Jumat, 13 Mei 2016

Variasi Kelas

Saya hendak menghitung sudah berapa purnama terlewatkan di pulau bunga. Delapan atau sembilan? Lalu berapa purnama sungguhan yang saya lewatkan dengan khusyuk dan syukur? Apakah sekalipun pernah mentadaburi semua hal yang nampak di langit Nya? Orang bilang, ini bagian dari potongan-potongan surganya yang indah. Ya. Mereka seharusnya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana menghirup setiap oksigen dan menyerap sinar UV yang memapar diri setiap hari. Masih bersyukur dengan anugerah pulau ini? Saya bisa meloncat kegirangan melihat air laut yang membiru meski terpapar sinar UV yang jahat. Apakah itu salah satu tanda bahagia?

Disini saya bertemu banyak orang dengan karakter yang berbeda-beda. Mereka hidup dengan nilai yang dipelajari sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada. Ketika saya berbicara dengan A, arah pembicaraan sudah dapat ditebak. Ketika saya berbicara dengan B, nuansa emosi dan segala macam perasaan lebih mendominasi. Saya pikir hidup saya terlalu serius sehingga mereka yang duduk-duduk berbincang tidak saya dekati. Buku dan buku menjadi alasan duduk yang paling menyenangkan bagi saya. Sampai disini apakah itu salah?
Guru, PNS, pedagang, maupun mahasiswa memiliki area hidup yang unik. Kita akan membicarakan gaji, kenaikan pangkat, dan murid-murid jika berdekatan dengan guru. Mereka mengeluh tentang pendapatan yang tidak seberapa dan tanggungjawab yang luar biasa. Murid membuat ulah yang memalukan sekolah. Semua hal di sekolah dibicarakan panjang lebar penuh dengan emosi. Sesekali kami membicarakan tas keluaran terbaru, make up yang cocok di wajah, khimar ala artis hingga sepatu. Kami memasuki kelas pada jam yang diberikan kepala sekolah. Beberapa guru mata pelajaran UN bisa panik dengan persiapan ujian yang tinggal 1 bulan lagi. 

Ende adalah sebuah kabupaten besar yang tergolong ramai dan berkembang dengan pesat. Saya berkenalan dengan PNS dari beberapa instansi berbeda. Kami mendiskusikan perkembangan daerah, peluang membangun wilayah ini, dan karakter masyarakat. Mereka lebih terbuka dan fair membicarakan diri (orang Ende-Lio) mereka. Saya melihat, diskusi dengan mereka lebih mengena dan bertanggungjawab karena mereka mewakili instansi yang dibawa. Tinggal memilih instansi mana dan kita kan mendapatkan akses untuk belajar. 

Lain guru, lain PNS. Lain pula pedagang atau pengusaha. Dengan mengedepankan kualitas, harga menjadi urusan kedua. Kekayaan tenun di Ende dan budaya yang dimilikinya menjadikan bisnis dan pariwisata merupakan peluang yang menjanjikan. Inilah yang dikejar pengusaha dibidang kerajinan dan oleh-oleh. Apabila menyasar keuntungan, kita harus pandai pula melihat dimana pusat uang. Artinya langsung membidik wisatawan dengan menawarkan barang-barang baik dan eksklusif. Turis domestik dan mancanegara yang mengunjungi Kelimutu pasti singgah di Ende dan berkeliling di sekitar pusat kota. Terkadang mereka tinggal di Ende untuk beberapa hari dan mengunjungi perkampungan dan pesta atau ritual adat. 

Ada banyak orang dan bidang pekerjaan yang digeluti masyarakat Ende. Bagaimana karakter mahasiswa, pemuda, anak sekolah, masyarakat umum? Sebagian dari mereka menunjukkan diri mereka dengan jujur bahkan sejak pertama kali berjumpa orang baru. Mereka terbuka kepada pendatang. Bergaul dengan orang yang berbeda-beda merupakan kekayaan yang sangat berharga selama di Ende. Tidak hanya sekolah dan murid. Kami bisa membicarakan sosiologi, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya. Bukankah ini kesempatan emas untuk belajar dan berkembang?

Maka kunjungi Ende dan rasakan bagaimana rupa-rupa orangnya menyapamu! See you later.

April, 11th 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...