Senin, 22 September 2014

Marshmallow



Pernahkah kamu ingin melakukan sesuatu yang sangat biasa tapi tidak biasa kamu lakukan? Misalnya kamu seorang eksekutif kemudian ingin menaiki odong-odong yang berlampu kerlap-kerlip di alun-alun kota. Atau kamu seorang paling berpengaruh dalam organisasi, kantor, lembaga atau institusi kemudian ingin membeli pecel di pinggir jalan. Sesuatu yang sangat tidak biasa dilakukan memang aneh dan menggelikan. Selama itu wajar dan manusiawi kenapa tidak kamu lakukan? 

Tadi sore ada tontonan dangdut di televisi yang disiarkan oleh salah satu channel dalam negeri di rumah saudara saya. Melihat penonton yang berjubel di lapangan saya merasa menarik untuk berada diantara mereka dan melakukan analisis sosial. Ingin sekali menanyakan alasan mereka suka dangdut, artis favorit, perkembangan dangdut masa kini atau asyik bergabung dalam jogetan amatir penonton gelap. Memang sangat biasa bagi sebagian orang tetapi sangat tidak biasa dalam kamus hidup saya. Hmm, saya menonton konser terakhir kali ketika selesai tes masuk perguruan tinggi. Malam itu hujan sempat mengguyur dan membuat becek lapangan tempat konser. Penonton tetap antusias meski belepotan terkena lumpur lapangan. Sayangnya itu bukan konser dangdut melainkan konser musik pop yang biasa di gelar oleh televisi swasta di berbagai kota.
  
Dangdut musik rakyat katanya. Dangdut memiliki cita rasa yang khas bagi pemusik dan pencinta seni. Bagi banyak orang dangdut kuno dan tidak elegan. Saya respect dengan penyanyi dangdut yang selalu bernyanyi live tanpa lipsync seperti biasa terjadi di beberapa acara musik. Mereka sama totalitasnya dengan penyanyi yang memadu padankan lagu dengan dancing yang memukau. Coba bayangkan bagaimana menyanyi dengan diiringi gerak seluruh badan yang energik? Lelah? Pasti. Tidak semua artis yang mampu menyanyi sekaligus dance di atas panggung. Penyanyi dangdut pun demikian. Mereka menyanyi dalam durasi yang lama sambil berjoget dengan style masing-masing. 

Lirik lagu dangdut yang saya kenal cukup beragam mulai dari persoalan cinta, pekerjaan, hingga agama. Setiap lagu di kemas dalam nuansa yang ceria walau isinya patah hati atau penderitaan hidup. Nyawa setiap lagunya selalu membuat diri senang atau menghibur sehingga tidak terlalu berat untuk didengarkan meski kita sedang kalut.  
Saya bukan penggemar dangdut. Dari kesenian yang asli Indonesia tersebut saya mencoba menelaah bagian positif darinya. Belajar dari dangdutlah dalam hal kesemangatan dan keceriaan karena setiap lagunya dipenuhi tepukan kendang yang penuh power. Belajar dari dangdutlah dalam hal kejujuran dan profesionalisme karena dari penyanyi dangdut kita diajari untuk jujur dan profesional dalam pekerjaan. Mereka jujur dengan suara mereka yang terdengar false karena harus bergoyang ke seluruh penjuru panggung sepanjang lagu diperdengarkan. Mereka tahu bagaimana memuaskan penonton sehingga mereka tidak mengandalkan suara tetapi juga goyangan. Belajar dari dangdutlah dalam menginternalisasi sisi relijiusitas karena mereka tetap menghadirkan Tuhan dalam lagu mereka. Sederhana memang, menyebutkan Tuhan atau sekadar merapalkan doa-doa dalam lagu. Namun begitulah cara kita menghadirkan Tuhan dalam aktivitas kita.

@Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...