Jumat, 13 Mei 2016

Sejuta Harapan



Matahari bersinar tegas pagi ini. Seolah membalas dendam atas guyuran hebat kemarin sore. Tanah tidak sebasah ketika kami meninggalkan barisan bukit kecil. Ajaibnya, rumput yang berderet dipinggiran jalan begitu hidup. Mereka terlihat benar-benar baru dan segar. kemudian harapan menyerak diantara senyum yang mengambang.

Sebuah buku berjumlah 425 halaman mendekam hangat diatas punggung. Didalamnya terkuak aneka rupa sistem hidup. Pembicaraan seputar politik kampung, uang, pernikahan dan adat mengallir seadanya. Semua isi dibahas tuntas dan menimbulkan beberapa pertanyaan. Namun justru sebuah kesenangan tersendiri untuk membiarkan pikiran berkelana dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Yang menarik selain menemukan pertanyaan-pertanyaan ajaib. Aku menemukan teman bicara yang sepadan. Untuk sama-sama terbuka dengan wawasan, membagi ilmu yang dimiliki dan memberi dukungan atas usaha sendiri. Ini semacam hadiah yang menyenangkan dari membaca. 

Kita selalu ingin mendapatkan teman bicara yang sesuhu. Mengerti apa yang kita harapkan dan bayangkan. Tentu teman-teman seperti itu tidak banyak dan tidak semua tempat menampilkan sosok-sosok tersebut. Namun sungguh membahagiakan jika menemukannya ditengah kesendirian pikiran.

Nangapanda
March, 16th 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...