Apakah sefilosofis itu gambarnya? Jawabannya mungkin tidak
menggunakan istilah filosofis atau tidak. Tapi, semoga menjawab pertanyaan yang
muncul... :)
Ada yang bilang "jika kamu ingin tahu bagaimana karakter
seseorang, lihatlah teman-temannya". Kalimat itu akan senada dengan
"anak adalah cerminan orang tuanya. apabila baik didikannya, maka baik
pula akhlak anaknya. begitupun sebaliknya". Konteks kedua kalimat tersebut
adalah tentang peran lingkungan dalam membentuk karakter, tingkah laku atau
kondisi seseorang. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun masih bisa berubah
tingkah lakunya karena pada dasarnya tingkah laku itu bisa dipelajari.
Kamu pernah kan sewaktu sekolah dulu, berbaris di depan kelas
sebelum masuk, kemudian berdoa, dan memulai pelajaran dengan shalawat.
Rutinitas tersebut merupakan pelajaran tingkah laku yang akan membekas di benak
kamu. Bahkan ketika kamu bercengkrama dengan cucumu, kamu akan menceritakan
masa sekolah yang penuh dengan rutinitas menyebalkan bagimu saat itu.
Kini, di SMP negeri yang pernah saya kunjungi selama tiga tahun
ada rutinitas yang menyentuh hati. Murid-muridnya pada pagi hari akan berdoa,
membaca shalawat, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan selama menjadi
mahasiswa saya tidak pernah menyanyikan lagu kebangsaan serutin itu. Kamu harus
dengarkan dan llihat sendiri bagaimana rupa anak-anak belasan tahun itu
menyanyikan lagu kebangsaannya tanpa tahu bahwa nasionalisme mereka sedang
ditumbuhkan.
Anak ini tidak perlu tahu Ayahnya khusyuk atau tidak. Ia hanya
senang, ia dilibatkan dalam aktivitas orang dewasa. Bahkan sebagian besar
anak-anak yang diajak shalat oleh orang tuanya akan melongok wajah orang tuanya
atau jungkir balik menggelikan diatas sajadahnya.
Ada nilai yang perlu kita tunjukkan bahwa shalat begini dan
begitu. Ada kalanya nilai itu kita biarkan mengendap sampai anak menemukan
sendiri apa yang orang tuanya maksudkan.
Shalat adalah urusan maha penting bagi setiap muslim karena pada
akhirnya pertanggungjawaban shalat ada pada masing-masing diri. Maka dalam
pengajarannya kepada anak, kita perlu memberikan kondisi yang fasilitatif agar
anak mengerti bagaimana caranya shalat, mengapa kita harus shalat, dan
seterusnya.
Mengajaknya shalat bersama kita menumbuhkan kepercayaan diri
mereka bahwa mereka dianggap "ada" oleh orang dewasa. Membiarkan anak
jungkir balik dengan gesitnya mengikuti gerakan shalat kita mengajarkan bahwa
segala sesuatu ada urutannya, ada tata tertibnya.
Kemudian ketika ada satu kalimat "whatever you want your children to be tomorrow, be that person
today", maka ajarkan hari ini. Ajak anak-anakmu shalat
bersamamu, mengisi kotak amal di masjid, memberi makan anak yatim, belajar
dengan semua teman tanpa membeda-bedakan, mendoakan semua orang dan sebagainya.
Ajarkan hari ini karena setiap pembelajaran membutuhkan waktu. Setiap anak punya
masanya masing-masing untuk mengerti suatu pelajaran, apalagi tentang nilai
hidup yang mendasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar