Selasa, 24 September 2013

Yogyakarta II

-Agenda Perempuan-

Disambut Presiden Mahasiswa UNY di Student Center dengan wajah bersemangat memberikan energi positif. Ramahnya pelayan mahasiswa kemudian membawa saya masuk ke markas BEM KM UNY yang sederhana. Ruang itu terdiri dari dua lokal ruang berukuran 5x5 meter mungkin. Berisikan lemari, komputer, inventaris BEM, loker, TV dan beberapa barang. Nuansanya cukup aktivis untuk saya yang memiliki ruang BEM begitu megah tetapi kurang nendang untuk ukuran aktivis. Whatever, pagi itu saya bertemu Korpus FP BEM SI. Panggil saja Fauziyah. Kami akan mengikuti agenda Forum Perempuan dari teman-teman UNY.

Seminar Nasional yang membahas perempuan menghadirkan Ketua KPU 2004 sekaligus dosen FISIP UI dan Pembina Forum Indonesia Muda (FIM) sebagai pembicara. Sepanjang pemateri pertama berbicara, seluruh peserta antusias mengikutinya. Pembahasan bu Chusnul Mar'iyah seputar partisipasi politik perempuan, pengalaman beliau selama mengawal KPU Pusat dan kondisi masyarakat Indonesia kekinian. Pembicara kedua lebih menekankan pada pendidikan perempuan dan parenting. Membahas soal keperempuanan dan problematikanya di masyarakat.

Dari seminar tersebut ada banyak hal yang dapat diambil pelajaran terutama pandangan dan sikap perempuan terhadap eksistensinya di masyarakat. Yang pertama, perempuan memiliki daya saing untuk dapat berkarya seperti laki-laki. Memang tidak dapat disamakan antara porsi laki-laki dan perempuan. Namun sektor eksistensi perempuan dapat diupayakan misal dalam bidang partisipasi politik. Kedua, pandangan negatif yang diskriminatif terhadap perempuan dalam masyarakat mesti dihilangkan. Misalkan anggapan bahwa perempuan tidak bisa memimpin, pandangan yang menyingkirkan perempuan dari pekerjaan publik karena sudah memiliki tanggungjawab domestik, atau keterwakilan perempuan dalam legislatif. Ketiga, perempuan memiliki harga yang pantas untuk diperjuangkan karena mereka memiliki kecerdasan, kemauan keras untuk belajar, loyalitas, dan kemampuan.

Selepas seminar, kami diberikan kesempatan untuk berbincang santai dengan kedua pembicara di ruang transit. Beliau cukup ramah dengan keberadaan kami saat itu padahal suasananya sudah siang dan melelahkan. Perbincangan itu masih seputar sosial politik negeri ini. Dalam ruang transit ada dua orang teman dari STEI SEBI, panitia dari UNY, saya dan rekan saya dari Unnes, dan dua orang dari ITS. Niat awal dari forum tidak resmi itu adalah diskusi tetapi berkembang menjadi tanya jawab yang lebih banyak mendengarkan beliau berdua daripada komunikasi dua arah. Menariknya adalah kami bisa belajar mendengarkan praktisi tersebut dengan baik. Pengalaman ibu-ibu dengan segala tantangannya di lininya masing-masing memberikan kami wawasan dalam menyikapi suatu isu atau persoalan di masyarakat.

Ketika jam keberangkatan kereta bu Chusnul sudah tiba, beliau pamit dan meninggalkan kami yang tercerahkan oleh diskusi tadi. Langsunglah kami melepas nafas karena sempat heboh perdebatan soal Jokowi dalam forum. Makan menjadi pilihan pertama dan utama karena itu sudah terlambat untuk disebut makan siang. Jam 3 sore. Hidangan yang tersaji di meja dilahap dengan antusias oleh teman-teman. Usai makan, kami shalat ashar di Masjid Kampus yang terletak didekat Student Center.

Awalnya, agenda selanjutnya diskusi dengan Korpus BEM SI. Berhubung komunikasinya kurang berjalan baik, akhirnya teman-teman memutuskan untuk diskusi bebas dengan teman-teman UNY, sharing kondisi BEM kekinian dan tukar pengalaman. 

Ba'da maghrib, city tour ke Malioboro dan alun-alun kidul. Sebenarnya saya sudah berkali-kali ke Yogya dan menikmati jalanan malioboro yang tidak pernah sepi. Fauziyah mengajak kami kesana karena dia memang ingin membeli sesuatu disana. Rombongan pecah jadi tiga bagian. Saya dan Irma tercetus ide untuk membeli es krim di mall kawasan itu. Berbincang banyak dengan dara Ciamis ini cukup menyenangkan. Saya mendengar banyak cerita darinya soal internal BEM UNY. Diapun saya curhati banyak cerita yang saya punya. Waktu jugalah yang memaksa cerita dan es krim itu berakhir. Bapak-bapak [Iman dan Bahtiar] sudah menanti di armada.

Melanjutkan city tour dengan rehat di sebuah angkringan. Mungkin bukan angkringan yang biasa dipinggir jalan itu ya. Disebut pujasera pun lebih mirip tempat nongkrong anak muda dan tempat makan+ngopi. Okeh. Begitulah keadaannya. Penjual menghidangkan makanannya dimeja dan ada banyak sekali pilihan untuk diambil. Saya sampai bolak-balik untuk melihat makanan apa yang cocok dan enak kiranya disantap malam-malam. Bapak-bapak hanya memesan teh poci. Sayapun penasaran, kenapa disebut teh poci? Ternyata alasannnya pun karena dituang dari poci kecil yang terbuat dari seng dan berukuran kecil. Teh poci menggunakan gula batu yang letakkan digelas kecil pula. Saya menikmati proses menuang teh dari poci dan mengaduk-aduk gula didalam gelas. Walau hanya sekadar melihat, terlihat begitu klasik. Indah.

Tidak puas hanya makan dan menyusuri Malioboro, kami melenggang ke alun-alun untuk mencoba naik odong-odong. Cerita odong-odong muncul ketika Respati [STEI SEBI] dan Titik [UPI] menceritakan pengalaman naik odong-odong mereka bersama Iman dan Indra. Sampai saya dipameri gambar mereka saat menaiki odong-odong. Sebenarnya dalam momen itu ingin sekali berdiskusi dengan Indra [presiden mahasiswa STMIK Amikom]. Berhubung saya terlalu asik dengan odong-odong yang beraneka rupa dan warna akhirnya diskusi malam itu gagal. Seharusnya sedih tapi lain kali kan masih bisa. Semoga.

Puas mengitari alun-alun tiga kali putaran, bapak-bapak mengingatkan kami untuk segera berangkat ke terminal mengantar Fauziyah dan Aida kembali ke Surabaya. Teman kami dari ITS harus pulang malam itu juga karena akan menghadiri wisuda rekan dan wisuda diri sendiri. Terimakasih Fau dan Aida atas kebersamaannya. Semoga wisudanya sukses ya dan ilmunya dapat membawa keberkahan untuk banyak orang. Aamiin

Malam itu, saya menghabiskan malam lagi di Yogya. Dengan pengalaman mendapatkan semakin banyak ilmu, berdiskusi, dan bermain-main rasanya lelah badan tidak bisa dihindari. Bersyukur sekali diberikan kesempatan oleh Allah untuk belajar dibanyak tempat, bersama dengan manusia-manusia luar biasa keren. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...