Jumat, 12 September 2014

Kemampuan Melihat Realitas


Pernahkan Anda merenungkan bahwa hidup ternyata sudah terlampaui dalam hitungan lebih dari dua puluh kali putaran bumi ke matahari? Kakak perempuan saya sudah menapaki angka 29 tahun, Ayah saya bahkan sudah melebihi ahgka 60 tahun. Semakin bertambah umur seseorang, semakin dewasa dan bijak perangainya. Itu hukum logis dan umum yang berlaku. Apakah hukum tersebut berlaku dalam diri kita? Mari tanyakan pada nurani kita masing-masing.
Salah satu kemampuan orang sehat mental yang disampaikan oleh Kilander dkk dalam Wiramihardja [2007] yaitu kemampuan melihat realitas. Jika Anda saat ini berumur 30 tahun, sudah banyak sekali pengalaman yang telah Anda dapatkan selama hidup. Pengalaman tersebut misalnya mencari ilmu dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, bekerja di awal masa dewasa, memilih berkeluarga, memiliki anak, bermasayarakat dan sebagainya. Pengalaman tersebut mengajarkan berbagai hal yang tanpa kita sadari membekali diri kita dengan kemampuan melihat realitas. Pada waktu mendaftar perguruan tinggi kita mendapati jurusan yang puluhan jumlahnya dalam satu universitas. Jumlah pendaftar pun mencapai angka puluhan ribu pendaftar. Padahal pendaftar yang diterima pada satu jurusan berkisar antara 100 hingga 200 mahasiswa. Realitas yang ada kita mendaftar satu jurusan di perguruan tinggi, mengikuti seleksi, dan menunggu pengumuman penerimaan. Konsekuensinya ada dua yaitu diterima atau ditolak. Kita mendapatkan banyak realitas dari satu peristiwa hidup dan belajar dari peristiwa tersebut. Bagaimana pengalaman Anda dalam memasuki dunia kuliah, menarikkah?
Kemampuan melihat realitas memiliki ciri yang nampak sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan kita saat ini. Ciri tersebut yaitu:
- Menghadapi masalah dan menanganinya begitu masalah muncul, tidak menunda-nunda tugas atau masalah.
Setiap hari kita menemui berbagai persoalan yang berdatangan silih berganti. Seorang ibu rumah tangga yang menyelesaikan kegiatan memasak di pagi hari akan disambut dengan cucian kotor di bak cuci, lantai yang belum di sapu atau anak yang harus dijemput dari sekolah. Orang yang memiliki kemampuan melihat realitas akan mengerjakan sesuatu yang ada dihadapannya tanpa menunda-nundanya. Jika terjadi masalah misalnya pipa air macet, Ibu rumah tangga akan segera memanggil tukang ledeng untuk memperbaikinya. 
- Menerima responsibilitas, bertanggungjawab terhadap resiko yang diterima dari keputusan sendiri.
Resiko terhadap satu pilihan pasti ada dan kita tidak dapat memilih konsekuensi atau resiko yang akan kita tanggung dari suatu keputusan. Kita memilih untuk bekerja dibidang perdagangan maka kita tidak bisa meminta penghasilan yang pasti setiap bulan atau kestabilan yang terus terjaga. Ada saat dimana kita bertemu dengan pelanggan yang nakal, omset yang menurun, suku bunga bank yang tinggi, dan sebagainya. Resiko tersebut ada dan kita harus siap dengan hal itu.   
- Mengatur hubungan atau membangun lingkungan sepanjang dimungkinkan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lingkungan sekarang sangat fluktuatif dalam masyarakat modern yang semakin beragam sifatnya. Nilai yang tidak sesuai menuntut kita untuk menyesuaikan diri dengan nilai tersebut (autoplastis) atau mengubahnya dengan nilai kita (aloplastis). Hal ini berkaitan dengan adaptasi yang kita lakukan dalam lingkungan masyarakat.
- Merencanakan masa depan, tidak takut masa depan, tidak takut menghadapi hambatan atau kesulitan.
Optimisme berkembang baik dalam orang-orang yang sehat mentalnya. Mereka dapat berpikir positif tentang masa depan yang akan dijalaninya dan terus berusaha mewujudkan masa depan yang terbaik.
- Terbuka terhadap pengalaman dan ide baru.
Mereka yang mampu melihat realitas merasa tertantang untuk melakukan sesuatu hal yang baru dan menemukan pengalaman baru darinya. Hal ini kental ditemukan pada anak muda yang tengah mencari pekerjaan yang cocok untuk dirinya. Mereka tertantang untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan yang menarik bagi mereka.
- Menggunakan kapasitas alamiahnya dan mengembangkan kapasitas tersebut.
Kompetensi yang dimiliki seseorang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan di kantor atau tempat kerja. Hal itu dapat berupa sikap teliti, pekerja keras, rasa ingin tahu dll yang dimiliki secara personal oleh seseorang. Orang yang sehat mentalnya akan menggunakan kapasitas alamiahnya untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Mereka pun mengembangkan kapasitas tersebut dalam pelatihan, seminar, atau upgrading.
- Membangun tujuan yang realistis.
Setiap orang memiliki cita-cita besar dalam hidupnya misalnya Joko ingin menjadi CEO di perusahaan keluarganya, Arini ingin menjadi designer kelas dunia atau Toni ingin menjadi pebalap internasional seperti Rossi. Pendewasaan seseorang akan menyadarkan mereka pada tujuan hidup yang realistis, selaras dengan keadaan. Arini yang berasal dari keluarga menengah ke bawa memutuskan untuk menjadi tukang jahit profesional, Joko yang kemampuan managerialnya minim memutuskan untuk menekuni sekolah musiknya dan menyerahkan kepemimpinan perusahaan kepada adiknya. Membangun tujuan yang realistis bukan berarti kita pesimis dalam menjalani hidup. Sama sekali bukan. Tujuan realistis menyadarkan kita untuk melihat segala sesuatu dengan melihat kondisi di sekitar kita.
- Mampu untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan membuat keputusan sendiri.
Kita memikirkan tentang pekerjaan apa yang paling cocok, memilih model rumah yang nyaman, membeli pakaian untuk ke pesta dll dengan pertimbangan sendiri. Hal yang bersifat pribadi dapat dipikirkan sendiri dan tidak merepotkan orang lain dalam memutuskannya.
- Melakukan upaya sebaik-baiknya dan menerima atau puas terhadap pencapaian atas keputusan yang telah diambilnya.
Target yang tinggi memaksa kita untuk berusaha ekstra keras mewujudkannya. Kita harus melakukan berbagai hal agar cita-cita yang sudah didambakan sejak lama dapat teraih. Kita sehat jika kita dapat menerima atau setidaknya puas terhadap capaian yang sudah kita usahakan. Menyenangkan bukan mendapatkan IPK cumlaude daripada menggerutu karena kuliah santai sekali, bimbingan skripsi sulit atau pekerjaan paruh waktu yang melelahkan.

Orang yang tidak mampu melihat realitas, dalam pandangan Freud disebut defends mechanism. Hal ini sifatnya alamiah karena individu berusaha untuk mempertahankan diri dari ancaman realitas yang tidak mampu ia tanggulangi. Jenis dari defends mechanisme tersebut yaitu:
       denial (penyangkalan)
mereka menolak, melupakan atau melakukan tindakan lain yang beretntangan dengan realitas yang tidak menyenangkannya.
       fantasi
realitas yang tidak menyenangkan dibayangkan sebagai sesuatu yang menyenangkan.
       projection
menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan yang tidak menyenangkan dalam dirinya kepada pihak lain atau hal lain.
       kompensasi
melakukan tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikan kekurangan yang dirasakan.

Kemampuan melihat realitas tidak serta merta tumbuh dalam diri seseorang. Kemampuan ini dapat dilatih dan diperoleh dari berbagai pengalaman belajar. Keterbukaan diri akan membantu kita dalam menerima kemampuan tersebut dari lingkungan luar.

Bacaan:
Wiramihardja, 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama

@cilacap  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...