Jumat, 13 Mei 2016

Morning Lounge

Aroeboesman Airport. 7.38 am

Matahati sudah meninggi ditimur dan mengungguli buki-bukit yang berbaris di depan mata. Kesibukan bandara terlihat di pintu arrival. petugas berlalu lalang membawa ini dan itu. Salah satu maskapai sudah memarkiran armadanya di samping pagar pembatas. Jadwal penerbangan maskapai terbaik negeri masih satu jam lagi. Di bandara yang kecil ini, penumpang bisa check-in bahkan di menit-menit terakhir. 

Waktu di ponsel menunjuk angka 7 lebih 45 menit. Seorang yang saya tunggu belum nampak juga. Penumpang sudah mulai ramai memenuhi pintu check-in. Jadwal take off maskapai tertentu sepertinya tinggal menunggu menit. Koper-koper sudah menumpuk di sana sini. Paket yang akan dikirimkan sudah menggunung di samping saya. 

Kedatangan dan keberangkatan selalu menyenangkan terutama bagi supir travel, tukang ojek dan penumpang. Mereka yang akan berangkan entah dalam keadaan terpaksa atau bahagia toh akan menanti kepulangannya. Mereka yang baru saja sampai mungkin sedang mengumpulkan segenap kekuatan dan rencana-rencana baru. Kita tidak dapat membayangkan betapa senangnya penyedia jasa transportasi yang mendapatkan orderan. Pun dengan mereka yang menemukan sana saudara di tengah kerumuman. 

 Matahari sudah setinggi itu di atas kepala. Menggugurkan kesan hangatnya menjadi lebih menyengat. Langit cukup bersahabat meski bersih tanpa awan. Saya pun akan disini untuk ‘berangkat’ pada purnama ke enam tahun ini. Sama seperti mereka yang menanti kepulangan setelah sekian lama. Pada akhirnya, sejauh apapun perjalanan yang kita tempuh akan ada lonceng kepulangan yang menyenangkan. Bukankah akan ada pelukan hangat jika kita sampai rumah?

Setiap orang yang merantau akan kembali ke rumah asalnya. Mereka membawa pulang berbagai hasil perjuangan salama masa perantauan. Alasan merantau bermacam-macam pula dari setiap orang. Sebagian bersar dari mereka menginginkan sesuatu yang lebih baik dalam hidupnya. Baik dalam hal ekonomi, pendidikan, kondisi hati atau hal lainnya. Pada intinya perantau pergi dari tempat asalnya dengan membawa alasan masing-masing tujuan masing-masing. Jangan ditanya perginya seseorang untuk merantau akan berapa lama. Bisa setahun, 5 tahun, 10 tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. 

Ruang informasi belum mengumumkan apa-apa. Penumpang sudah agak lelah menunggu sambil berdiri. Ah ya. Ada beberapa yang memilih untuk jongkok. Sebagian yang lain berbincang dengan orang yang disebelahnya. Ketika angin tiba-tiba berhembus, sejuknya adalah sesuatu yang sangat disyukuri. 

Apakah saya harus menelpon orang yang saya tunggu?

Bandara yang kecil ini tidak terlalu sibuk dan padat. Hal inilah yang membuatnya lebih ‘sederhana’. Kita tidak perlu menunggu berjam-jam untuk penerbangan yang hanya sekitar 45 menit dari satu bandara ke bandara yang lain. Kita bisa check-in dengan lebih santai karena letaknya di tengah kota pantai ini. 

Satu maskapai sepertinya akan take off dalam beberapa menit lagi. Menunggu orang yang datang dan belum memberi kabar memang membosankan. Jari-jari hanya bisa menggeser layar sentuh. Untuk beramah tamah dengan orang-orang rasanya berlebihan. 

8.18 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...