Saya membuka link tentang Jilboobs setelah teman saya di facebook memposting sebuah link berita online. Kemudian saya cek berita dan akun yang mengatasnamakan Jilboobs.
Hal
pertama yang saya pikirkan yaitu “Yang seperti ini ada banyak di sekitaran
kita. Bahkan tidak berada dalam satu komunitas rapi. Serius, hampir setiap hari
saya melihat yang seperti ini”. Beberapa postingan foto menampilkan perempuan
mengenakan kaos, kerudung dan skinny jeans ketat dengan pose yang aduhai. Saya
menyadari masih ada beberapa orang teman yang saya lihat mengenakan model
pakaian yang seperti itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa trend berhijab
begitu mudahnya disusupi oleh hal-hal yang tidak diajarkan Nabi saw sebelumnya?
Astaghfirullah..
Sebelum
menengok lebih jauh mengenai hukum yang membahas tentang hijab, saya ingin
memberikan istilah lain yang erat kaitannya dengan jilboobs.
Jilboobs merupakan salah satu komunitas
perempuan berkerudung yang ada di Indonesia. Jilboobs dapat diartikan dalam
bahasa sederhana menjadi jilbab dan boobs (payudara, aurat). Berdasarkan foto
yang diposting akun tersebut, model pakaian yang dikenakan perempuan tersebut
sangat ketat dan memperlihatkan lekuk tubuh. Hijab merupakan kain penutup yang menjadi istilah pertama kali saat
perintah tersebut diturunkan. Perintah berhijab memang turun secara bertahap.
Hijab pun dalam arti katanya merupakan kain penutup. Kalau kita cermati, yang
namanya kain penutup sekadar menutup saja. Sedangkan jilbab merupakan kain penutup dari kepala hingga kaki yang tidak
memperlihatkan bentuk tubuh, tidak tipis dan tidak transparan.
Perintah
berhijab diturunkan oleh Allah swt dalam Q.S Al Ahzab: 53,
“Wahai
orang-orang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah Nabi kecuali kalian
diijinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya),
tetapi jika kalian diundang maka masuklah dan jika kalian selesai makan,
keluarlah kalian tanpa asik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang
demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepada kalian (untuk menyuruh
kalian keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kalian
meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara mereka lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Dan tidak boleh
kalian menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak pula mengawini istri-istrinya
selama-lamanya sesudah beliau wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah sangat
besar dosanya disisi Allah”.
Selain
itu pada Al Ahzab: 59 lebih tegas diperintahkan perempuan untuk berhijab,
“Wahai
Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak perempuanmu dan istri orang-orang
mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal karena itu mereka tidak
diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Syarat
hijab dalam Fikih Wanita karya Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah,
1. Hijab harus menutupi seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, yang dikenakan ketika memberikan kesaksian dan shalat.
2. Hijab bukan dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya sehingga tidak boleh mencolok warnanya , atau kain yang penuh gambar dan hiasan.
3. Hijab harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur tubuh.
4. Hijab tidak memperlihatkan sedikitpun bagian kaki wanita.
5. Hijab yang dikenakan tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian tubuh atau perhiasan wanita dan tidak boleh menyerupai laki-laki.
1. Hijab harus menutupi seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan, yang dikenakan ketika memberikan kesaksian dan shalat.
2. Hijab bukan dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya sehingga tidak boleh mencolok warnanya , atau kain yang penuh gambar dan hiasan.
3. Hijab harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur tubuh.
4. Hijab tidak memperlihatkan sedikitpun bagian kaki wanita.
5. Hijab yang dikenakan tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian tubuh atau perhiasan wanita dan tidak boleh menyerupai laki-laki.
Naaah,
bagaimana dengan jilboobs? Dilihat dari penyebutannya saja tidak indah. Padahal
Allah menyukai keindahan pada diri umatnya. Maka, tentu jilboobs tidak datang
dari Allah.
Tepat
sekali statement yang diberikan oleh Hidayat N Wahid yang memandang “mereka
yang mengenakan jilboobs mungkin belum mengerti esensi berhijab. Wajar jika
terdapat miskonsepsi sehingga terjadi fenomena seperti itu. Mari kita beri
pengertian dan bimbing mereka ke arah yang lebih baik”.
Dalam
sebuah blog milik Fahd Pahdepi, “rasanya kurang tepat jika kita memandang mereka yang
sudah berniat menutup aurat kemudian mencela dan mencemooh ini dan itu. Dekati.
Ajarkan cara berjilbab yang benar”.
Saya
sepakat dengan keduanya. Memberikan penghargaan terhadap perempuan yang sudah
berniat untuk berhijab itu sangat penting. Pengakuan terhadap keberadaan (niat)
mereka sangat mereka butuhkan. Kita mungkin terburu-buru mencela mereka.
Padahal dari Abdullah bin Mas’ud ra dia menceritakan Rasulullah saw bersabda: “Mencela
orang muslim itu sebuah kefasikan, sedang membunuhnya merupakan suatu kekufuran”
(HR Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi).
Bukankah
menutup aib mereka akan berbalas pahala serupa dari Allah swt?
Dari
Abdullah bin Umar ra, Rasulullah bersabda: “Orang muslim adalah saudara bagi
saudaranya yang lain, tidak berbuat dzalim kepadanya dan tidak menghinakannya.
Barangsiapa yang peduli pada kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi
kebutuhannya dan barangsiapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka
Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat kelak. Dan barangsiapa
menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat
kelak” (Muttafaqun ‘Alaih).
Tentu kita akan mengambil sikap terbaik sesuai dengan ketentuan-Nya bukan?
Tentu kita akan mengambil sikap terbaik sesuai dengan ketentuan-Nya bukan?
Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar