Jangan pernah menjad tua, tanpa pernah menjadi
dewasa
[Dom Helder Camara]
Menapaki
angka yang tidak muda lagi adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam diri
setiap orang. Aku pernah meringkuk hangat dalam rahim seorang ibu yang sabar
menanti kehadiranku hingga hitungan bulan ke sembilan. Akupun pernah merasakan
perih diatas luka yang tercipta karena jatuh dari sepeda. Kini, angka yang
sudah tidak kekanak-kanakan lagi mengingatkan bahwa masa itu sudah berlalu jauh
dibelakang sana. Menyisakan teriakan nakal dari kakak perempuan kita yang
cerewet. Lantas mengantarkan raga pada realitas hari yang mengucap lirih, “Selamat
Ulang Tahun yang ke-24”.
Apakah
waktu sudah sejauh ini terlampaui? Ronanya baru kemarin aku meminta ijin untuk
berkemah selama beberapa hari kepada Bapak yang selalu di rumah. Aku masih
terbiasa merengek minta dibelikan ini dan itu bahkan hingga hari ini. Bedanya
adalah aku sekarang tidak menolak bekal atau makanan yang diberikan Ibu jika
akan bepergian.
Angka yang
sudah tidak remaja lagi untuk tetap emosional dan kekanak-kanakan. Apakah
menikmati hidup tidak boleh dengan keceriaan yang meremaja?
Menepikan
berbagai realitas bahwa nyatanya aku masih kekanak-kanakan, hari ini selalu
kujadikan permulaan untuk memulai mimpi yang baru. Sembari merekonstruksi
mimpi-mimpi kemarin yang harus edit ulang. Kenapa masih saja nekat untuk
menuliskan mimpi-mimpi yang terlintas dalam benak? Aku hanya mempercayai bahwa
tidak ada yang hina untuk diimpikan jika Tuhan pun mengiyakan.
Allah hanya
mengabulkan doa mereka yang berikhtiyar keras dan berdoa terus menerus, serta
percaya, Allah lebih tahu takdir terbaik untuk hamba Nya
14.24 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar