Sejak menginjakkan kaki
di pulau berbunga-bunga (*menurut saya pribadi) hingga memasuki bulan ke-empat,
saya belum menemukan komunitas yang mengena di hati. Aktivitas saya masih
mengajar saja, sesekali membaca dan menulis. Jika teman mengajak pergi tamasya
barulah saya pergi menghabiskan libur akhir pekan. Saya bingung akut. Ragu
hendak memilih aktivitas yang baik untuk saya yang hanya satu tahun dikurangi 3
bulan. Sempurna saya stuck. Ide yang
bagus adalah menghabiskan buku-buku di basecamp
dengan genre yang berbeda-beda. Aktivitas tersebut agak membantu tetapi tidak
banyak. Otak saya butuh asupan. Fisik saya butuh digerakkan.
Baru saja saya menghadiri
malam puisi yang dihelat oleh Komunitas Sare (Sastra Ende). Agenda ini masih
dalam serangkaian peringatan Hari Anti HIV/AIDS Sedunia tanggal 1 Desember.
Teman saya kebetulan masuk dalam nominasi pemenang dalam lomba foto yang digelar.
Alhamdulillah, ia mendapatkan juara dan mengharumkan almamater kampus. Seketika
saya tersentak. Tiba-tiba tertampar. Saya harus keluar.
Hampir setiap hari saya
membicarakan tentang aktivitas yang monoton dan membosankan (*dalam benak
saya). Saya membaca. Saya menulis. Sayangnya hal tersebut masih kurang dan
belum memenuhi kebutuhan psikologis saya. Ternyata benar yang pernah saya
tuliskan dalam sebuah status. “Kadang tugas tambahan lebih menggiurkan daripada
tugas utama”. Kita bisa mengatakan bahwa mengajar adalah tugas utama saya.
Sedangkan tugas tambahannya misalkan membantu Komite Sekolah untuk membuat
proposal permohonan bantuan kepada dinas dan kementrian terkait. Tugas tambahan
lain misalnya ketika saya masuk dalam kepanitian lomba atau pengadaan seminar,
Kadang tugas tambahan memang menggiurkan karena berbeda dari rutinitas. Bisa
jadi menyenangkan atau sangat menyenangkan. Kita rela tidak istirahat, pergi
kesana kemari, atau mengeluarkan nominal yang tidak sedikit. Tugas tambahan
memang menggiurkan sekalipun melelahkan.
Saya seringkali berpikir,
kita harus memiliki aktivitas diluar pekerjaan utama kita. Aktivitas tersebut
dijalani untuk mengimbangi tugas utama kita setiap harinya. Saya senang membaca
dan menulis. Namun aktivitas tersebut tidaklah cukup untuk menyokong hidup saya
yang serba ingin ini dan itu. Maka sejak SMP hingga bangku kuliah saya berusaha
untuk mengambil satu atau dua aktivitas di sekolah. Memang tidak banyak dan
tidak perlu banyak-banyak. Yang penting sekolah saya tidak hanya pelajaran,
ulangan, guru, dan bangku.
Di Flores, Ende khususnya
terdapat banyak kegiatan yang digelar oleh komunitas, salah satunya dari
masyarakat pemerhati HIV/AIDS. Mereka giat menyelenggarakan serangkaian acara
yang tidak hanya dilaksanakan satu dua hari saja. Dengan menggandeng komunitas
sastra, komunitas Waria, SM3T dan komunitas lain tim tersebut mengajak
masyarakat untuk lebih “dekat” dengan ODHA. Masyarakat disadarkan kembali akan
pentingnya menjaga diri dari penyebaran HIV dan tetap menjaga hubungan baik
dengan ODHA.
Kita dapat menemukan
kegiatan positif lain seiring berjalannya waktu. Yang paling penting saya harus
menemukan aktivitas itu sesegera mungkin agar keseharian saya lebih bermakna.
Butuh pengorbanan untuk keluar dari zona nyaman dan menemukan pembelajaran baik
diluar sana. Saya harus berani berkorban untuk mendapatkan aktivitas yang
bermanfaat.
Ende, hari ke dua belas di bulan dua belas.
wah.. salam ngeblog dan berbagi cerita,
BalasHapuskarena kita ada dari cerita...