Aroeboesman
Airport. 7.38 am
Matahati
sudah meninggi ditimur dan mengungguli buki-bukit yang berbaris di depan mata.
Kesibukan bandara terlihat di pintu arrival. petugas berlalu lalang membawa ini
dan itu. Salah satu maskapai sudah memarkiran armadanya di samping pagar
pembatas. Jadwal penerbangan maskapai terbaik negeri masih satu jam lagi. Di
bandara yang kecil ini, penumpang bisa check-in bahkan di menit-menit terakhir.
Waktu
di ponsel menunjuk angka 7 lebih 45 menit. Seorang yang saya tunggu belum
nampak juga. Penumpang sudah mulai ramai memenuhi pintu check-in. Jadwal take
off maskapai tertentu sepertinya tinggal menunggu menit. Koper-koper sudah
menumpuk di sana sini. Paket yang akan dikirimkan sudah menggunung di samping
saya.
Kedatangan
dan keberangkatan selalu menyenangkan terutama bagi supir travel, tukang ojek
dan penumpang. Mereka yang akan berangkan entah dalam keadaan terpaksa atau
bahagia toh akan menanti kepulangannya. Mereka yang baru saja sampai mungkin
sedang mengumpulkan segenap kekuatan dan rencana-rencana baru. Kita tidak dapat
membayangkan betapa senangnya penyedia jasa transportasi yang mendapatkan
orderan. Pun dengan mereka yang menemukan sana saudara di tengah kerumuman.
Matahari sudah setinggi itu di atas kepala.
Menggugurkan kesan hangatnya menjadi lebih menyengat. Langit cukup bersahabat
meski bersih tanpa awan. Saya pun akan disini untuk ‘berangkat’ pada purnama ke
enam tahun ini. Sama seperti mereka yang menanti kepulangan setelah sekian
lama. Pada akhirnya, sejauh apapun perjalanan yang kita tempuh akan ada lonceng
kepulangan yang menyenangkan. Bukankah akan ada pelukan hangat jika kita sampai
rumah?
Setiap
orang yang merantau akan kembali ke rumah asalnya. Mereka membawa pulang
berbagai hasil perjuangan salama masa perantauan. Alasan merantau bermacam-macam
pula dari setiap orang. Sebagian bersar dari mereka menginginkan sesuatu yang
lebih baik dalam hidupnya. Baik dalam hal ekonomi, pendidikan, kondisi hati
atau hal lainnya. Pada intinya perantau pergi dari tempat asalnya dengan
membawa alasan masing-masing tujuan masing-masing. Jangan ditanya perginya
seseorang untuk merantau akan berapa lama. Bisa setahun, 5 tahun, 10 tahun
bahkan berpuluh-puluh tahun.
Ruang
informasi belum mengumumkan apa-apa. Penumpang sudah agak lelah menunggu sambil
berdiri. Ah ya. Ada beberapa yang memilih untuk jongkok. Sebagian yang lain
berbincang dengan orang yang disebelahnya. Ketika angin tiba-tiba berhembus,
sejuknya adalah sesuatu yang sangat disyukuri.
Apakah
saya harus menelpon orang yang saya tunggu?
Bandara
yang kecil ini tidak terlalu sibuk dan padat. Hal inilah yang membuatnya lebih
‘sederhana’. Kita tidak perlu menunggu berjam-jam untuk penerbangan yang hanya
sekitar 45 menit dari satu bandara ke bandara yang lain. Kita bisa check-in
dengan lebih santai karena letaknya di tengah kota pantai ini.
Satu
maskapai sepertinya akan take off dalam beberapa menit lagi. Menunggu orang
yang datang dan belum memberi kabar memang membosankan. Jari-jari hanya bisa
menggeser layar sentuh. Untuk beramah tamah dengan orang-orang rasanya
berlebihan.
8.18
am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar