Sabtu, 03 Januari 2015

Meninggalkan Desember


Ada yang memulai hari dengan orang tercinta. Memulai komitmen untuk tidak sendiri lagi mensyukuri hidup. Dengan pasangan yang memilih untuk bersama menikmati sisa waktu atau sebagai supporter bagi mereka yang terlahir pertama kali di bumi Nya. Detik yang berjalan semakin menyadarkan nurani bahwa keberadaan kita sungguh bermakna untuknya. Setiap ikhtiyar bernuansa demi kebahagiaannya.

Ada pula yang mengawali hari tanpa orang tercinta. Menapaki jalanan hidup yang tidak lagi dengannya. Mungkin pasangan, mungkin anak, mungkin orang tua. Atau orang yang begitu dekat dengan kita. Menyusuri setiap sudut ruang yang kosong saat memasuki rumah. Lengang. Dari suara yang merecoki, tingkah yang menjengkelkan atau ruang yang berantakan. Hidup tidak akan sama lagi seperti kemarin. Tanpa dia, mendadak hati dirundung sepi yang mendalam. Setelah babak penerimaan usai, kita memahami bahwa doa akan benar-benar berfungsi dengan baik. Paling tidak, ada ketenangan telah menyerahkan segala urusan pada Sang Pengatur.

Meninggalkan desember, matahari tetap malu-malu di musim penghujan. Seolah berdebat dengan hujan untuk saling mengawali tahun 2015. Jarak hari ini dan kemarin sangat jauh. Bukan karena hitungan tahun tetapi masa kini dan masa lalu tidak akan pernah bertemu. Hanya mengantarkan kita melewati dimensi ruang demi ruang.

Apa yang menyenangkan selama setahun kemarin? Anehnya kebahagiaan selalu menjadi fokus utama dalam mengarungi masa silam. Sejauh apapun jarak, serumit apapun hati. Aku masih saja denganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...