Sabtu, 12 Desember 2015

Saya Harus Keluar Rumah



Sejak menginjakkan kaki di pulau berbunga-bunga (*menurut saya pribadi) hingga memasuki bulan ke-empat, saya belum menemukan komunitas yang mengena di hati. Aktivitas saya masih mengajar saja, sesekali membaca dan menulis. Jika teman mengajak pergi tamasya barulah saya pergi menghabiskan libur akhir pekan. Saya bingung akut. Ragu hendak memilih aktivitas yang baik untuk saya yang hanya satu tahun dikurangi 3 bulan. Sempurna saya stuck. Ide yang bagus adalah menghabiskan buku-buku di basecamp dengan genre yang berbeda-beda. Aktivitas tersebut agak membantu tetapi tidak banyak. Otak saya butuh asupan. Fisik saya butuh digerakkan.
Baru saja saya menghadiri malam puisi yang dihelat oleh Komunitas Sare (Sastra Ende). Agenda ini masih dalam serangkaian peringatan Hari Anti HIV/AIDS Sedunia tanggal 1 Desember. Teman saya kebetulan masuk dalam nominasi pemenang dalam lomba foto yang digelar. Alhamdulillah, ia mendapatkan juara dan mengharumkan almamater kampus. Seketika saya tersentak. Tiba-tiba tertampar. Saya harus keluar.
Hampir setiap hari saya membicarakan tentang aktivitas yang monoton dan membosankan (*dalam benak saya). Saya membaca. Saya menulis. Sayangnya hal tersebut masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan psikologis saya. Ternyata benar yang pernah saya tuliskan dalam sebuah status. “Kadang tugas tambahan lebih menggiurkan daripada tugas utama”. Kita bisa mengatakan bahwa mengajar adalah tugas utama saya. Sedangkan tugas tambahannya misalkan membantu Komite Sekolah untuk membuat proposal permohonan bantuan kepada dinas dan kementrian terkait. Tugas tambahan lain misalnya ketika saya masuk dalam kepanitian lomba atau pengadaan seminar, Kadang tugas tambahan memang menggiurkan karena berbeda dari rutinitas. Bisa jadi menyenangkan atau sangat menyenangkan. Kita rela tidak istirahat, pergi kesana kemari, atau mengeluarkan nominal yang tidak sedikit. Tugas tambahan memang menggiurkan sekalipun melelahkan.
Saya seringkali berpikir, kita harus memiliki aktivitas diluar pekerjaan utama kita. Aktivitas tersebut dijalani untuk mengimbangi tugas utama kita setiap harinya. Saya senang membaca dan menulis. Namun aktivitas tersebut tidaklah cukup untuk menyokong hidup saya yang serba ingin ini dan itu. Maka sejak SMP hingga bangku kuliah saya berusaha untuk mengambil satu atau dua aktivitas di sekolah. Memang tidak banyak dan tidak perlu banyak-banyak. Yang penting sekolah saya tidak hanya pelajaran, ulangan, guru, dan bangku.
Di Flores, Ende khususnya terdapat banyak kegiatan yang digelar oleh komunitas, salah satunya dari masyarakat pemerhati HIV/AIDS. Mereka giat menyelenggarakan serangkaian acara yang tidak hanya dilaksanakan satu dua hari saja. Dengan menggandeng komunitas sastra, komunitas Waria, SM3T dan komunitas lain tim tersebut mengajak masyarakat untuk lebih “dekat” dengan ODHA. Masyarakat disadarkan kembali akan pentingnya menjaga diri dari penyebaran HIV dan tetap menjaga hubungan baik dengan ODHA.

Kita dapat menemukan kegiatan positif lain seiring berjalannya waktu. Yang paling penting saya harus menemukan aktivitas itu sesegera mungkin agar keseharian saya lebih bermakna. Butuh pengorbanan untuk keluar dari zona nyaman dan menemukan pembelajaran baik diluar sana. Saya harus berani berkorban untuk mendapatkan aktivitas yang bermanfaat.

Ende, hari ke dua belas di bulan dua belas.

1 komentar:

  1. wah.. salam ngeblog dan berbagi cerita,

    karena kita ada dari cerita...

    BalasHapus

Memasuki Kota yang Baru

Langit masih gelap kala itu. Dengan sayup-sayup adzan diujung pengeras suara menandakan shubuh sudah tiba. Masjid agung terlihat ramai pengu...