Selasa, 02 Desember 2014

Ayah dan Anak Perempuan [ jawaban atas pertanyaan parenting ]



Apakah sefilosofis itu gambarnya? Jawabannya mungkin tidak menggunakan istilah filosofis atau tidak. Tapi, semoga menjawab pertanyaan yang muncul... :)

Ada yang bilang "jika kamu ingin tahu bagaimana karakter seseorang, lihatlah teman-temannya". Kalimat itu akan senada dengan "anak adalah cerminan orang tuanya. apabila baik didikannya, maka baik pula akhlak anaknya. begitupun sebaliknya". Konteks kedua kalimat tersebut adalah tentang peran lingkungan dalam membentuk karakter, tingkah laku atau kondisi seseorang. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun masih bisa berubah tingkah lakunya karena pada dasarnya tingkah laku itu bisa dipelajari.

Kamu pernah kan sewaktu sekolah dulu, berbaris di depan kelas sebelum masuk, kemudian berdoa, dan memulai pelajaran dengan shalawat. Rutinitas tersebut merupakan pelajaran tingkah laku yang akan membekas di benak kamu. Bahkan ketika kamu bercengkrama dengan cucumu, kamu akan menceritakan masa sekolah yang penuh dengan rutinitas menyebalkan bagimu saat itu.

Kini, di SMP negeri yang pernah saya kunjungi selama tiga tahun ada rutinitas yang menyentuh hati. Murid-muridnya pada pagi hari akan berdoa, membaca shalawat, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bahkan selama menjadi mahasiswa saya tidak pernah menyanyikan lagu kebangsaan serutin itu. Kamu harus dengarkan dan llihat sendiri bagaimana rupa anak-anak belasan tahun itu menyanyikan lagu kebangsaannya tanpa tahu bahwa nasionalisme mereka sedang ditumbuhkan.

Anak ini tidak perlu tahu Ayahnya khusyuk atau tidak. Ia hanya senang, ia dilibatkan dalam aktivitas orang dewasa. Bahkan sebagian besar anak-anak yang diajak shalat oleh orang tuanya akan melongok wajah orang tuanya atau jungkir balik menggelikan diatas sajadahnya.

Ada nilai yang perlu kita tunjukkan bahwa shalat begini dan begitu. Ada kalanya nilai itu kita biarkan mengendap sampai anak menemukan sendiri apa yang orang tuanya maksudkan.
Shalat adalah urusan maha penting bagi setiap muslim karena pada akhirnya pertanggungjawaban shalat ada pada masing-masing diri. Maka dalam pengajarannya kepada anak, kita perlu memberikan kondisi yang fasilitatif agar anak mengerti bagaimana caranya shalat, mengapa kita harus shalat, dan seterusnya.

Mengajaknya shalat bersama kita menumbuhkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka dianggap "ada" oleh orang dewasa. Membiarkan anak jungkir balik dengan gesitnya mengikuti gerakan shalat kita mengajarkan bahwa segala sesuatu ada urutannya, ada tata tertibnya.

Kemudian ketika ada satu kalimat "whatever you want your children to be tomorrow, be that person today", maka ajarkan hari ini. Ajak anak-anakmu shalat bersamamu, mengisi kotak amal di masjid, memberi makan anak yatim, belajar dengan semua teman tanpa membeda-bedakan, mendoakan semua orang dan sebagainya. Ajarkan hari ini karena setiap pembelajaran membutuhkan waktu. Setiap anak punya masanya masing-masing untuk mengerti suatu pelajaran, apalagi tentang nilai hidup yang mendasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...