#SentimentilPernikahan
Keputusan menikah merupakan suatu keputusan yang besar dalam hidup.
Dengan menikah, kewajiban dan hak baru melekat dalam diri laki-laki maupun
perempuan. Seorang suami akan bertanggungjawab pada nafkah lahir batin
istrinya. Sedangkan istri akan memegang peran tidak kalah penting dalam rumah
tangga yang akan dibinanya. Ada pepatah bilang "menikahlah, maka
engkau akan bahagia".
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara
kalian serta orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahaya laki-laki
dan hamba-hamba sahaya perempuan yang kalian miliki (An Nur: 32).
Meninggalkan rumah bagi seorang perempuan
merupakan hal yang sangat sulit apalagi jika dalam rumahnya ia senantiasa
diberikan kasih sayang dan perhatian dari keluarganya. Ia harus meninggalkan
ibu yang selama ini menjadi tempat berkeluh kesah. Ia pun harus dilepaskan oleh
ayah yang selama ini menjaganya dengan sebaik-baiknya. Perempuan yang sudah
kodratnya berhati lembut dan sensitif tentu memandang pernikahan sebagai
sesuatu yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Ia senang karena memperoleh
imam shalih yang akan membimbingnya dalam hidup yang diberkahi Allah. Dalam
keadaan senang pun ia sedih karena harus meninggalkan ayah yang dicintainya dan
yang telah merawatnya sejak masih didalam kandungan.
Sejatinya, ayah menitikkan airmata ketika
anak perempuannya dijemput oleh laki-laki lain yang berkomitmen untuk
menikahinya. Hati ayah kosong mendadak karena anak kesayangannya pergi dengan
laki-laki yang mungkin belum pernah dikenalnya dalam hidup. Sebuah pertaruhan
hidup, apakah hidup anak perempuannya akan bahagia atau sebaliknya. Tetapi ayah
tetaplah ayah. Ia selalu mengatakan YA untuk pilihan anaknya. Semenjak dalam
kandungan pun ayah sudah mengatakan YA pada apapun yang akan membahagiakan anaknya.
Ia rela hujan-hujanan untuk mencari lembar demi lembar rupiah. Terkantuk-kantuk
sampai jauh malam untuk menambah penghasilan keluarga agar anaknya dapat minum
susu. Bahkan sampai anak mengenakan toga di acara wisuda, ayah masih saja
bergulat dengan usaha dan usaha. Hingga pada suatu hari, anak perempuannya yang
sudah ia besarkan dengan susah payah memilih untuk melanjutkan hidup dengan
laki-laki pilihannya.
Orang bilang, kasih sayang orang tua
sepanjang masa sedangkan kasih sayang anak sepanjang galah. Begitulah ayah
menunjukkan cintanya. Tak peduli ia harus berhutang ke sana kemari agar anaknya
dapat mengikuti tes semesteran. Ayah tidak pernah kehilangan akal untuk membuka
pintu-pintu kebahagiaan anaknya. Kini ada seorang laki-laki yang mengambil cinta
kesayangannya dan meminta diri untuk menggantikan perannya. Apakah ayah harus
sedih? Apakah ayah harus mengajukan syarat? Ayah mengatakan kepadamu bahwa
laki-laki pilihanmu tentu baik dan ayah tidak melarang asal kamu telah
memikirkannya dengan baik. Ternyata ayah memilih untuk bahagia melepasmu kepada
laki-laki yang berani menggantikan perannya selama ini. Apakah ia harus sedih?
Bahkan disaat melepasmu, ia begitu bahagia.
Dialah yang melepaskan cintanya yang
sempurna dalam satu harapan, agar hidupmu lebih indah dan bahagia dengan
laki-laki pilihanmu. Upacara melepaskamu pun yang seharusnya sendu malah diisi
dengan tarian dan nyanyian. Dihiasi dengan bunga aneka warna dan makanan serba
nikmat. Dipersiapkan berbulan-bulan sebelumnya dan semua orang mengira ini
menyenangkan. Inilah kebahagiaan. Kau dan laki-laki pilihanmu tentu bahagia.
Keluargamu dan keluarganya pun bahagia. Tapi tentu kebahagiaan ayahmu jauh
melampaui kebahagiaanmu dan suamimu.
Jangan kau tanyakan bagaimana rasanya
menjadi ayah, karena kau pun akan melepaskan anak perempuanmu kelak di hari
pernikahannya. Jangan pula kau tanyakan bagaimana dilepaskan seorang ayah luar
biasa hebat, karena kau pun akan merasakan bagaimana dilepaskan oleh ayahmu
sendiri.
Maka hanya laki-laki luar biasa yang pantas
untuk menggantikan ayahmu yang luar biasa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar