Jumat, 06 September 2013

Pemahaman dalam Pendidikan


Pemahaman erat kaitannya dengan fungsi kognisi yang dimiliki oleh seseorang. Siswa dikatakan paham apabila telah melalui proses berpikir yang didalamnya terdapat proses mengolah konsep kemudian proposisi, dan kesan mental yang membentuk skema kognitif (Wade dan Tavris; 2007).

Dalam kamus psikologi ada beberapa istilah yang dapat dikaitkan dengan pemahaman seseorang. Ada dua kata yang membantu kita untuk menelaah pemahaman sebagai suatu proses. Kata yang pertama yaitu understanding (pengertian) yang memiliki beberapa arti; 1. proses memahami arti, 2. dalam penelitian sejarah perupakan keampuan individu untuk memahami arti, 3. simpati: perasaan suka terhadap titik pandangan orang lain. Kata yang kedua yaitu cognition (kognisi, pengenalan, pengertian)  yang berarti satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan. termasuk didalamnya ialah mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, berpikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai.

Understanding dapat diartikan sebagai (pengertian), kognisi, dan berpikir yang disampaikan ahli memberikan masukan bagi peneliti untuk menyimpulkan bahwa pemahaman merupakan serangkaian proses yang terdiri dari mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, memperkirakan, berpikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai suatu hal.

Menurut Feldman (2012:299) berpikir merupakan manipulasi dari representasi mental suatu informasi. Feldman menambahkan bahwa dengan berpikir, kita dapat mengubah representasi yang kita dapatkan menjadi modal bagi kita untuk menyelesaikan suatu masalah.

Berdasarkan pengertian penulis tentang pemahaman terdapat rangkain proses meliputi mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, memperkirakan, berpikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai suatu hal. Siswa dikatakan paham apabila mampu melalui tahapan itu dengan baik misalnya siswa dapat memperkirakan hasil ulangan di kelas matematika ketika sebelumnya belajar maksimal. Contoh lain dalam kaitannya dengan studi lanjut, siswa dapat memperkirakan jenjang studi selanjutnya setelah lulus dengan memperhatikan hasil belajar, kondisi keuangan keluarga dan potensi diri.

Dalam pendidikan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kegiatan belajar mengajar. Scriven (1967) dalam Arikunto (2012:127) menyebutkan tiga hubungan yang harus ada dalam pembelajaran yaitu 1. tujuan kurikulum dengan bahan pelajaran, 2. bahan pelajaran dengan alat-alat evaluasi, dan 3. tujuan kurikulum dengan alat-alat evaluasi. Arikunto (2012:128) menyatakan bahwa keberhasilan dari tujuan pendidikan yang berwujud tingkah laku merupakan definisi dari taksonomi dalam pendidikan. Tingkah laku yang dimaksud meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Tenaga pendidik mengenal taksonomi seperti yang disampaikan Bloom dan kawan-kawan pada 1956. Konsep ini membagi tingkatan perilaku berpikir kedalam enam tahap yaitu knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Hingga tahun 2001, Krathwohl menyempurnakan konsep taksonomi tersebut. Taksonomi yang disempurnakan oleh Krahtwohl disebut Revisi Taksonomi Bloom. Krathwohl merevisi beberapa bagian dari taksonomi bloom yang pertama menjadi remembering, understand, apply, analyze, evaluate, dan create.
Dalam revisi taksonomi Bloom, pemahaman termasuk tingkatan berpikir kedua siswa setelah tahap mengingat (remember). Taksonomi Bloom Revisi terinci dalam enam tahapan yaitu:
1)    Remembering
meliputi recognizing (mengenal) dan recalling (mengingat kembali).
2)    Understand
meliputi interpreting (menafsirkan), exemplifying (memberi contoh), classifying (mengelompokkan), infering (menarik inferi), comparing (membandingkan), explaning (menjelaskan), dan summarizing (merangkum).
3)    Apply
meliputi executing (menjalankan) dan implementing (mengimplementasikan)
4)    Analyze
meliputi differentiating (menguraikan), organizing (mengorganisasikan), dan atributing (menemukan makna tersirat).
5)    Evaluate
meliputi checking (memeriksa) dan critiquing (mengkritik)
6)    Create
meliputi generating (merumuskan), planning (merencanakan), dan producing (memproduksi)

Fase pemahaman diartikan Daryanto (2008:106) sebagai fase yang perlu mendapatkan penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami isi yang disampaikan oleh guru dan mengkomunikasikannya dengan baik. Daryanto (2008:106) menyebutkan ada tiga kemampuan pemahaman yang dapat dikembangkan dalam diri siswa yaitu 1. menerjemahkan (translation), 2. menginterpretasi (interpretation), dan 3. mengektrapolasi (extrapolation).

Kemampuan menerjemahkan  (translation) merupakan kemampuan untuk mengubah konsep abstrak menjadi konsep yang lebih nyata berupa simbol yang mudah dipahami orang lain. Kata kerja operasional yang digunakan dalam kemampuan menerjemahkan yaitu menerjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, dan sebagainya. 

Kemampuan interpretasi (interpretation) lebih dari sekadar kemampuan menerjemahkan. Kemampuan interpretasi membantu siswa dalam menafsirkan suatu persoalan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa. Kemampuan ini didapatka dari latihan yang cukup dengan guru sebagai fasilitatornya.

Kemampuan ekstrapolasi (extrapolation) menuntut kemampuan yang lebih tinggi dari siswa. Selain menafsirkan, siswa dituntut untuk menemukan solusi atas persoalan yang diajukan. Misalkan ada soal matematika 2-4-6-8-..-... maka siswa harus mengisi titik-titik tersebut dengan kemampuan ekstrapolasinya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan yaitu memperhitungkan, menduga, membedakan, mengisi, menentukan, meramalkan, memperkirakan, dan menarik kesimpulan.

Pemahaman tidak dapat terpisah dari bagian lain dalam taksonomi Bloom sehingga mendukung bagian lain dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam meningkatkan pemahaman siswa yaitu memfasilitasi proses belajar siswa dengan perlakuan yang tepat. Perlakuan yang diberikan guru kepada siswa tentunya berbeda antara siswa yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini didasarkan pada gaya belajar siswa, potensi yang dimiliki. Pada akhirnya, peran guru begitu besar dalam hal pendampingan pembelajaran di sekolah. Sudah selayaknya setiap guru mengupgrade kompetensi diri agar mampu memenuhi tuntutan perkembangan jaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...