Jumat, 17 Oktober 2014

Catatan tentang Hati



Dalam suatu siang sebelum PPL berakhir di pertengahan Oktober 2012, Bapak saya mengajak saya berbincang tentang hati. Murid-murid saya pasti kenal Bapak yang satu ini.
Beliau mengatakan bahwa dalam hidup dan pekerjaan akan banyak peristiwa, pengalaman, dan ujian yang datang. Kebanyakan dari kita stres dalam pikiran yang carut marut. Dibibirnya, senyum tidak terlarang bertandang. Hatinya tak gelisah oleh serangkaian kejadian membingungkan. Orang-orang seringkali bertanya kepada beliau mengapa bisa melewati berbagai peristiwa yang tidak menyenangkan dengan tanpa beban pikiran yang berarti..

Betapa lepasnya beliau menertawakan hidup, terutama orang-orang yang keheranan melihatnya. Saya menangkap gurat pengalaman hidup yang beraneka rupa dan warna dari sudut matanya. Beliau tertawa. Seolah semuanya ada dalam genggaman tangannya. Pelan beliau mengatakannya, "Kalau kita bersedia menyisakan ruang kecil dalam hati kita. Tak usah banyak-banyak. Hanya sedikit saja. Kita tak akan buntu dalam menghadapi persoalan. Jangan isi penuh hati dan pikiran kita dengan pekerjaan, pendidikan, keluarga, anak-anak bahkan pasangan. Sisakan sedikit ruang didalamnya agar ketika persoalan hidup terlalu memenuhi kepala dan hati, masih ada ruang untuk kita berlari. Setidaknya dalam diri kita".

Cukup lama waktu bagi saya untuk mencerna kalimat yang beliau sampaikan. Beliau pun tidak terburu-buru untuk mengungkapkan hal lain. Begitulah curahan seorang Bapak kepada anaknya. Saya tidak merasa tengah diberikan wejangan oleh guru atau pimpinan. Beliau berkata perlahan seperti berbicara kepada anaknya sendiri. Memang, orang tua butuh didengarkan. Bukan saja ketika kita meminta nasihat tetapi ketika mereka ingin mengajari kita bagaimana caranya hidup.

Terimakasih Bapak, saya tidak tahu kenapa Bapak mengatakannya kepada saya bahkan dalam suasana yang tidak formal. Mungkinkah ada harapan besar yang diam-diam Bapak inginkan terjadi dalam kehidupan saya? Entahlah. Dari tiga bulan saya di sekolah, banyak kesan yang tercipta dan itu sangat bermakna sekali untuk saya dan kehidupan saya kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...