Perkembangan yang
cepat memberikan kemudahan dalam berbagai lini kehidupan. Didukung dengan
birokrasi yang semakin terintegrasi, pelayanan publik semakin meningkat. Dengan
sistem perijinan satu pintu, memudahkan investor untuk datang dan membangun
pusat industri baru.
Kota tumbuh dan
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pusat industri diarahkan semakin
juah dari pemukinan dan perkantoran. Kemduian muncullah daerah penyangga. Di
daerah sekitar kota menjadi sasaran pembangunan pemukiman baru yang lebih
ramah. Pesatnya pembangunan di daerah perkotaan dan sekitarnya sering tida
dibarengi dengan pertumbuhan di pedesaan dan daerah yang agak terpencil.
Alasannya macam-macam mulai dari jarak yang jauh. Sistem birokrasi di daerah
yang berbelit-belit, masyarakat setempat yang belum siap serta potensi daerah
yang belum tergali. Sederet kondisi di lapangan melahirkan ketimpangan sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan sebagainya. Inilah yang kita sebut dengan
disparitas.
Secara sederhana
kita dapat membagi masyarakat ke dalam tiga jenis berdasarkan tingkat
kemajuannya. Yang pertama, yaitu masyarakat pedesaan. Mereka adalah mayoritas
masyarakat Indonesia yang mendiami wilayah-wilayah yang merata dari Sabang
sampai Merauke. Sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di desa-desa dan
kota kecil yang masih memanfaatkan produksi pertanian lokal. Yang kedua, yaitu
masyarakat transisi. Mereka adalah masyarakat yang sudah mengenal kemajuan
teknologi, ilmu pengetahuan dan mendapatkan akses. Dilihat dari jaraknya ke
kota, masyarakat transisi tinggal tidak jauh dari kota. Akses jalan raya yang
sudah baik, sistem transportasi yang mulai menggeliat serta aktivitas
masyarakat yang berpusat di kota. Sebagai daerah yang telah berkembang melebihi
pedesaan, masyarakat transisi belum memiliki sumber daya yang memadai untuk
berdiri sendiri. Dari aspek pendidikan, sebagian masyarakat memperoleh
pendidikan tinggi. Hal tersebut menyebabkan mereka mencari pekerjaan di kota
atau wilayah lain. SDM yang dimiliki baru memenuhi kuota dalam pos-pos
tertentu. Dari aspek ekonomi, masyarakat yang memiliki keterampilan lebih akan
mencari pekerjaan di kota yang lebih baik. Biaya hidup yang harus ditanggung
tidak semurah di desa sehingga memaksa mereka untuk mencari penghasilan di
kota. Potensi daerah belum tergali sepenuhnya tetapi masyarakat terlanjur
menikmati fasilitas kota. Gaya hidup mulai berubah. Sedikit demi sedikit,
masyarakat transisi belajar gaya hidup konsumtif. Kebutuhan sandang, papan dan
kebutuhan tersier justru lebih penting dari kebutuhan hidup dasar. Yang ketiga,
yaitu masyarakat kota. Fasilitas hidup di daerah perkotaan bisa dibilang
lengkap. Sistem ekonomi, transportasi, birokrasi. budaya dan yang lainnya
berkembang pesat. Aktivitas sehari-hari cenderung padat dan melelahkan.
Permasalahan yang timbul di kota antara lain polusi, sampah, kemacetan, biaya
hidup yang tinggi, angka kriminalitas yang tinggi dan sebagainya. Masyarakat
kota yang telah lama tinggal dan menetap memiliki budaya tersendiri. Mereka
keras, acuh, hedonis, konsumtif dan gila kerja. Persoalan yang dihadapi setiap
hari mengharuskan warga kota gila kerja. Persaingan mendapatkan pekerjaan
tidaklah mudah sehingga pekerjaan yang sudah didapatkan cenderung
dipertahankan. Yang tidak cocok dengan pekerjaannya bisa memilih untuk pindah.
Namun berganti pekerjaan yang belum pasti sangat tidak dianjurkan.
Pada perkembangan
selanjutnya daerah penyangga memiliki peran yang signifikan sebagai alternatif
mengembangkan industri dan pemukiman. Kota akan berkembang tanpa diributi
dengan polusi pabrik, wira-wiri kendaraan ekspedisi dan pemukiman kumuh.
Masyarakat di deaerah transisi yang tidak siap secara pendidikan, keterampilan,
dan nilai-nilai hidup akan mengalami cultural shock (gegar budaya). Mereka
terjebak pada kondisi tidak bisa menolak perkembangan dan tidak punya bekal
untuk bertahan. Sedangkan masyarakat pedesaan perlahan mendapatkan akses untuk
bergegas menuju masyarakat transisi.
Jika masyarakat kota
berkembang dengan baik maka akan memberikan dampak baik pula bagi masyarakat
transisi dan pedesaan. Jika perkembangnya buruk bukan tidak mungkin dampaknya
justru jauh lebih buruk. Oleh karena itu semua orang harus berbenah dan
belajar. Kita mempersiapkan diri untuk berkembang dan menghadapi tantangan
jaman.
Nangapanda,
February 25th 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar