Jumat, 19 Desember 2014

Hari Ibu

Apa yang kamu ingat tentang 22 Desember? Hari nasional yang ditetapkan sebagai Hari Ibu? Ulang tahun seseorang atau ulang tahunmu sendiri?

22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu untuk memperingati momentum bersejarah perempuan Indonesia mengawali pergerakan mereka pasca kemerdekaan. Kongres Perempuan Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta dimaksudkan untuk menumbuhkan nasionalisme dan kesadaran bernegara dalam diri rakyat Indonesia. Ada banyak gerakan yang digagas oleh perempuan dari berbagai lintas jaman. Cut Nyak Meutia, Nyai Ahmad Dahlan, Maria Christina Tiahahu, Dewi Sartika dan sebagainya telah mendahului eksistensi perempuan dalam aksi masing-masing. Begitu banyaknya perempuan yang telah berjasa untuk Indonesia sehingga presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. 

Sampai hari ini saya masih saja menantikan 22 Desember setiap tahunnya. Bukan untuk hari Ibu melainkan untuk hal lain. Saya selalu menatap langit di sebelah timur ketika berada dibelakang rumah. Pada pagi hari yang sejuk, ada dua pemandangan yang harus saya saksikan. Pertama sisa puncak Gunung Slamet yang menjulang jauh dari tempat saya berdiri. Puncak yang sudah hilang akibat erupsi entah tahun kapan. Lebih sering ia tertutup kabut ketika saya jumpai pagi hari. Yang kedua, semburat sinar surya yang mulai menampakkan diri. Dipojok langit itu, matahari akan terbit tidak dari timur persis. Dalam hitungan matematis kita menemukan matahari berada pada 23,5 derajat lintang selatan. Saya menyebutnya matahari terbit dari timur menjorok ke selatan. Anehnya, saya hanya menantikan 22 Desember. Padahal ada tiga kali lagi matahari berada pada 23,5 lintang selatan dan utara yaitu Maret, Juni, dan September.
[mohon koreksi kalau ada yang salah]

Sudah seumur ini, saya masih melakukan hal-hal absurd yang mungkin tidak dibayangkan orang lain. Akan menyiksa jika kita makan oseng kangkung kemudian repot bertanya berapa orang yang menanam kangkung, bagaimana kangkung-kangkung itu dirawat, apakah menggunakan pestisida atau sejenisnya. Atau di lain waktu ketika menjumpai pasangan suami istri dalam perjalanan ke tempat kerja masing-masing kemudian bertanya dalam hati bagaimana mereka berkompromi soal parenting, urusan domestik, memaknainya sebagai isu gender masa kini dan sebagainya.

Apapun itu, saya menantikan langit cerah 22 Desember. Melihat sorot matahari pagi dan mengatakan "Itu yang saya nantikan setiap tahun dipenghujung masehi".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...