Kamis, 12 April 2018

SAYANG ANAK

Kemarin siang saya melihat tayangan yang mewawancarai Anggun C Sasmi di stasiun TV swasta. Eksistensi Anggun di dunia musik sudah tidak diragukan masyarakat. Lagu-lagunya pun dinikmati masyarakat dunia. Sebagai perempuan yang berdarah Indonesia, Anggun menjadi kebanggaan tersendiri bagi penikmat musik tanah air. Karir yang mulus ternyata tidak sejalan dengan kehidupan pribadinya. Ia jatuh bangun membangun bahtera rumah tangga hingga kini pernikahannya yang keempat.

Dibalik suka dukanya menjalani kehidupan sebagai penyanyi, ada statement Anggun yang memikat saya. Presenter yang luwes mengulik kehidupannya bertanya tentang putrinya yang sudah remaja. "Aku gak mau membebani dia dengan status aku yang seorang artis. Dia gak pernah aku foto kelihatan mukanya. Kadang aku foto dari belakang atau aku tutup pake sesuatu. Aku gak mau mengganggu kehidupan pribadinya dengan ketenaran ibunya". Saya merenungi kalimat itu cukup dalam. Banyak artis yang memposting tingkah menggemaskan anak mereka bahkan sampai live siaran infotainment saat melahirkan. Setiap fase perkembangan tidak pernah luput dari sorotan media. Meskipun tidak sedikit yang agak tertutup perihal kehidupan anak mereka.

Apakah setiap anak yang terlahir dari public figure, artis, pengusaha terkenal atau pejabat publik mendapatkan beban psikologis yang lebih berat ketimbang teman-temannya yang lahir dari kalangan biasa? Apakah anak tersebut memiliki beban atau tanggungjawab yang lebih besar untuk menjaga nama baik orangtunya ketimbang mereka yang orangtuanya berstatus sosial bukan sorotan media? Apakah mereka terbatasi gerak geriknya karena selalu tersorot kamera dan rentan gunjingan masyarakat?

Sudah menjadi tugas anak untuk menjaga nama baik orang tua dan keluarganya. Anak-anak menjadi representasi dari cara hidup orangtuanya. Jika orangtuanya pejabat publik, masyarakat meletakkan peran tambahan yang harud dilakukan anak yaitu berprestasi dimanapun ia berada. Hal ini menjadi berat jika penanaman karakter kepada anak terganggu dengan sibuknya orangtua pada karir mereka. Anggun menyadari statusnya sebagai publik figur yang dituntut masyarakat agar tanpa cela dalam bersikap dan mendidik anak. Ia mampu melakukan pencitraan bagi dirinya sendiri. Akan tetapi ia tidak ingin anaknya merasakan beban tersebut. "Kamu gak harus gitu, kamu bebas berekspresi seperti remaja lain diluar sana. Jangan terbebani dengan status ibu".

Selera dalam mendidik anak tidak sama antar satu orang dengan orang lain. Kita melihat Anggun begitu menjaga privasi anaknya agar tumbuh berkembang tanpa batasan sosial yang tidak perlu menurutnya. Bagaimana dengan orangtua lain? Tidak sedikit mereka yang suka membagikan foto-foto anaknya dan bagaimana tumbuh kembang mereka. Itu sah saja. Toh anak sendiri yang mereka (*dapatkan dan) besarkan susah payah. Kita bisa melihatnya sebagai bentuk syukur dan perwujudan rasa bahagia. Sejatinya saya pun bahagia melihat wajah polos merah menghias timeline.

😄

*Ditulis 7 April 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...