Jumat, 17 Maret 2017

SETIAP KEBERSAMAAN ADA MASANYA

Halo Shofiana Ulfa, terimakasih ya sudah mengajak ke deretan pantai-pantai indah yang ada di Flores. Apa kabar?

Sekarang harimu jauh lebih sibuk daripada setahun yang lalu bukan? Tanpa sempat meregangkan badan setelah terbangun, otak langsung menuju kampus berlabel D di Sekaran. Sementara badan masih menempel di atas ranjang kecil yang akan menjadi bagian dari sejarah hidupmu. Penat? Lelah? Semua teman-temanmu merasakannya. Tapi herannya kamu masih sempat membaca pesan di Whatsapp dan menumpahkan rasa penuh aroma kepadaku. Terimakasih ya, sudah percaya dan terbuka untuk berbagi cerita.

Dulu, konteks pengalaman adalah KITA. Sekarang, kita sudah disekat dengan jarak ratusan kilometer dan menghasilkan diksi AKU atau KAMU. Pengalamanku hari ini dan pengalamanmu hari ini. Meskipun memilih jalan yang sungguh berbeda, kita tidak protes atas kenyataan AKU dan KAMU. Mungkin karena persoalan teknis lebih mewabah seperti RPP, presentasi, jemuran yang harus diangkat, bacaan yang masih ribuan lembar atau perasaan jenuh pada diri masing-masing. Kamu tidak memaksa diri untuk mengatakan 'Ayooo meet up kapan-kapan'. Aku juga tidak merengek seperti 'Huaaaaa, kapan bisa nyangsang di asrama yang kutinggalkan sebelum berada disana?'. Semoga aku tidak pernah mengatakan hal absurd semacam itu ya Shof. Hehe.

Kita tidak saling iri atas hidup yang lain. Bahagia dan sedih itu wajar, manusiawi. Kesulitan yang ada didepan mata tidak menunggu kita untuk bersantai ria. Maka mengeluh, kesal, merasa lelah dan tertekan dicurahkan sebagaimana orang pada umumnya. Terimakasih sudah mendengarkan dan membersamai. Obrolan sederhana seputar lagu barat terbaru adalah hiburan yang menyenangkan.

Aku tidak bisa menjanjikan kebersamaan di lain kesempatan walau hanya satu jam. Selalu ada keinginan untuk berjumpa dan bertukar rasa tapi tidak semendesak itu untuk diwujudkan. Aku rindu walau mendengar kamu mendengus kesal. Sesekali memuji, sesekali menimpali dengan sarkas. Sakit hati? Hmmm, mungkin iya. Percayalah tidak sepenting itu menimbang-nimbang apakah aku sakit hati atau tidak. Faktanya kita memilih melakukan beberapa perjalanan bersama. Aku bahagia. Kamu? Semoga demikian.

Pada akhirnya, kita saling menyapa dari kejauhan. Mungkin berkurang sangat drastis pada suatu hari nanti. Entah kita lebih memilih kehidupan sendiri dan menghadapi kehidupan dengan orang-orang baru. Entah kita sadar bahwa rute perjalanan memang tidak menunjukkan arah yang sama. Aku tidak apa-apa. Maksudnya, setiap orang mengalaminya. Bertemu, berteman, berpisah, kadang bertemu, berpisah lagi, berpisah terus dan begitu seterusnya. Ada pula yang tidak pernah menyapa sama sekali di kemudian hari. Bagaimana menurutmu?

Semoga ada kesempatan baik untuk kita saling menatap nyata. Saling mengenalkan hidup yang baru dengan berbagi rasa yang lebih baru. Aku harap kamu baik-baik saja sekarang dan di waktu yang akan datang.

Terimakasih banyak atas kebersamaan dan pertemanan selama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...