Senin, 25 Desember 2017

Lagi-Lagi Soal Energi

Sore itu cukup terik di waktu musim penghujan ujung tahun. Baru sampai di rumah kakak, saya dikirimi foto yang nuansanya natural oleh atasan. Saya memaksakan diri untuk bertanya 'Yakin Pak yang ini mau dicetak?'. Untuk ukuran bawahan yang belum berpengalaman, saya bisa dibilang berani. Beberapa kali kesempatan saya menanyakan hal-hal pribadi seputar keyakinan, sesekali mengajak bermain kokologi atau menimpali 'kalau lapar makan Pak' dengan ekspresi datar ketika mendengar beliau mengeluh lapar.

Foto yang dengan seksama saya amati menggambarkan koordinasi antara atasan dan bawahan lantas mengingatkan saya pada sebuah percakapan. Pada hakikatnya energi seorang pemimpin menular ke semua orang. Mulai dari orang yang mengerjakan hal paling sederhana seperti office boy hingga ahli pajak, konsultan hukum dan pucuk pimpinan. Semua terkena imbas dari kesemangatan pemimpin tanpa terkecuali. Begitupun saya. Ketika pemimpin saya berapi-api, gerakan saya menjadi lebih berani dan optimis. Apa yang sekiranya sulit dan mustahil kemudian dikuatkan dengan kalimat 'Benar kan? Apa saya bilang, Allah pasti bantu orang-orang yang punya niat baik'. Lalu lahirlah harapan yang sehat dalam diri semua orang.

Kata ahli fisika, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Yang saya yakini bahwa energi pemimpin bisa menular merupakan suatu kenyataan. Semangat adalah energi pemimpin. Lalu berpindah ke bawahan menjadi sebuah kerja keras, rasa yakin dalam diri kalau kita bisa menghasilkan sesuatu yang berharga. Dengan itu semua, pemimpin dan bawahan akan saling mendukung satu sama lain.

Kembali melihat ke dalam foto. Betapa takzim Bapak berusia 50an mendengarkan arahan dari pemimpinnya. Isinya tidak melulu soal hal strategis. Malah lebih sering hal teknis lapangan yang membutuhkan pengalaman dan perhitungan. Ketika kepatuhan menjadi nafas dari bawahan dan rasa tanggungjawab menjadi dasar pemimpin bergerak, apa yang akan terjadi kemudian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...