Minggu, 19 Maret 2017

Gagal Move On

Pernah ketemu mantan dan langsung kikuk sejuta tingkah gak? Antara udah lama gak ketemu muka dan suara. Seolah ditelan bumi, kamu berdua gak pernah saling meet up atau sekadar say hello di komen status. Ini bukan lagi soal apakah cinta masih ada atau gak. Karena urusan perasaan sudah ketok palu dan berakhir sejak lama. Ini soal bagaimana bersikap baik dan santun di depan orang yang pernah kita rencanakan bahagia bersama. Halah.

Bagaimana jika dan hanya berandai-andai tanpa di sangka-sangka dia tiba-tiba nampak di depan mata? Saat berjalan di antara tumpukan buku, duduk sendiri menatap hot chocolate, atau tengah menikmati angin sepoi-sepoi di tepi pantai. How's the feeling? Rasanya seperti... 

Pada suatu hari yang mendung di tengah hamparan sawah dan kacang panjang yang menjulur-julur. Tenang sekali memelintir satu demi satu kacang panjang yang sudah berumur. Sesekali melihat kupu-kupu atau serangga berwarna cerah. Langit yang mendung tak menyurutkan diri untuk bergegas pulang. Suasana seperti ini, syahdu.

— Dalam hati, syukur dipanjatkan atas limpahan rejeki yang terhampar. Menikmati angin yang sedikit basah diantara hijaunya tanaman padi. Lalu kaki seolah melemas dan lidah terkunci. Jantung berdetak lebih cepat dan mata melirik ke kanan kiri. Tidak ada orang dalam radius 10 meter. Berteriak rasanya tidak mungkin dan lebih terkesan memalukan. Kamu memilih untuk tetap tenang sekalipun kamu merasa tidak sedang baik-baik saja. Kaki sudah bisa digerakkan mundur. Seolah ingin mengisyaratkan semua seperti sedia kala, kaki-kaki yang masih lemas dan shock mundur dan berbalik ke belakang. Detik terasa begitu lambat. Hujan tak mungkin turun dalam hitungan menit.

Kini di depan mata dengan radius 20 meter melingkar dengan anggun seekor ular berwarna hitam. Tidak ingin mengusik dengan suara ribut-ribut apalagi sampai membuat kehebohan. Kamu memilih untuk berpura-pura tidak melihat kemudian bergerak mundur. Menghindar. Sia-sia jika hendak menghadapi sesuatu yang kamu takuti. Paranoid lebih berpeluang mengalahkanmu. Lebih baik mundur, menghindari sapaan yang mungkin tidak kau inginkan. Jika ular itu bergerak mendekat justru akan membuat diri mematung. Memang tidak berbisa mematikan dan bukan ukuran yang besar tetapi menghadapinya tidak menjamin kamu akan baik-baik saja. —

Mantan bukan ular, apalagi yang berbisa mematikan. Pun tidak akan melilit dan meremukkan tulang-tulang. Mantan tidak mempengaruhi hidupmu sekarang, dalam hal nominal gaji ataupun bonus tahunan (*kecuali mantanmu bagian keuangan di kantor, itupun tidak berpengaruh sebenarnya). Namun hadirnya dia di depan mata praktis membuka memori beberapa waktu silam. Tidak semua orang siap dengan setiap memori bahagia atau sedih yang sudah tenggelam jauh. Kamu siap, dunia tidak akan runtuh. Kamu belum siap, kamu mungkin tidak akan baik-baik saja selama kurun waktu tertentu. Butuh waktu juga untuk sadari here and now.

So, tips bila bertemu mantan (*entah sudah memiliki gandengan atau gendongan) sebisa mungkin menghindar ketika rasamu masih tersisa barang sepucuk sendok teh. Sapalah jika bagimu urusan perasaan telah berakhir.

*Ternyata bisa nulis yang agak nyeleneh juga. Hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...