Senin, 15 Desember 2014

Universalitas Emosi


-Paul Ekman yang Menginspirasi-

Paul Ekman menyatakan dalam "Membaca Emosi Orang" [terjemahan] bahwa emosi bersifat universal yang artinya berlaku sama dimanapun kita berada. Emosi yang universal itu menurut Ekman meliputi kesedihan, kemarahan, rasa terkejut, ketakutan, kebencian, kemuakan, dan kebahagiaan.

Ekman menyatakan bahwa jika ekspresi wajah benar-benar dipelajari, kita akan menemukan ekspresi wajah yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menyatakan kebahagiaan, kesedihan mendalam atau rasa muak dan jijik. Pada kenyataannya kita menemukan ekspresi wajah yang serupa yang menggambarkan rasa takut, terkejut, muak, atau sesuatu yang menyenangkan. Ini menandakan bahwa emosi bersifat universal yang hampir sama diberbagai belahan bumi manapun bahkan didaerah paling terpencil.

Selain kesamaan ekspresi wajah, bukti lain bahwa emosi bersifat universal yaitu kebaruan ekspresi yang dimunculkan oleh orang dengan budaya terpencil dan tidak memiliki akses pada dunia luar. Orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam komunitas terpencil tersebut akan sulit mengartikan ekspresi orang terpencil tersebut. Nyatanya orang asing [Ekman dkk] dapat mengartikan ekspresi wajah yang dimunculkan oleh orang terpencil tersebut.

Kita akan menemukan kesamaan ekspresi yang sama dari orang diberbagai belahan dunia tentang satu pesoalan misalnya lulus kuliah. Orang Korea yang tersenyum bahagia karena lulus kuliah akan sama ekspresinya dengan orang Argentina yang mendapatkan pengalaman serupa. Pun akan sama keadaannya ketika kita kehilangan pasangan karena meninggal dunia, kesedihan yang mendalam yang dimunculkan akan menampakkan raut wajah yang serupa siapapun subyeknya. Tidak peduli apakah ia seorang buruh bangunan, presiden, eksekutif atau artis. Kesedihan akan selalu nampak bagi mereka yang kehilangan pasangan karena sesuatu hal yang tidak diinginkan dan selalu sama dimanapun.

Universalitas emosi membantu kita untuk mempelajari dengan lebih mudah bagaimana menyikapi emosi dalam diri dan orang lain terutama jika emosi yang ditimbulkan rawan konflik. Karena saya pikir kesamaan ini akan membuat kita tanpa perlu susah payah menerjemahkan arti dari alis yang terangkat, bibir yang terbuka dari setiap orang yang berbeda budaya. Ekspresi senang, sedih, muak, takut, terkejut, jijik, benci, dan marah berlaku sama meski kita berbeda budaya dengan orang lain. Kita sering melihat orang yang tiba-tiba meninju lawan bicaranya karena marah akan sebuah pernyataan. Selain mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kita dapat belajar untuk mengenali ekspresi yang paling halus dari wajah yang kita jumpai sehingga dapat memutuskan respon yang paling adaptif dari diri kita.

Akan menyenangkan jika kita dapat mengenal perubahan ekspresi wajah seorang teman, pasangan, anggota keluarga atau teman kantor untuk hubungan yang lebih berkualitas. Semoga selalu bahagia dan beruntung dalam berbagai relasi Anda :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...