5.07
pm
March,
3rd 2016
Tiga
lelaki melayangkan tendangan kesana kemari di tengah hujan. Tumpahan laut entah
berwarna abu-abu atau masih tetap biru. Yang pasti mereka merapat ke bibir
pantai dengan disertai tekanan angin yang lebih kencang. Ah. Rupanya hujan
menghentikan tendangan segerombolan lelaki itu. Dermaga basah. Kapal yang
tengah bersandar tetap diam. Lebih banyak air turun. Lebih banyak yang senang.
Hujan adalah berkah. Mikail turun dan menyampaikan rezeki.
Segera
jala ditebar dengan sampan sederhana. Derasnya segera mereda. Suasana mendadak
tidak bising oleh rintik yang menghujam. Angin lebih bersahabat dan ombak telah
kembali menjadi himne abadi. Anak-anak kembali berlarian di pantai. Sementara
badan kapal dimuati lagi dengan kendaraan, barang-barang dan awak kapal. Kapan
kapal meninggalkan dermaga? Peluit panjang akan berbunyi sebgaai tanda bahwa
jangkar telah diangkat.
Hujan
hanya sebentar mengguyur dermaga. Toh memang tidak selamanya hujan turun.
Sebagai kota di tepi pantai selatan Flores, jauh di selatan sana ada tempat
yang jauh lebih maju. Lebih bising dan lebih modern. Australia. Tentu jaraknya
amat jauh dari dermaga ini. Bahkan orang-orang pun tidak peduli ada apa disana.
Kesibukan dermaga, terminal, bandara terasa sibuk ala kadarnya. Semua berangkat
dan pergi membawa urusan masing-masing.
Tengoklah
mereka yang berlalu lalang di pelabuhan. Hidup yang sibuk dari satu dermaga ke
dermaga berikutnya. Pun dengan mereka yang menebar jala di perairan dalam itu.
Semua orang bekerja keras. Mereka memiliki harapan ini dan itu. Semua orang
memang harus bekerja keras demi sesuatu. Hujan adalah harapan bagi mereka.
Benderang adalah harapan yang lain.
Matahari
tinggal sejengkal di sebelah barat. Dermaga terlihst sibuk dijadikan tontonan.
Banyak hal telah nampak bersiap menyambut malam. Esok akan menyajikan ujian
kerja yang lebih menantang. Seperti kapal yang bersiap menantang ombak mungkin
juga hujan akan menantang di siang bolong.
Hei,
matahari benar-benar nyaris tenggelam. Sedangkan kaki ini enggan melangkah
barang sejengkal. Apakah tidak ada penangguhan? Aku masih ingin hujan disini
tetapi aku juga ingin segera bertemu dengan Nya. Ombak terdengar mengusir,
mengingatkan waktu sudah habis.
Dalam
hidup, seringkali kita menjumpai hal-hal yang membuat kita harus beranjak. Aku
menyukai duduk di sini tetapi bertemu dengan Nya pun bukan hal yang tidak
kusenangi. Dermaga ini seolah menjadi hak. Kemudian aku sadar bahwa sesuatu
yang memang milik kita tidak akan jatuh ke tangan siapapun juga. Maka
pembatasan hak adalah kebijaksanaan. Kita selalu berharap hak kita cukup.
Tuhanpun memberikan sesuatu yang cukup.
Aku
akan beranjak dalam hitungan menit. Segala sesuatu mesti sesuai dengan
kadarnya. Hakku telah di penuhi. Maka han Nya akan segera kupenuhi. Aku dan
dermaag hujan telah bercengkrama. Kami melihat dan merasakan banyak hal. Senja
ini bukankah sesuatu yang harus disyukuri.
Terimakasih
sudah memberikan tempat.
6.05
pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar