Jumat, 15 September 2017

Kamu Boleh Milih Kok

Seorang teman bercerita tentang mantan kekasihnya yang masih 'mengganggu' meski hubungan keduanya sudah berakhir. Dengan situasi yang mengharuskan mereka untuk intens bertemu, dia kesulitan untuk menyikapi orang-orang yang ingin mendekatinya. Semua orang bermodus berharap memperoleh informasi berguna darinya. Alih-alih inhin menata hati, dia justru harus meladeni urusan yang bukan areanya lagi.

Sebal? Pasti. Jengah? Iya. Teman saya memilih untik meladeni satu per satu orang yang menanyakan mantan kekasihnya. Ketika saya bertanya bagaimana perasaannya saat ini, dia menjawab "Aku mau move on. Enyahlah segala tentangnya. Aku gak peduli dia berhubungan dengan siapa. Kenapa mereka datang ke aku sih?" Ternyata move on bukan hanya tentang hati kita terlepas dari harapan bersamanya. Ini tentang kehidupanmu yang harus terus maju kedepan. Rasa sakit yang termaafkan tentang masa lalu bersamanya. Yang paling penting adalah optimisme untuk menemukan orang baru dan jatuh cinta lagi. Ada yang mengakhiri hubungan kemudian pindah kerja atau pindah kota. Ada yang sudah berlainan kota tetapi masih terbawa perasaan dan suasana. Ada pula mereka yang setiap hari tetap berjumpa di tempat kerja atau kampus. Dengan situasi yang tidak terprediksi, kita memang tidak bisa melakukan semua hal seperti keinginan kita. Teman saya tidak bisa pindah kampus atau kota. Pun tidak bisa mengacuhkan orang-orang yang datang kepadanya. Oleh karena itu dia meladeni mereka dengan setengah hati. Saya pikir hal itu tidak menyenangkan sama sekali. Tetapi dia tidak siap dengan resiko yang mungkin diterimanya ketika mengabaikan mereka.

Dalam konteks yang lebih luas kita bertemu dengan bermacam-macam orang. Ada yang menyenangkan. Ada pula yang menjengkelkan. Mudah bagi kita untuk maju dan berkarya dengan mereka yang seide dan memiliki selera yang sama. Kita bersedia menghabiskan tenaga dan usaha demi karya yang hebat. Akan berbanding terbalik dengan mereka yang kehadirannya memperburuk mood. Satu pesan darinya selalu dipenuhi kecurigaan "ada apa lagi nih orang?", atau "dia inbox 🙄 males amat mau buka". Hal yang tidak diinginkan bukan? Ajaibnya selalubada orang yang berjodoh dengan kita dalam soal cinta, kerja dan komunitas yang lebih besar. Selebihnya? Orang-orang yang meramaikan suasana. Mereka berperan untuk melengkapi cerita agar lebih pedas, asin dan panas. Apakah kita memiliki waktu dan tenaga untuk sebuah ketidakcocokan? Dalam hidup yang serba dipenuhi tanggungjawab, membiarkan diri bersama dengan orang-orang yang kita cintai dan sebaliknya adalah satu pilihan. Kita bertanggungjawab atas pilihan kita. Dengan menyadari bahwa kita berhak memilih tanggungjawab yang sanggup kita tunaikan, kita telah menyayangi diri kita sendiri. Setidaknya kita bisa menghabiskan segala daya dan upaya untuk orang-orang terbaik di tempat terbaik.

So, don't waste your time to libe with someone you don't love.

10.21 am
8 September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...