-dalam hitungan 7-
Kemarin meninggalkan Semarang dalam senja yang
memerah di ufuk barat. Ditemani beberapa janji pertemuan yang direncanakan
jauh-jauh hari. Perjalanan ini seperti sudah lama tidak dilakoni. Dibelakang
saya duduk seorang adik angkatan yang baru dikenal lewat handphone 2 hari yang
lalu. Panggil saja Farida, mahasiswi Fakultas Teknik. Kami menuju kota gudeg,
Yogyakarta dalam suasana hati masing-masing. Saya duduk disebelah bapak yang
kelihatannya sholeh dan beliau turun di Magelang. Jarak yang cukup dekat dengan
Yogya karena sudah menempuh separuh perjalanan. Mata saya terpejam beberapa
menit, sempat terbangun di Pringsurat, Temanggung kemudian mengingatkan saya
pada seorang teman jauh yang kampungnya disana. Sebuah pesan singkat saya kirim
"Temanggung hutan semua". Wilayahnya memang kebetulan banyak dijumpai
pepohonan yang cukup rindang dengan penerangang secukupnya. Sesampainya di
Magelang, sang bapak turun dan saya makan sepotong sandwich karena ingin makan
sesuatu.
Yogya menyambut ketika jarum di arloji menunjuk
angka 8. Nuansa kental orang Jawa mulai terasa saat kondektur berteriak daerah
Yogya yang dilewati. Saya turun di Jombor dan langsung menuju Trans Jogja untuk
mengantarkan adik saya ke UNY. Sepanjang jalan, ada sentra lampion begitu
menggoda untuk dipandangi. Hanya saja tak berkesempatan dan tidak berpikir
untuk mengunjunginya. Sembari menunggu jemputan, saya menemani adik saya
menanti temannya datang menjemput. [sama-sama menunggu pada hakikatnya].
Saya dijemput kawan lama di UNY. Kawan lama
yang sudah tujuh tahun tidak nampak fisiknya dalam hidup saya. Tujuh tahun
tidak membuatnya berbeda sama sekali. Dia masih kurus, wajahnya masih sama
seperti dulu saat mengenakan rok biru tua dan menggerai rambut sebahunya. Malam
itu, dia berkerudung. Entah sejak kapan dia mulai mengenakan kerudung.
Alhamdulillah. Ada perubahan baik. Meski beberapa waktu terakhir kontak via
dunia maya. Rasanya berbeda dengan jumpa langsung dengannya. Hendak tersenyum
rasanya sungkan. Menyapa pun sekadarnya. Ingin berteriak dan memeluk tetapi ada
kabut tipis yang menahan saya untuk melakukannya. Malam itu, kerinduan saya
terbayar. Aneh. Sangat aneh rasanya tidak bertemu dengannya selama tujuh tahun.
Putri sudah ambil profesi apoteker di UGM setelah menyelesaikan strata satu di
almamaternya. "Saya sangat rindu tulisan kamu Put, sangat ingin membaca
tulisan picisan kamu".
Malam pertama di Yogya bersama Putri akhirnya
dihabiskan dengan menyantap rawon. Aneh bukan? Putri bukan orang yang suka
makan diluar. Dia mengakuinya. Alhasil kami makan malam di sebuah warung
pinggir jalan di sekitaran UGM. Membicarakan banyak hal seputar kejadian selama
tujuh tahun masih terasa kaku. Disebelah kami, tiba-tiba datang teman
seangkatan Putri. Obrolan ringan itu terpaksa berakhir dengan datangnya Galang
didepan mata. Ada apa dia ke Yogya? Well, ada pelatihan kepemimpinan di UGM dan
beberapa adik angkatannya menjadi peserta. Okeh. Galang datang, Putri bertanya
"siapa?", "adik angkatan saya di kampus?". Putri puas?
tentu tidak. Hanya beberapa menit Galang mendatangi saya karena dia masih ada
janji dengan beberapa teman UGM. Alhamdulillah. Bisa ga sih diluar ketemunya
yang lain? [bosan tingkat nasional sama bujang yang satu ini. haha].
Kami meluncur ke kosan Putri setelah
menghabiskan rawon yang sudah dipesan. Sekarang dia suka membaca anime barat.
Saya tidak begitu paham tentang kartun barat. Intinya karakter kartun barat
yang menceritakan penyelidikan atau sebut saja fantasi. Mahasiswa pasca sarjana
membaca buku-buku fantasi? Ya. Putri masih membacanya. Semakin suka membaca
fiksi fantasi. Dindingnya dipenuhi hiasan kertas, di Jepang namanya origami.
Sejenis dengan origami mungkin atau papercraft atau yang seperti itu. Saat
temannya wisuda pun dia membuat bucket bunga dari kertas. Bunga yang bagus.
Saya melihat fotonya. Semakin malam pembicaraan berkembang dari hobi membaca,
kuliah, cinta, cita-cita,aktivitas sehari-hari, teman semasa sekolah dulu
hingga soal tulisan. Suasana menghangat. Banyak cerita tertuang. Putri, ada
yang berubah dan ada yang tetap seperti dulu. Saya meninggalkannya karena
tertidur ketika dia bermain game online.
Ngidam gudeg tercapai. Paginya Putri berhasil
membawa saya makan gudeg di tempat yang cukup kece. MMT di depannya berwarna
merah muda. Menggelikan. Untung saja model yang dipajang bukan laki-laki. Kami
memasuki kawasan parkir dan masuk kedalam untuk memesan gudeg. Eh. Sepi sekali
pagi itu. Padahal sudah pukul 7 dan seharusnya pelanggan antre. Mungkin memang
kami datang terlalu pagi sehingga masih sepi. Hanya kami yang memesan gudeng
karena pelanggan yang duduk diujung hampir selesai dengan pesanannya. Gudeng
tersaji didepan mata. Aiiiiih, enak sekali kelihatannya. Setelah dirasa dan
dinikmati sensasi rasanya masih bertahan dilidah. Enak. Kental. Lain kali saya
mau makan gudeg disitu lagi.
Putri harus ke Solo sorenya, sayapun ada agenda
di UNY pukul 10 pagi. Akhirnya dia mengantarkan saya ke Student Center UNY.
Sembari menunggu Iman, teman saya sekaligus presiden mahasiswa UNY kami
memarkir sepeda motor di depan SC persis. Tidak berselang lama Putri ijin ke
toilet. Saya tidak memperhatikan motornya kerena posisi duduk saya
membelakanginya. Sepeda motor Putri raib. Okeh. Tidak ada ditempatnya semula.
Dia mencari ke tempat parkir yang didepan SC. Tidak ada. Diparkir belakang
tidak ketemu. Iman datang. Mereka berdua mencari. Iman kebingungan. Putri
datang dari belakang. "Motornya dibelakang". Alhamdulillah. Iman
datang. Putri pamit. Tentu setelah mereka berkenalan satu sama lain.
Semalam bukan waktu yang cukup untuk mengetahui
apakah kamu baik-baik saja. Semalam juga tidak akan cukup untuk memberikan
kesempatan bagi kita untuk saling mengungkap kejadian selama tujuh tahun. Tapi
semalam saja cukup untuk membongkar kerinduan yang tertahan. Sekarang,
kerinduan akan dibangun kembali. Tidak ingin berlama-lama. Saya tidak ingin
menanti tujuh tahun lagi agar bisa bertemu kamu. Terimakasih sudah berkenan
jumpa walau sekejap. Terimakasih karena tidak berubah dalam beberapa hal.
Terimakasih masih menyisakan sepotong hati untuk saya, Terimakasih. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar