Kamis, 14 September 2017

Dari Seorang Ibu

Pekerjaan seorang Ibu sungguh tidak pernah mudah tetapi tidak boleh salah. Apalagi untuk seorang anak di masa kecilnya. Ibu tidak boleh salah dalam mengiyakan sesuatu atau melarang sesuatu. Kamu boleh salah Nak, justru kamu harus melakukan banyak kesalahan agar kamu terbiasa berjuang. Sekalipun lelah dan menjengkelkan, kamu akan lupa dengan semua itu ketika sudah dewasa nantinya. Kalau kamu ingin menangis dan berguling-guling, lakukanlah tetapi jangan pernah berhenti berjuang, belajar.

Ibu tahu kamu belum sepenuhnya paham dengan pembicaraan ini. Maka kamu hanya perlu mendengarkan dan mengingatnya.

Orang bilang menjadi pemain film atau sinetron sangat melelahkan. Menjadi Ibu persis seperti pemain sinetron yang harus stripping seumur hidup. Ibu memainkan peran yang berlaku sejak bangun tidur sampai hendak tidur. Kamu memang tidak perlu menilai apa-apa karena kamu akan menirunya entah satu atau dua kebiasaan Ibu. Entah itu kata-kata, pemikiran, senyuman, keluh kesah, canda tawa, kesedihan atau airmata. Kamu mampu menirunya dengan baik bahkan tanpa niat sekalipun. Tuhan adalah sutradaranya. Ibu harus memainkan peran untuk mengenalkanmu huruf dan angka, mengajakmu menyiram tanaman, mengantarkanmu mengaji di mushala, hingga mendongengimu dengan kisah-kisah mashyur tokoh hebat dunia. Kamu sering kali menggerutu jika mendapatkan sesuatu yang tidak seperti kehendakmu. Ibu melihatnya sekalipun kamu berlari jauh dan terisak-isak. Apakah kamu baik-baik saja? Ibu yakin kamu tidak baik-baik saja. Sayangnya Tuhan mengharuskan Ibu untuk diam dan hanya memperhatikan. Namun Dia menyuruh Ibu untuk menyiapkanmu makanan yang enak sehabis kamu menangis sejadinya.

Nak, apakah sekolahmu berjalan dengan lancar? Apakah teman-temanmu di sekolah mengasyikkan? Ibu tidak tahu bagaimana mendidik yang baik dan benar. Oleh karena itu Ibu meminta bantuan kepada sekolah untuk mengajarimu banyak hal tentang hidup. Kamu boleh mengajukan protes atas hal-hal yang tidak sesuai. Jangan hanya diam. Kalau gurumu memberikanmu banyak hal berguna, berterimakasihlah dengan prestasi yang membanggakan. Andai jaman memberikan keleluasaan pada Ibu untuk mendidikmu, tentu sudah Ibu lakukan sejak dulu. Ibu ajari berkebun, membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan dongeng menakjubkan dari seluruh dunia, mengenal masyarakat dari dekat, mengimani 1 Tuhan, membuat berbagai barang, berbelanja di pasar tradisional, dan belajar apapun yang kamu suka. Namun kemajuan jaman mengharuskanmu memasuki lembaga pendidikan dan belajar di sana. Kamu tidak boleh tertinggal dalam komunitas usiamu. Setidaknya kamu akan belajar bagaimana hidup ditengah teman-teman seusiamu dan meneriakkan "2+2=4" bersama mereka.

Sekolah tidak hanya mengajarkan angka melainkan etika. Di sekolah kamu akan bertemu dengan berbagai macam orang kemudian berdebat, bertengkar, bermain dan berkembang bersama. Akan ada teman yang malas belajar dan berangkat sekolah. Yang lain tahunya bermain dan bermain ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Kamu akan menjadi seperti apa? Pilihlah sosok hebat di sekolahmu. Sosok itu bisa jadi guru yang menyenangkan ketika mengajarimu atau teman yang solid tetapi baik.

Ingatlah bahwa selalu ada hal yang kurang baik yang terjadi di rumah atau di sekolahmu. Satu-satunya yang harus kamu lakukan adalah bersikap dengan baik dan benar. Jika Ibumu marah-marah setiap hari, hiburlah. Kamu bisa membantu dengan tidak mengotori rumah, makan dengan baik dan tidak membuat gaduh. Adakalanya Ibu lelah dengan pekerjaan di rumah. Kamu mungkin lelah dengan pelajaran di sekolah. Bukankah kita seharusnya bekerjasama agar lelah kita bisa hilang tanpa marah-marah dan jengkel? Mudah-mudahan kita bisa saling berbicara dengan baik. Jika ada sesuatu yang kurang menyenangkan di sekolah, selesaikan dengan baik. Minta tolonglah kepada teman atau gurumu. Andaipun belum terselesaikan, kamu bisa minta tolong pada Ibu. Dengan senang hati Ibu akan menolongmu. Apapun yang kamu hadapi di sekolah, Ibu akan berdiri di tempat yang tepat. Ibu akan marah pada hal yang salah dan akan memuji pada hal baik. Jangan menawar hal semacam itu dengan Ibu karena Ibu harus menjalankan peran dari Tuhan.

Di tengah kehidupan yang keras, kamu harus kuat. Berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Beranilah memiliki mimpi besar bagaimanapun keadaanmu kini. Mimpi itu ibarat cahaya yang akan menuntunmu ke jalan yang benar. Jangan berpikir untuk hari ini dan besok tapi berpikirlah untuk 20 atau 30 tahun lagi. Dengan begitu kamu akan melakukan hal yang sangat perlu untuk masa depanmu sembari meninggalkan godaan-godaan yang datang silih berganti. Ibu akan melihatmu dari sini. Tentu doa Ibu tidak terlihat, tidak terdengar dan tidak terasa tetapi itu yang akan sampai kepada Tuhan. Kamu akan jatuh dan bangun bahkan ketika kamu sudah dewasa. Pada saat itu tambahlah mimpimu dan usahamu. Doa ibu akan sampai kepada Tuhan. Apa yang kamu takutkan?

Nak, hari ini Ibu masih menyebalkan. Besok Ibu masih menyebalkan. Ibu mohon, bicarakanlah sesuatu yang berguna atas kehidupan kita kepada orang lain. Marahmu, tuangkanlah kepadaku. Kekhawatiranmu, lepaskanlah kepadaku.

Nak, salah Ibu terlalu banyak bahkan lebih banyak dari hal baik yang Ibu mampu berikan. Maafkan mimpi-mimpimu yang terhalang karena Ibu. Maafkan kesempatan yang terlewatkan karena Ibu. Tumbuhlah dengan baik. Hidulah dengan sebaik-baiknya. Itu semua akan membuat Tuhanmu suka dan ridha.

Jilvia Indyarti
*Terinspirasi dari kisah nyata 👒

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...