perempuan lain yang berkarir dan tetap berusaha menjalankan kewajiban domestik dalam rumah tangga. Saat itulah kita perlu berbagi pengalaman, berdiskusi, berkomitmen untuk membangun wilayah desa, kecamatan. Indah bukan?

Menikmati Karir dan Mengkader
Saat karir berada dalam genggaman, keluarga terjaga dan memiliki banyak link kita dapat menikmatinya dengan mengkader perempuan-perempuan muda untuk berkarir. Kita bisa mengkader perempuan lain untuk berkarir sesuai dengan pasion atau ketertarikan pribadi. Memang proses mengkader bisa dilakukan bahkan saat kita tengah merintis karir. Namun pencerdasan yang dilakukan setelah kita memiliki power dan branding sehingga bisa lebih berhasil. Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...