Sabtu, 19 Juli 2014

Menghadapi Kematian dengan Kuat

Teringat satu tahun yang lalu dalam sebuah silaturahim yang sederhana pada salah satu kerabat ibu..

Ia seorang perempuan tua yang sudah ditinggal mati suaminya. Kemudian hidup berdua dengan seorang bujang kesayangannya yang gagap dalam berbicara. Sebagai anak, sang bujang setia menemani ibunya menikmati masa senja di sebuah rumah yang sudah termakan usia. Bahkan ketika umurnya mungkin 3-5 tahun diatas saya, ia tetap berada disisi ibunya. Sebagai ibu, ia begitu setia merawat anaknya yang tidak sempurna dalam kesabaran tidak berbatas. Tiada teman dekat apalagi pasangan.

Kehidupan yang mereka jalani begitu apa adanya. Dinding bambu yang di cat putih, meja kursi kayu dan beberapa karung padi kering yang siap giling. Saya tertarik pada sebuah majalah yang tergeletak di bangku panjang sambil mendengarkan ibu mengobrol dengan nyonya rumah. Kubolak-balik, ternyata majalah terbitan Malaysia berangka tahun 1997-an. Apakah kehidupan mereka terputus dari realita dan harapan hingga hanya mampu mengejar hidup sampai angka 1997 saja?

Dari pembicaraan yang kudengarkan sepotong-potong, ada sebuah pernyataan yang diberikan oleh perempuan tua itu. "Si A meninggal sebulan yang lalu. Selang beberapa hari, istrinya meninggal bahkan belum tujuh hari sejak suaminya meninggal. Ada yang suaminya meninggal, lantas tidak selang beberapa lama disusul oleh istrinya. Ada pula yang takdirnya berbeda, jika sang suami meninggal dan tidak disusul kematian istrinya maka istrinya akan panjang umur. Umur dan jodoh memang tidak ada yang bisa menebak".

Pagi ini mendengar lagi berita kematian dimana seorang istri meninggal kemudian selang beberapa waktu sang suami meninggal pula. Hidup tak serumit yang dibayangkan, ternyata. Namun tak sesederhana yang diduga dalam hitungan tangan manusia.

Seperti kehidupan sang perempuan tua dan seorang anaknya. Apakah kamu pikir mereka telah tertinggal dari kehidupan orang lain? Apakah hidup mereka terhenti ketika tidak bisa melesat sekencang yang lain dalam menjalani hidup? Apakah mereka bahagia dengan hidup mereka?

Terlepas dari anggapan bahagia atau tidak, bagiku mereka memberikan pelajaran yang sangat berharga. Untuk mengerti bahwa keberadaan satu orang sangat penting bagi orang lain. Meskipun tidak kita sadari betul. Untuk mengerti bahwa umur dan jodoh hanya Allah yang punya wewenang memberikan yang terbaik. Manusia selalu berusaha dan berdoa agar mendapatkan pilihan yang terbaik. Dan untuk mengajarkan syukur atas hidup yang sudah dilimpahi nikmat dari Nya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...