Senin, 15 Desember 2014

Pasangan Hidup



#SentimentilPernikahan

Kedekatan kita terhadap teman, senior maupun junior seringkali membuat kita memperhatikannya bahkan sampai urusan pasangan hidup. Duga prasangka yang entah positif dan bermanfaat atau tidak akan selalu timbul tenggelam. Apabila umur sudah rawan untuk melenggang ke pelaminan akan lebih semarak lagi pertanyaan kapan, dengan siapa, dan dimana.

Ada teman yang sangat dekat yang ketika mereka melepas masa lajang kita akan berkaca-kaca. Bahagia pasti dengan iringan perasaan yang lega, terkejut, bahkan sedih. Tak jarang dalam pernikahan teman saya yang terdekat harus menguras emosi yang menyenangkan dan menyedihkan. Senang karena teman baik akan mendapatkan teman terbaik dalam hidupnya. Akan ada orang yang stay 24 jam untuknya dalam keadaan apapun. Berbagi persoalan remeh temen soal hidup dan mencurahkan segala isi hati. Bisa dikatakan sedih karena orang yang akan kita ajak bercanda, tertawa lepas, atau katarsis akan berkurang. Pasti akan ada teman-teman baru yang baik dan berada disamping kita nantinya. Tetapi kebersamaan dengan satu orang teman tetaplah membekas nyata dan tidak tergantikan. Dia yang keras kepala, egois, galak tapi di lain kesempatan ia begitu rela berkorban untuk kepentingan kita yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusannya. Wajar jika setiap dari kita merasakan kebahagiaan dan kesedihan sekaligus dari pernikahan teman kita.

Melewati berbagai sinema yang melahirkan banyak peristiwa berkesan membuat kita merasa perlu untuk menetapkan siapa yang memiliki kehormatan untuk berbagi hidup dengan kita. Hidup sendiri sangat tidak menyenangkan. Apalagi keputusan untuk melajang sangat dibenci oleh Rasulullah. Orang memutuskan untuk mengambil seseorang dari tempat kerjanya, satu organisasi, kampus yang sama sedangkan orang lain memilih mereka yang sama sekali baru dalam hidupnya misalnya dalam momen perkenalan dengan teman lain kemudian memutuskan untuk serius menjalani hubungan. Arah hidup tidak tertebak, jodoh pun demikian. Mencari yang terjauh, ternyata ada hati yang menanti disebelah kita. Sudah begitu dekat dengan orang yang satu atap dengan kita nyatanya tidak pernah bertemu hati apalagi visi misi.

Banyak orang memutuskan untuk menikahi teman satu kantornya karena sudah putus asa mencari kemana-mana. Saudara saya menikah dengan orang yang rumahnya dekat dengan keluarganya dan bertemu di tempat kerja. Yang lain sibuk mencari diluar area nyamannya atau wilayah yang biasa ia tinggali. Yang penting, bukan putus asa yang membuat kita menikahi A atau B. Melainkan keputusan untuk hidup berdua yang sudah dibicarakan bersama.

Pasangan hidup menjadi pilihan setiap orang. Setiap orang berhak menentukan jalan cintanya sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Kita selalu memiliki pengalaman berbeda yang mempengaruhi keputusan hidup. Dari sekian banyak perbedaan dalam hidup, kita menemukan satu kesamaan yaitu kemauan untuk menjalani dan berbagi hidup berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...