Sabtu, 05 April 2014

Selamat Pagi


Menemukan pagi yang menyenangkan adalah ketika mata terbuka, hati begitu lapang menghirup udara pertama hari ini. Walaupun setelah 10 menit kita akan teringat segudang agenda dan janji padat seharian. Biarkan dirimu terbebas dari menjadu mahasiswa tingkat akhir yang ditagih kelulusannya. Lupakan sejenak bahwa kamu adalah pegawai rendahan suatu perusahaan multinasional. Acuhkan kalau hari ini karyawan menanti gaji dari tandatanganmu. Manjakan dirimu di pagi yang diberkahi Tuhan dengan dzikir pagi yang semarak. 10 menit untuk merasa mungil dan polos dipeluk bumi yang belum hangat oleh mentari.

Ayam baru saja berkokok di ujung gang sana dan membangunkan tuannya yang memanja dibalik selimut. Ada juga yang masih terjaga dan masih disibukkan dengan pekerjaan. Yang lain sudah mengunci bilik untuk bergegas ke ladang, menyalakan mesin kendaraan bahkan sudha bercengkrama dengan pelanggan membicarakan hujan semalam.

Aku ingin kamu disini menikmati sajian Tuhan yang menakjubkan. Hanya 10 menit setiap harinya. Usai ritual pagi kita bisa beranjak untuk mewujudkan satu per satu impian yang kita tuliskan dalam kesadaran penuh. Daftar yang kita coret perlahan karena sudah terwujud dalam realitas. Apakah kamu akan terus membersamai hingga kutuliskan impian yang lebih banyak dari ini semua?

Seredup lampu diujung jalan yang sudah kala dengan neon di ufuk. Langkah kaki mereka sudah tidak terdengar lagi dalam hening. Hiruk pikuk menggeser gelap dan sepi yang mengungkung semalam. Tanah nampak tak berair karena hujan. Airnya sudah meresap hanya dalam hitungan jam tanpa kita sadari.

Apakah sudah 10 menit? Rasanya ingin berlama-lama merenungi keagungan pagi-Nya. Banyak-banyak bersyukur akan setiap peristiwa unik di setiap detik yang terlewati. Tuhan, apakah aku bisa merasakan pagi yang menakjubkan lagi esok? Apakah Engkau masih mengijinkanku untuk menemui pagi-Mu dengannya? Jangan pernah biarkan aku mencintainya lebih dari aku mencintai-Mu.

Buku dan kertas kubiarkan berserak di lantai. Tulisan-tulisan kecil yang mencuat dilembarnya akan kubaca lain waktu. Pemikiran tentang tipuan sejarah manusia penghuni benua emas masih menari di kepala. Seolah penjelasan ilmuwan dan sejarawan belum memuaskan rasa penasaran. Seburuk itukah pelaku sejarah menuliskan dirinya? Ajisaka tetap terpatri dalam benak manusia keraton sementara orang di luar istana sudah tidak peduli.

Kita akan menuliskan catatan sejarah terbaik untuk negeri ini bukan? Menuliskan apa yang sebenarnya berlaku atas diri kita. Maka aku akan melakukan yang terbaik untuk hidup.

Tuesday. 05.45 pm
April 1st, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...