Teringat satu tahun yang lalu dalam sebuah silaturahim yang sederhana pada salah satu kerabat ibu..
Ia seorang perempuan tua yang sudah ditinggal mati suaminya. Kemudian
hidup berdua dengan seorang bujang kesayangannya yang gagap dalam
berbicara. Sebagai anak, sang bujang setia menemani ibunya menikmati
masa senja di sebuah rumah yang sudah termakan usia. Bahkan ketika
umurnya mungkin 3-5 tahun diatas saya,
ia tetap berada disisi ibunya. Sebagai ibu, ia begitu setia merawat
anaknya yang tidak sempurna dalam kesabaran tidak berbatas. Tiada teman
dekat apalagi pasangan.
Kehidupan yang mereka jalani begitu apa
adanya. Dinding bambu yang di cat putih, meja kursi kayu dan beberapa
karung padi kering yang siap giling. Saya tertarik pada sebuah majalah
yang tergeletak di bangku panjang sambil mendengarkan ibu mengobrol
dengan nyonya rumah. Kubolak-balik, ternyata majalah terbitan Malaysia
berangka tahun 1997-an. Apakah kehidupan mereka terputus dari realita
dan harapan hingga hanya mampu mengejar hidup sampai angka 1997 saja?
Dari pembicaraan yang kudengarkan sepotong-potong, ada sebuah
pernyataan yang diberikan oleh perempuan tua itu. "Si A meninggal
sebulan yang lalu. Selang beberapa hari, istrinya meninggal bahkan belum
tujuh hari sejak suaminya meninggal. Ada yang suaminya meninggal,
lantas tidak selang beberapa lama disusul oleh istrinya. Ada pula yang
takdirnya berbeda, jika sang suami meninggal dan tidak disusul kematian
istrinya maka istrinya akan panjang umur. Umur dan jodoh memang tidak
ada yang bisa menebak".
Pagi ini mendengar lagi berita
kematian dimana seorang istri meninggal kemudian selang beberapa waktu
sang suami meninggal pula. Hidup tak serumit yang dibayangkan, ternyata.
Namun tak sesederhana yang diduga dalam hitungan tangan manusia.
Seperti kehidupan sang perempuan tua dan seorang anaknya. Apakah kamu
pikir mereka telah tertinggal dari kehidupan orang lain? Apakah hidup
mereka terhenti ketika tidak bisa melesat sekencang yang lain dalam
menjalani hidup? Apakah mereka bahagia dengan hidup mereka?
Terlepas dari anggapan bahagia atau tidak, bagiku mereka memberikan
pelajaran yang sangat berharga. Untuk mengerti bahwa keberadaan satu
orang sangat penting bagi orang lain. Meskipun tidak kita sadari betul.
Untuk mengerti bahwa umur dan jodoh hanya Allah yang punya wewenang
memberikan yang terbaik. Manusia selalu berusaha dan berdoa agar
mendapatkan pilihan yang terbaik. Dan untuk mengajarkan syukur atas
hidup yang sudah dilimpahi nikmat dari Nya..
Dia memberikanku kesempatan untuk hidup, aku memberimu kesempatan untuk membaca hidup dan kita sama-sama menjalaninya :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Memasuki Kota yang Baru
Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...
-
Apakah kamu memiliki kemampuan unik yang lain dari teman-teman satu kelasmu? Seperti menari, berolahraga, melukis dan menggambar, menghitu...
-
Alur Kaderisasi Untuk melahirkan pemimpin-pemimpin organisasi/lembaga kemahasiswaan dibutuhkan masa pembentukan yang tidak singkat. Pros...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar