Di
sekolah saya yang lama, kewajiban guru BK untuk hadri setiap hari sangat
ditekankan. Tidak ada jatah free untuk guru baru. Bahkan yang lebih senior
hanya mendapat jatah free setengah hari dalam 6 hari kerja. Apabila jumlah guru
BK mencukupi untuk dibagi shift masuk maka peluang memperoleh free day semakin
besar.
Pekerjaan
sehari-hari cukup santai, menurut saya. Meskipun banyak sekali hal yang
sebenarnya bisa dikerjakan. Tetapi target sekolah tidak muluk-muluk membuat
kami sering bingung. Berkali-kali mengajukan proposal kegiatan, pihak yayasan
selalu menolak. Alasannya bermacam-macam seperti dana, waktu, kendala teknis
atau kesesuaian isi kegiatan. Kami mengisi hari efektid dengan mengumpulkan ide
kegiatan sebanyak-banyaknya.
Bosan?
Pasti. lelahnya sebanding dengan guru lain yang mengajar di kelas. Teman saya
mengeluh tetapi mengerti alasan kehadiran kami. Sesenggang appaun waktu kami di
seklah, kami harus siaga setiap saat. Fungsi pendampingan terhadap murid yang
tiba-tiba bermasalah merupakan tanggungjawab kami. Beberapa siswa datang dan
sekadar bercerita tentang guru yang membosankan. Ada pula yang hanya mampir
untuk menyapa atau membolos dari pelajaran tertentu. Satu hal yang ditekankan
yaitu “kami harus ada dan tetap hadir”.
Dalam
kehadiran kita di sekolah setiap harinya, selalu ada sapa dengan murid. Pukul 6
pagi kami mulai mengenali si tukang dandan, si rajin, putri terlambat dan
julukan aneh lainnya. Murid SMK pandai bersilat lidah. Mereka yang terlambat
terus memohon dibukakan pintu gerbang. Kami tidak menemukan kejadian lucu
tersebut jika masuk beberapa hari saja. Maka kami hadir setiap hari untuk
membersamai mereka.
Apakah
kita masih bertanya untuk apa hadir setiap hari? Kami memang tidak banyak
melakukan hal-hal besar. Ide-ide kami terhalang perijinan dan berakhir di atas
meja Kepala Sekolah. Semua hal yang kami lakukan sifatnya sebatas membantu.
Kami tumbuh dan berkembang bersama mereka. Saling tahu kalau juara kelas XI AP
seringkali mengenakan soft lens. Saya tahu kemarin pagi si A diantar pacarnya
yang kuliah di kampus XX. Begitulah kami mengenal murid kami yang super unik.
Keakraban
dengan murid bisa dilanjut ke jejaring sosial media, BBM. Mereka ABG labil yang
ekspresif. Sama-sama saling komentar status dan menyemangati. Ada juga murid
yang meminta kopdar di luar sekolah. Alumni yang memiliki kontak BBM saya pun
masih sering menyapa dengan panggilan “Ibu baru”. Kesemuanya itu adalah dampak
dari kehadiran baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Lambat
laun mereka percaya kalau kita ada untuk mereka. Meskipun butuh proses yang
tidak sebentar. Kami harus mencitrakan diri secara positif dan terbuka terhadap
mereka. Mau tidak mau mereka mengenal kita dan sebaliknya.
Di
tempat yang jauh dari murid bergincu, saya semakin sadar untuk senantiasa
hadir. Tidak peduli betapa kosongnya hari karena jam masuk kelas hanya 4 jam
pelajaran per minggunya. Tidak peduli berapa lama dan lelahnya jarak tempuh
yang harus dilalui setiap harinya. Jika setiap hari saya bisa melihat mereka
belajar bersikap, apapun untuk mereka. Karena sungguh kehadiran saya tidak
pernah sia-sia. Mereka belajar, begitupun saya.
Nangapanda,
February 24th 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar