#SentimentilPernikahan
Kedekatan kita terhadap teman, senior maupun junior
seringkali membuat kita memperhatikannya bahkan sampai urusan pasangan hidup.
Duga prasangka yang entah positif dan bermanfaat atau tidak akan selalu timbul
tenggelam. Apabila umur sudah rawan untuk melenggang ke pelaminan akan lebih
semarak lagi pertanyaan kapan, dengan siapa, dan dimana.
Ada teman yang sangat dekat yang ketika mereka melepas masa
lajang kita akan berkaca-kaca. Bahagia pasti dengan iringan perasaan yang lega,
terkejut, bahkan sedih. Tak jarang dalam pernikahan teman saya yang terdekat
harus menguras emosi yang menyenangkan dan menyedihkan. Senang karena teman
baik akan mendapatkan teman terbaik dalam hidupnya. Akan ada orang yang stay 24
jam untuknya dalam keadaan apapun. Berbagi persoalan remeh temen soal hidup dan
mencurahkan segala isi hati. Bisa dikatakan sedih karena orang yang akan kita
ajak bercanda, tertawa lepas, atau katarsis akan berkurang. Pasti akan ada
teman-teman baru yang baik dan berada disamping kita nantinya. Tetapi kebersamaan
dengan satu orang teman tetaplah membekas nyata dan tidak tergantikan. Dia yang
keras kepala, egois, galak tapi di lain kesempatan ia begitu rela berkorban
untuk kepentingan kita yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusannya. Wajar
jika setiap dari kita merasakan kebahagiaan dan kesedihan sekaligus dari
pernikahan teman kita.
Melewati berbagai sinema yang melahirkan banyak peristiwa
berkesan membuat kita merasa perlu untuk menetapkan siapa yang memiliki
kehormatan untuk berbagi hidup dengan kita. Hidup sendiri sangat tidak
menyenangkan. Apalagi keputusan untuk melajang sangat dibenci oleh Rasulullah.
Orang memutuskan untuk mengambil seseorang dari tempat kerjanya, satu
organisasi, kampus yang sama sedangkan orang lain memilih mereka yang sama sekali
baru dalam hidupnya misalnya dalam momen perkenalan dengan teman lain kemudian
memutuskan untuk serius menjalani hubungan. Arah hidup tidak tertebak, jodoh
pun demikian. Mencari yang terjauh, ternyata ada hati yang menanti disebelah
kita. Sudah begitu dekat dengan orang yang satu atap dengan kita nyatanya tidak
pernah bertemu hati apalagi visi misi.
Banyak orang memutuskan untuk menikahi teman satu kantornya
karena sudah putus asa mencari kemana-mana. Saudara saya menikah dengan orang
yang rumahnya dekat dengan keluarganya dan bertemu di tempat kerja. Yang lain
sibuk mencari diluar area nyamannya atau wilayah yang biasa ia tinggali. Yang
penting, bukan putus asa yang membuat kita menikahi A atau B. Melainkan
keputusan untuk hidup berdua yang sudah dibicarakan bersama.
Pasangan hidup menjadi pilihan setiap orang. Setiap orang
berhak menentukan jalan cintanya sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Kita
selalu memiliki pengalaman berbeda yang mempengaruhi keputusan hidup. Dari
sekian banyak perbedaan dalam hidup, kita menemukan satu kesamaan yaitu kemauan
untuk menjalani dan berbagi hidup berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar