Membersamai Anak-Anak
Akhirnya,
seorang anak memanggil. “Kak, ada minyak kayu putih tidak?”. Bergegas mencari
botol ajaib itu kesana-kemari. Terpaksa mengolesnya dibadan bocah SD yang tidak
berdaya.
“Ine,
tolong ambilkan kresek. Ada yang pusing dan mual”. Refleks tangan meraih kresek
warna merah yang tergantung di atas kepala.
Belum
selesai dengan kresek, bocah lelaki yang didekat jendela sudah pucat pasi.
Mualnya sudah mencapai klimaks. Ia meraih apapun yang bisa diraih. Tangannya
yang menemukan botol air mineral menggantinya dengan gelas plastik.
“Huek”.
Gelas plastik tidak bisa menahan isi perutnya. Tumpahannya mengotori kursi,
celananya dan lantai bus berwarna oranye tersebut.
Rute
yang meliuk-liuk, mendaki dan sesekali melewati jalanan sempit membuat
bocah-bocah itu pusing. Mereka bergantian mengoleskan minyak kayu putih, minyak
angin atau yang sejenis. Bagi yang tidak tahan dengan medan memilih untuk
tidur. Bahkan beberapa anak dipindah ke sepeda motor yang dibawa rekan lain
rombongan.
Perjalanan
ke Kecamatan Detusoko sebenarnya tidak begitu lama dan jauh. Hampir tidak
sampai dua jam. Namun membawa kendaraan berpenumpang anak-anak memiliki resiko
yang cukup besar.
Kami
harus sigap mengawasi murid-murid SD yang menghadiri peringatan Hari Peduli
Sampah. Bus sekolah yang seharusnya diisi 25 penumpang dengan duduk harus
ditambah kursi plastik untuk dua orang. Kondisi sarat penumpang yang demikian
dipenuhi dengan sumbangan relawan Bung Karno berupa meja belajar lipat, air
minum kemasan dan konsumsi selama kegiatan. Berada didalamnya seperti tidak
bisa bernapas. Untunglah masih ada space untuk berdiri sehingga bisa menghirup
udara lebih leluasa.
Selama
lebih dari 25 tahun hidup di pulau dengan fasilitas berlimpah, baru kali ini
menaiki bus sekolah. Bahkan ketika berada di Ibukota negara hanya melihat bus
oranye lalu lalang setiap hari melewati sekolah. Murid saya lebih memilih
mengendarai sepeda motor daripada harus berdesak-desakan di metromini. Mereka
lebih percaya tukang ojek agar sampai di sekolah lebih cepat daripada diantar
menggunakan mobil orang tua.
Anak-anak
yang tergabung dalam komunitas pecinta lingkungan ini sempat terlelap beberapa
menit. Mereka tidak peduli dengan sawah bertingkat yang terhampar di kanan kiri
jalanan. Mereka tetap memejamkan mata ketika roda bus menyusuri tebing tinggi
dan jurang dibawah mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain sampai di
tempat kegiatan dengan baik-baik saja.
Mendampingi
mereka mewajibkan kami untuk menjadi ibu, kakak, dan teman sekaligus. Kami
membersamai mereka dari berangkat hingga pulang. Mereka berlarian memilih
tempat duduk didalam bus. berteriak dan bertingkah sesukanya, menginjak
pematang sawah dan sebagainya. Kak Nando yang sedang bercerita tentang Ine Pare
atau Dewi Padi tidak dihiraukan. Kami tidak merasa melakukan apa-apa. Kami
hanya membantu membersamai mereka. Perasaan luar biasa itu muncul dari hal
sederhana tersebut. Sebuah kesenangan yang lahir ketika memberikan air mineral.
Sebuah kelegaan melihat mereka kembali tertawa setelah memasuki areal
persawahan hijau. Perasaan-perasaan semacam itu yang membuat kami bertanya ‘mau
hidup yang bagaimana lagi?”.
Adakah
yang lebih menggembirakan selain bersama dengan anak-anak kita? Kita selalu
bekerja demi keluarga dan kehidupan yang lebih baik. Anak-anak menjadi alasan
untuk kita mengambil lemburan. Kerja sambilan dan melakukan apapun diluar jam
kerja. Kepadatan kerja meniyta waktu santai kita bersama mereka. Akibatnya kita
jarang mengobrol, makan berama dan bermain di hari libur.
Mengetahui
teman-teman yang jahil terhadap anak kita begitu penting. Mereka memiliki
keinginan luar biasa yang lebih sering tersimpan daripada diungkapkan. Tidak
salah jika pelampiasan mereka ditujukan kepada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Kebersamaan selalu memberikan hikmah. Kita memiliki kesempatan lebih banyak
untuk melihat, merasa dan menemukan.
Anak-anak
itu memberitahu kami satu hal “kami masih memiliki waktu untuk berbenah dan
memberikan kami kebersamaan karena memang kami hidup untuk dan bersama mereka”.
Detusoko,
Februari 21th2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar