Penyangkalan
terhadap rasa sakit akibat orang lain terasa menyedihkan ya? Mereka yang
mengoreksi kesalahanmu dengan cara yang tidak kita sukai memang menyebalkan.
Kita pun menjadi berpikir “Apakah mereka tidak punya kalimat lain yang lebih
lembut?” Mungkin mereka adalah orang spesial yang benar-benar kamu hargai.
Mereka benar-benar kamu gambarkan dalam keadaan seideal-idealnya manusia.
Padahal mereka toh manusia biasa seperti kamu yang tidak bisa 100% seperti yang
kamu inginkan.
Sungguh
kalimat itu begitu menusuk. Seolah aku terdakwa yang sangat salah dan harus
dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Mereka bahkan sempat tertawa tanpa dosa
dengan meninggalkan luka di jiwa kita. Kamu tahu, itu cukup menyakitkan dan
dapat dijadikan alasan untukku meninggalkan ruangan tanpa permisi.
Tapi
pada akhirnya kamu hanya duduk patuh dan mengucapkan beberapa patah kata yang
tidak dari hatimu. Kamu malah membenarkan sikap kurang ajar itu
menginjak-injakmu dengan bangga. Yang paling menjijikkan adalah segumpal air
yang menggenang di pelupuk mata kini hanya terdiam disitu. Perwujudan dari rasa
sakit yang tertahan.
Kamu
akan tahu suatu hari rasa itu akan muncul jika kamu tekan semakin hebat ke
pedalaman hatimu. Ia akan naik dalam tempo lambat dan sampai dipermukaan suatu
hari nanti. Bisa saja kamu memarahi seseorang dengan luapan emosi maksimal
padahal ia hanya memecahkan gelas seharga 2000 rupiah. Ia akan naik jika tidak
kau keluarkan dengan bijak. Pasti.
Tapi
kamu sebenarnya tidak perlu memaki dalam hati. Menangislah untuk dirimu
sendiri. Merataplah untuk hati yang sedang belajar dewasa. Memakilah dalam
susunan kalimat. Ungkapkan yang ingin kamu katakan. Jujur terhadap diri sendiri
jika ingin memaki dan menangis. Karena menahan sakit justru mematikanmu lebih
cepat dan menyeramkan. Sebab memendam kesedihan hanya membuatmu terlihat lebih
menyedihkan.
Memakilah.
Menangislah.
Agar
hatimu lepas dari bibit dendam.
Bukankah
menangis menguras energimu hingga kamu harus makan banyak-banyak setelahnya?
Bukankah memaki membuatmu kehausan dan kelelahan? Meski demikian, energi
negatif akan hilang bersamaan dengan lenyapnya makianmu.
Badanmu
terasa lebih ringan dan kepalamu lebih mudah ditegakkan. Dadamu sudah tidak
sesak lagi. Tanganmu tidak lagi berat untuk digerakkan. Yang pasti kamu ingin
keluar rumah dan bertemu banyak orang.
Sesederhana
itu rasa sakit diekspresikan setelah sebelumnya diakui dalam diri.
Sekaran,
31 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar