Kamis, 12 Mei 2016

Masyarakatpun Berkembang



Perkembangan yang cepat memberikan kemudahan dalam berbagai lini kehidupan. Didukung dengan birokrasi yang semakin terintegrasi, pelayanan publik semakin meningkat. Dengan sistem perijinan satu pintu, memudahkan investor untuk datang dan membangun pusat industri baru.

Kota tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pusat industri diarahkan semakin juah dari pemukinan dan perkantoran. Kemduian muncullah daerah penyangga. Di daerah sekitar kota menjadi sasaran pembangunan pemukiman baru yang lebih ramah. Pesatnya pembangunan di daerah perkotaan dan sekitarnya sering tida dibarengi dengan pertumbuhan di pedesaan dan daerah yang agak terpencil. Alasannya macam-macam mulai dari jarak yang jauh. Sistem birokrasi di daerah yang berbelit-belit, masyarakat setempat yang belum siap serta potensi daerah yang belum tergali. Sederet kondisi di lapangan melahirkan ketimpangan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya. Inilah yang kita sebut dengan disparitas. 

Secara sederhana kita dapat membagi masyarakat ke dalam tiga jenis berdasarkan tingkat kemajuannya. Yang pertama, yaitu masyarakat pedesaan. Mereka adalah mayoritas masyarakat Indonesia yang mendiami wilayah-wilayah yang merata dari Sabang sampai Merauke. Sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di desa-desa dan kota kecil yang masih memanfaatkan produksi pertanian lokal. Yang kedua, yaitu masyarakat transisi. Mereka adalah masyarakat yang sudah mengenal kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan dan mendapatkan akses. Dilihat dari jaraknya ke kota, masyarakat transisi tinggal tidak jauh dari kota. Akses jalan raya yang sudah baik, sistem transportasi yang mulai menggeliat serta aktivitas masyarakat yang berpusat di kota. Sebagai daerah yang telah berkembang melebihi pedesaan, masyarakat transisi belum memiliki sumber daya yang memadai untuk berdiri sendiri. Dari aspek pendidikan, sebagian masyarakat memperoleh pendidikan tinggi. Hal tersebut menyebabkan mereka mencari pekerjaan di kota atau wilayah lain. SDM yang dimiliki baru memenuhi kuota dalam pos-pos tertentu. Dari aspek ekonomi, masyarakat yang memiliki keterampilan lebih akan mencari pekerjaan di kota yang lebih baik. Biaya hidup yang harus ditanggung tidak semurah di desa sehingga memaksa mereka untuk mencari penghasilan di kota. Potensi daerah belum tergali sepenuhnya tetapi masyarakat terlanjur menikmati fasilitas kota. Gaya hidup mulai berubah. Sedikit demi sedikit, masyarakat transisi belajar gaya hidup konsumtif. Kebutuhan sandang, papan dan kebutuhan tersier justru lebih penting dari kebutuhan hidup dasar. Yang ketiga, yaitu masyarakat kota. Fasilitas hidup di daerah perkotaan bisa dibilang lengkap. Sistem ekonomi, transportasi, birokrasi. budaya dan yang lainnya berkembang pesat. Aktivitas sehari-hari cenderung padat dan melelahkan. Permasalahan yang timbul di kota antara lain polusi, sampah, kemacetan, biaya hidup yang tinggi, angka kriminalitas yang tinggi dan sebagainya. Masyarakat kota yang telah lama tinggal dan menetap memiliki budaya tersendiri. Mereka keras, acuh, hedonis, konsumtif dan gila kerja. Persoalan yang dihadapi setiap hari mengharuskan warga kota gila kerja. Persaingan mendapatkan pekerjaan tidaklah mudah sehingga pekerjaan yang sudah didapatkan cenderung dipertahankan. Yang tidak cocok dengan pekerjaannya bisa memilih untuk pindah. Namun berganti pekerjaan yang belum pasti sangat tidak dianjurkan. 

Pada perkembangan selanjutnya daerah penyangga memiliki peran yang signifikan sebagai alternatif mengembangkan industri dan pemukiman. Kota akan berkembang tanpa diributi dengan polusi pabrik, wira-wiri kendaraan ekspedisi dan pemukiman kumuh. Masyarakat di deaerah transisi yang tidak siap secara pendidikan, keterampilan, dan nilai-nilai hidup akan mengalami cultural shock (gegar budaya). Mereka terjebak pada kondisi tidak bisa menolak perkembangan dan tidak punya bekal untuk bertahan. Sedangkan masyarakat pedesaan perlahan mendapatkan akses untuk bergegas menuju masyarakat transisi.

Jika masyarakat kota berkembang dengan baik maka akan memberikan dampak baik pula bagi masyarakat transisi dan pedesaan. Jika perkembangnya buruk bukan tidak mungkin dampaknya justru jauh lebih buruk. Oleh karena itu semua orang harus berbenah dan belajar. Kita mempersiapkan diri untuk berkembang dan menghadapi tantangan jaman. 

Nangapanda,
February 25th 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...